FILSAFAT TANDA CHARLES SANDERS PEIRCE DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ANALITIS DAN RELEVANSINYA BAGI BUDAYA KONTEMPORER DI INDONESIA

Rizal Mustansyir,Drs.,M.Hum, Prof.Dr.Kaelan,M.S

2012 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Penelitian tentang Filsafat Tanda Charles Sanders Peirce Dalam Perspektif Filsafat Analitis dan Relevansinya bagi Budaya Kontemporer di Indonesia dilatarbelakangi kemiskinan pemahaman manusia atas tanda yang dapat berakibat fatal dan merugikan manusia itu sendiri. Pemahaman yang berlebihan atas tanda (hiper) juga dapat menimbulkan persoalan dalam kehidupan manusia dewasa ini. Penelitian ini bertujuan mengungkap dan mendeskripsikan sistem tanda dalam pemikiran semiotika Peirce. Mengungkap dan mendeskripsikan pemikiran filsafat analitis yang akan dipergunakan sebagai pisau analisis atas semiotika Peirce, dan menemukan landasan filosofis tanda berupa landasan ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Menganalisis secara kritis filsafat tanda Peirce dari perspektif filsafat analitis. Penelitian ini juga berupaya untuk menemukan relevansi pemikiran filsafat tanda Peirce dengan budaya kontemporer di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan dengan mempergunakan unsur-unsur metodis sebagai berikut. Deskripsi; artinya memaparkan pemikiran Peirce tentang filsafat tanda dengan berbagai kelengkapannya. Abstraksi; artinya pengertian yang umum dan luas dalam pemikiran C.S.Peirce dipadatkan untuk menjadi sesuatu yang khusus terkait dengan tanda. Verstehen; pemahaman atas filsafat tanda Peirce untuk mendapatkan pengertian yang lebih lengkap tentang makna atas tanda. Analisis; artinya melakukan analisis atas istilahistilah kunci yang terdapat dalam pemikiran filsafat tanda C.S.Peirce melalui analysandum, pangkal urai yang dijelaskan dengan analysans, penguraiannya, sehingga pengertian istilah menjadi lebih mudah dipahami secara logis. Sintesis; artinya memadukan berbagai unsur yang ada dalam pemikiran Peirce dan filsafat analitis untuk mendapatkan pemahaman baru. Kesinambungan historis; untuk melihat sejauhmana perkembangan pemikiran Peirce itu berkait berkelindan dengan problem pemaknaan atas tanda dalam kurun waktu tertentu. Interpretasi yaitu penafsiran atas teks-teks Peirce dan juga pemikiran para filsuf analitis mengenai tanda. Hermeneutika; artinya menerangkan, mengungkapkan, dan memahami teksteks karya C.S.Peirce tentang semiotika dan pemikiran para tokoh filsafat analitis. Heuristik; artinya mencoba menemukan hal-hal baru yang terkait dengan pemikiran Peirce, khususnya relevansi filsafat tanda dalam budaya kontemporer di Indonesia. Hasil penelitian tentang pemikiran semiotika C.S.Peirce ditinjau dari perspektif filsafat analitis dan relevansinya bagi budaya kontemporer di Indonesia menunjukkan adanya relevansi antara pemahaman logika makna atomisme logis dan positivisme logis dengan pemahaman universal atas tanda seperti yang terdapat dalam ikon laptop dan internet. Perspektif language-games Wittgenstein atas tanda memperlihatkan keanekaragaman tanda sesuai dengan rule of the games-nya masing-masing. Perspektif speech act Austin memperlihatkan adanya kekuataan (force) di balik tanda dalam pengungkapannya. Perspektif mininarratives J.F Lyotard memperlihatkan adanya perkembangan pemahaman atas tanda dalam berbagai budaya sebagai local wisdom. Pemikiran semiotika C.S.Peirce juga relevan sebagai bidang kajian atas dalam budaya kontemporer seperti: hipersemiotika yang melahirkan teori kebohongan, hiperealitas yang menjadikan manusia hidup dalam dunia simulakra, hipertekstualitas yang membuat manusia kontemporer hidup dalam dunia virtual, hipermodernisme yang menjebak manusia dalam gaya hidup konsumtivistis, termasuk meletakkan ideologi Pancasila sebagai leading Principle.

The background of research on The Analytical Philosophical Perspective on Charles Sanders Peirce’s Philosophy of Signs and Its Relevance to Indonesian Contemporary Culture is the scarcity of human understanding of signs that can be fatal and destructive to the human being themself. In addition, over-understanding towards signs (hyper) can also cause problems in human living nowadays. This research aims to describe Charles Sanders Peirce’s Philosophy of Signs. This research aims disclose and describe analytical philosophy as analysis to Peirce’s semiotics and found philosophical basics, namely ontological, epistemological, and axiological. This research aims found relevance between Peirce’s philosophy of sign with contemporary culture in Indonesia. To achieve these research goals, these methodical elements were used. Description; means exposing Peirce’s thought about the philosophy of signs along with its ensemble. Abstraction; means a general and broad understanding in C.S. Peirce’s thought converged to become something special related to the signs. Verstehen; understanding of Peirce's philosophy of signs to get a more comprehensive understanding over the meaning of the signs. Analysis; means to do the analysis of key terms contained in the idea of C.S. Peirce’s philosophy of signs through analysandum, the fundamental which being described with analysans, description, therefore the sense of the term becomes easier to understand logically. Synthesis, means synthesize few components which there are in Peirce’s thought and analytical philosophy to get a new understanding. Historical continuity; to see how far the development of Peirce's thought linked to the problems of meaning over the signs within a certain period of time. Interpretation is the elucidation of Peirce's texts and the analytical philosophers’ thoughts about signs. Hermeneutics; means to explain, disclose, and understand Peirce’s texts about semiotics and analytical philosophy’s thought. Heuristics; means trying to find new things related to Peirce's thought, especially relevance The philosophy of sign within contemporary culture in Indonesia. The results of this research showed that C.S. Peirce’s semiotics thought viewed from the perspective of analytical philosophy and its relevance to contemporary culture in Indonesia indicates the relevance of understanding the meaning of logic in terms of logical atomism and logical positivism with a universal understanding of the sign as being found in laptops and internet icons. Wittgenstein's language-games perspective over the signs showed diversity of signs in accordance with its particular rule of the games. Austin’s speech act perspective showed the presence of the power (force) behind the disclosure of the signs. J.F. Lyotard’s mininarratives perspective showed the development of understanding over the signs in various aspects as local wisdom. C.S. Peirce’s semiotics thought is also relevant as a field of study of the contemporer culture such as: hypersemiotics arouse theory of lie, hypereality becomes human life in simulacra; hypertextuality becomes contemporary human life in virtual world; including to demonstrate Pancasila ideology as a leading principle. Hypermodernism traps human in consumtivistic’s style of life; and to settle Pancasila Ideology as leading Principle.

Kata Kunci : hipersemiotika, hiperealitas, hipertekstualitas