BEBERAPA PATOLOGI PADA SERI TENGKORAK DAN GIGI DARI SITUS LIANG BUA, LEWOLEBA, DAN MELOLO: Suatu Tinjauan Bioarkelogis dan Rekomendasi Konservasinya
Delta Bayu Murti, Prof. Dr. Sumijati Atmosudiro
2011 | Tesis | S2 ArkeologiPerkembangan disiplin ilmu arkeologi ditunjukkan dengan makin banyaknya penelitian berkaitan dengan temuan rangka manusia, sehingga memunculkan cabang ilmu baru yaitu biarkeologi. Secara umum ruang lingkup studi bioarkeologi berhubungan dengan tiga aspek penting, yaitu pendekatan pada tingkat populasi, budaya, dan berbagai indikator tekanan (stress) yang terpola pada temuan rangka manusia. Aspek penting terakhir tersebut umum dipahami sebagai kondisi patologis, yaitu abnormalitas yang terjadi pada fungsi, struktur, atau bentuk dari rangka yang kemunculannya bersifat multifaktorial. Studi bioarkeologi cenderung terfokus pada populasi dengan latar belakang pola hidup sebelum dan sesudah berkembangnya agrikultur. Beberapa ahli mengasumsikan bahwa perkembangan pola hidup tersebut menimbulkan beragam dampak dalam kehidupan manusia. Berbagai penelitian yang telah dilakukan menjelaskan bahwa populasi yang hidup di masa transisi itu mengalami berbagai permasalahan kesehatan, diantaranya infeksi penyakit, kekurangan nutrisi, dan gangguan pertumbuhan. Kondisi tersebut umum ditemui di berbagai daerah di dunia, meskipun perkembangan agrikultur sifatnya independen. Tujuan penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi kondisi patologis yang ada pada tengkorak dan gigi dari rangka-rangka manusia prasejarah Situs Liang Bua, Lewoleba, dan Melolo yang diketahui hidup pada masa transisi agrikultur dan mengkajinya berdasarkan kondisi lingkungan dan pola hidup masyarakatnya, dan (2) konservasi yang perlu dilakukan terhadap temuan rangka-rangkanya. Metode yang digunakan adalah identifikasi secara makroskopis, serta uji radiografis terutama untuk memperkuat identifikasi kondisi patologisnya. Hasil penelitian menunjukkan adanya beberapa jenis patologis misalnya porotic hyperostosis, cribra orbitalia, tumor, dan lepra pada tengkoraknya, serta karies, periodontitis, abscess, dan antemortem tooth loss pada gigi-giginya. Temuan-temuan itu mengindikasikan transisi subsistensi dari berburu dan meramu ke agrikultur yang berdampak pada perubahan pola makan, yang semula lebih variatif baik dari segi jenis maupun nutrisi menjadi lebih dominan pada satu jenis saja. Kondisi ini menjadikan individu-individu pada masa itu mengalami bermacam permasalahan kesehatan. Perilaku budaya masyarakat diduga pula menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemunculan patologis. Di sisi lain, kepadatan jumlah populasi, hidup menetap, dan interaksi yang dilakukan, membuat individuindividu tersebut lebih rentan terinfeksi oleh berbagai jenis penyakit. Kondisi-kondisi seperti ini dapat menggambarkan bahwa temuan rangka manusia merupakan sumber data arkeologis yang penting. Dari temuan rangka dapat diperoleh beragam informasi mengenai kondisi kehidupan manusia di masa lampau. Oleh karena itu, konservasi yang tepat dapat menjaga sumber data arkeologis yang tak terbarui ini menjadi tetap bertahan, sehingga penelitian untuk mengungkap nilai-nilai pentingnya dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
The development of archeological sciences is shown by the increase of researches that focus on human remains. This implies to the new study in archaeology, bioarchaeology. In general, the scope of the bioarchaeological study relates to three important aspects, these include approaches in population level, culture, and various stress indicators that made a pattern on human remains. The last important factor (stress indicator) is pathological condition, i.e. abnormality that occurs in function, structure and form of the human skeleton caused by multifactor. Bioarcheological study tends to focus on population with life style background before and after agricultural development. Some scholars assume that the development of the pattern of human life in the past cause various impact in human life. Researches on this topic explained that the population that lived in this transition era faced various health problem, these are malnutrition and growth disorder. These health problems can be found in many part of the world, although the development of agriculture was independent. The aims of this study are (1) to identify pathological condition on skulls and teeth of human remains from the prehistoric sites Liang Bua, Lewoleba and Melolo that lived in agriculture-transition-era and analyzed kinds of pathology related to the ecological condition and their pattern of life, and (2) to arrange the effort of conservation that could be necessary to be done on the human remains. The methods that performed in this study were macroscopy and radiography. Result of this study shows various pathologies found at the human remains from Liang Bua, Lewoleba and Melolo. These are porotic hyperostosis, cribra orbitalia, tumor, leprosy, dental caries, periodontitis, abscess and antemortem tooth loss. These pathological conditions indicate the transition subsistence to agriculture that affected to the changes of eating habit. The food was more various, in the term of kind of food and nutrition, but in the agriculture subsistence, the food tended to be dominated by preference food. This could be implied to the health condition. Other reasons that assumed as cause of the quality of health were culture behavior of the people; population density; sedentary life; and interaction among the people. All these made the people more sensitive to be infected with various diseases. All of these can proof that human remains are important source of archaeological data. Human remains provide various information about human life in the past. Therefore, the suitable conservation will keep the source of non renewable archaeological data, so that researches to investigate the important values of human life can be conducted continually.
Kata Kunci : bioarkeologi, patologi, agrikultur, temuan rangka manusia, konservasi.