TRAVEL BEHAVIOR OF JUNIOR HIGH SCHOOL CHILDREN IN SLEMAN URBAN AREA, YOGYAKARTA SPECIAL PROVINCE – INDONESIA

YUDIARTO SETIAWAN, Prof. Ir. Bambang Hari Wibisono, MUP., M.Sc., Ph.D.

2011 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & Daerah

Perjalanan untuk tujuan pendidikan dapat diteliti melalui perilaku perjalanan anak sekolah. Kenyataannya adalah anak SMP cenderung memiliki perilaku perjalanan yang kurang baik. Hal ini diduga sebagai akibat urban form dan non-urban form yang tidak mendukung pada perilaku perjalanan anak SMP. Tujuan penelitian ini adalah untuk memetakan, mendeskripsikan, dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku perjalanan anak SMP serta untuk mengetahui pola pilihan sekolah dan mengusulkan rencana perbaikan atas perilaku perjalanan anak sekolah tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deduktif. Perhitungan statistik (deskriptif, korelasi, dan regresi) digunakan untuk menganalisa data yang diperoleh dari kuisioner sebanyak 349 sampel anak sekolah serta dari data sekunder. Perangkat lunak SPSS digunakan untuk melakukan perhitungan statistiknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku perjalanan anak SMP di wilayah urban Sleman cenderung untuk menepuh jarak yang jauh (3.530,8 m), membutuhkan waktu lama (14,968 menit dengan moda yang digunakan dan 54,238 menit dengan berjalan kaki), serta cenderung menggunakan moda bermotor (70,5% saat berangkat sekolah dan 66,2% saat pulang sekolah). Perilaku perjalanan terburuk terjadi pada sekolah unggulan. Korelasi analisis menunjukkan hubungan yang lemah antar semua variabel bebas dengan semua variabel terikat. Kontribusi variabel bebas terhadap variabel jarak perjalanan adalah 16,6% sedang kontribusi variabel bebas terhadap variabel waktu perjalanan hanya 5,7%. Model regresi logistik biner mampu mengkategorikan pilihan moda anak sekolah hingga 78,7%. Oleh sebab itu, perubahan pada bentuk kota dan non-bentuk kota hanya akan berpengaruh sedikit terhadap perubahan perilaku perjalanan anak SMP. Analisis regresi antara variabel jarak perjalanan dan variabel pilihan moda dapat pula menggambarkan hubungan antara pilihan lokasi sekolah dan perilaku perjalanan anak sekolah. Dalam penelitian ini terungkap pula bahwa untuk SMP Negeri kualitas sekolah menjadi faktor penting dalam memilih sekolah, sedangkan pada SMP swasta faktor pilihan sekolah didominasi oleh pilihan orang tua. Oleh karena itu, keberadaan sekolah unggulan dapat menjelaskan spasial diskordansi yang terjadi dan mengapa area layanan sekolah menjadi tidak efektif. Klusterisasi area dapat menjadi salah satu solusi untuk memperbaiki perilaku perjalanan anak SMP dan solusi bagi pilihan moda transportasi. Dengan menerapkan klusterisasi ini menunjukkan bahwa jarak dan waktu perjalanan anak sekolah dapat dikurangi serta kemungkinan penggunaan moda bermotor juga dapat sedikit dikurangi.

Trip for education purpose can be researched through travel behavior of school children. The fact is, Junior High School children tend to have poor travel behavior. It is suspected as the result of urban form and non-urban form that unsupportive to travel behavior of Junior High School children. The goals of the research are: to map, describe, and identify the factors that influence travel behavior of Junior High School children; and also to identify the pattern of school choice and proposed the plan to improve the travel behavior of school children. This research is conducted using quantitative deductive. Statistical methods (descriptive, correlation, and regression analysis) are used to analyze data which gained from questionnaire of 349 school children as sample of the research and secondary data. SPSS software is employed to produce statistical calculation. The result of the research showed that travel behavior of Junior High School children in Sleman urban area tend to travel farther (3,530.8 m), need longer time (14.968 minutes by mode choice they used and 54.238 minutes by walking), and prefer to use motorized mode (70.5% when go to school and 66.2% when back from school). Worse travel behavior occurred in seeded school/favorite school. Correlation analysis shows that there are weak relationship between independent and dependent variables. The contribution of independent variables simultaneously to travel distance variables is 16.6% while the contribution of independent variables simultaneously to travel time variables is only 5.7%. The binary logistic regression’s model able to categorized the mode choice of school children up to 78.7%. Therefore, the change on urban form factors and non urban form factors will only slightly affect the travel behavior of Junior High School children. The regression analysis between travel distance variable and mode choice variable could describe the relationship between location choice and travel behavior. It also revealed that, for state Junior High School, the quality of the school becomes very important reason to select the school. Meanwhile, for private Junior High School, the reason of selecting the school is dominated by parent’s choice. Therefore, the existence of favorite school could explain the spatial discordance that occurred and why school service radius area becomes ineffective. Clustering area could be one solution to improve travel behavior of Junior High School children and solution for mode of transport. By implementing clustering area, travel distance and travel time could be reduced and the probability of using motorized mode could also be slightly reduced.

Kata Kunci : jarak perjalanan, waktu perjalanan, pilihan moda, perilaku perjalanan.