METAFISIKA BENCANA
Ahmad Sabir, Prof. DR. Joko Siswanto, M.Hum
2011 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatBencana selalu meninggalkan luka dan kesedihan yang mendalam bagi manusia, sehingga bencana tak bisa lagi ditangkap lewat kesadaran manusia. Bencana juga menjadi semakin tak bisa dipahami terlebih karena ternyata bencana juga bagian dari konstruksi sosial yang di dalamnya terdapat perebutan berbagai kepentingan yang diperkuat dengan anggapan bahwa dalam bencana selalu ada berkah di baliknya. Di tengah-tengah kesulitan memahami dan menyikapi realitas bencana sedemikian ini, mendekam pertanyaan besar tentang apa sebenarnya bencana itu? Dan bagaimana seharusnya sikap yang dikembangkan dalam memahami dan memaknai bencana?. Penelitian ini berusaha menemukan kenyataan mendalam dan juga struktur metafisik atas realitas bencana yang disandarkan pada pemikiran metafisika Heidegger dan Whitehead. Metafisika Heidegger dan Whitehead dipilih karena memiliki cara pandang yang berbeda dengan cara pandang umum dalam memandang dunia sehingga metafisika Heidegger dan Whitehead dianggap lebih representatif untuk dapat melihat realitas bencana secara lebih terang dan mendalam. Hasil penelitian akan bermanfaat sebagai kerangka teoritikal untuk memahami realitas bencana dihadapan manusia yang berimbas pada sikap yang lebih baik dalam memaknai dan menyikapi setiap bencana yang muncul dihadapan manusia. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah hermeneutika dan heuristika, dengan didukung oleh tiga unsur metodis utama, yakni deskripsi, komparasi dan refleksi. Adapun hasil yang didapat setelah melakukan penelusuran dalam penelitian ini adalah bahwa; Pertama, bencana merupakan realitas yang bersumber pada kesalahan fundamental-filosofis dalam pemahaman atau cara pandang manusia mengenai dirinya, tentang alam, dan tentang tempat manusia dalam keseluruhan ekosistem. Kedua, bencana dalam cakrawala metafisik secara defenitif merupakan sebuah realitas yang merusak. Ketiga, realitas bencana bukanlah realitas yang asing di hadapan manusia. Keempat, realitas bencana bukanlah realitas yang datangnya tiba-tiba dan tidak terelakkan. Kelima, bencana sejauh dialami manusia selalu merupakan perbuatan manusia. Keenam, realitas bencana merupakan realitas yang memaksa manusia untuk kembali memaknai eksistensinya di dunia. Sikap yang harus dikedepankan dalam memaknai dan menyikapi bencana dalam metafisika yang dilandasi oleh pemikiran Heidegger dan Whitehead, terdiri dari dua sikap utama. Pertama, bencana hendaknya disikapi sebagai bimbingan dari “Ada†pada manusia, sehingga dengan itu manusia menjadi lebih memaknai hidupnya yang selama ini terlupakan akibat isolasi dengan realitas yang dibuat sendiri oleh manusia. Kedua, bahwa bencana seyogyanya disikapi sebagai sebuah “proses†yang terbentang dalam proseskemenjadian entitas aktual dalam alam semesta. Dengan demikian, pemahaman bencana dalam konteks “proses†ini, memberikan jalan pada manusia bahwa realitas bencana dapat dikelola, dikendalikan bahkan dihindari.
Disasters always leave deep wounds and sorrow for mankind, so that the disaster could no longer be captured through human consciousness. Disasters are also becoming increasingly incomprehensible especially because of the disaster was also part of social construction in which there is struggle for a variety of interests, reinforced by the assumption that in a disaster there is always a blessing behind it. In the midst of difficulty understanding and addressing this reality in such disasters, crouch big questions about what exactly is the disaster? And what attitude should be developed to understand and interpret disasters?. This study sought to find reality in-depth and also the metaphysical structure of reality disaster that was based on metaphysical thinking Heidegger and Whitehead. Metaphysics Heidegger and Whitehead was chosen because it has a different perspective with a general perspective view of the world that Heidegger and Whitehead's metaphysics is considered more representative to be able to see the reality of the disaster in more light and depth. The results will be useful as a theoretical framework for understanding the reality of the human face of disasters which impact on attitudes to better interpret and respond to every disaster that comes before men. The method used in this research is hermeneutics and heuristics, supported by three main special methodical elements, namely description, comparison and reflection. The results obtained after performing a search in this study are that: First, the disaster is a reality which is based on fundamental-philosophical error in human understanding or perspective about themselves, about nature, and about man's place in the overall ecosystem. Second, the disaster in the horizon of metaphysics definitive is a devastating reality. Third, the reality of the disaster is not the reality of alien in the presence of humans. Fourth, the reality of the disaster is not the reality of the coming of a sudden and inevitable. Fifth, the disaster as far as human experience is always a human action. Sixth, the reality of the disaster is a reality that is forcing people to re-interpret the existence in the world. The attitude that must be placed forward of understanding and addressing the disaster in metaphysics that is based on the thinking of Heidegger and Whitehead, consists of two main attitudes. First, disasters should be addressed as a guidance of \"Being\" in humans, so with that man becomes more make sense of her life that had been forgotten due to isolation by the reality that is made by humans. Second, that the disaster should be addressed as a \"process\" that unfolds in the process-of-becoming actual entities in the universe. Thus, the understanding of disaster in the context of the \"process\" is, give way in humans that the reality of the disaster can be managed, controlled and even avoided.
Kata Kunci : Bencana, Metafisisika, Sikap Memaknai Bencana