PENGARUH KECUKUPAN ASUPAN ASI TERHADAP RISIKO TERJADINYA IKTERUS NEONATORUM DI YOGYAKARTA
Ida Nursanti, Prof. dr. Djaswadi Dasuki, SpOG(K).,
2011 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan MasyarakatLatar Belakang: Ikterus neonatorum merupakan masalah yang sering dijumpai pada bayi pada minggu pertama setelah lahir. Bayi lahir sehat dengan usia kehamilan cukup bulan 60% berisiko terjadi ikterus neonatorum dan 5-12% bayi disusui mengembangkan risiko terjadinya ikterus berat. Ikterus berat penyebab ensepalopati bilirubin/kernikterus dan bayi yang menderita kernikterus akan mengalami gangguan tumbuh kembang. Kernikterus dapat dicegah dengan manajemen menyusui yang optimal. Kecukupan asupan ASI menjamin kecukupan kalori dan cairan serta menurunkan risiko terjadinya ikterus neonatorum pada bayi. Pemanfaatan sinar matahari juga umum dilakukan masyarakat untuk mengatasi ikterus neonatorum pada bayi. Tujuan: Untuk menurunkan risiko terjadinya ikterus neonatorum di Yogyakarta. Mengetahui insiden ikterus neonatorum pada bayi yang disusui, mengetahui pengaruh kecukupan asupan ASI, inisiasi menyusu dini, pemberian susu formula, pendidikan kesehatan, pemantauan petugas kesehatan dan pemanfaatan sinar matahari terhadap risiko kejadian ikterus neonatorum. Mengetahui permasalahan dan hambatan dalam menyusui untuk pencegahan risiko terjadinya ikterus neonatorum. METODE: Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan rancangan prospektif kohort. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Besar sampel 115 pasangan ibu-bayi yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan lembar monitoring, check list, dan kuesioner. Data kualitatif didapat dari wawancara 9 responden. Uji hipotesis menggunakan chi-square dengan p < 0,05 dan Confidence Interval 95%. Analisis data menggunakan univariabel, bivariabel, stratifikasi, multivariabel, dan analisis kualitatif. Hasil Penelitian: Terdapat perbedaan proporsi kejadian risiko terjadinya ikterus neonatorum antara bayi yang mendapatkan kecukupan ASI baik dengan bayi yang mendapatkan kecukupan asupan ASI kurang. Bayi yang mendapatkan kecukupan asupan ASI kurang mempunyai peluang 3,0 kali lebih besar untuk terjadi ikterus neonatorum dibandingkan dengan bayi yang mendapatkan kecukupan ASI baik. Hasil analisis regresi binomial menunjukkan kecukupan asupan ASI, inisiasi menyusu dini dan pemanfaatan sinar matahari berhubungan bermakna dengan risiko terjadinya ikterus neonatorum. Masalah dan hambatan menyusui berasal dari ibu dan bayi. Ibu masih mempunyai pengetahuan yang kurang tentang pencegahan dan bahaya dari ikterus neonatorum. Kesimpulan: Bayi yang mendapatkan kecukupan asupan ASI kurang mempunyai risiko lebih tinggi untuk terjadi ikterus neonatorum dibandingkan bayi yang mendapat kecukupan asupan ASI baik.
Background: Neonatal jaundice (icterus neonatorum) is a common problem in infants in the first week after birth. Sixty percents of healthy infants born full term are at risk of neonatal jaundice and 5-12% of breastfed infants are at risk of developing severe jaundice. Bilirubin encephalopathy causes severe jaundice/kernicterus and the baby suffering from kernicterus will experience impaired growth and development. Kernicterus can be prevented with optimal management of breastfeeding. Adequacy of breast milk ensures adequate intake of calories and fluid and reduce the risk of neonatal jaundice in infants. Utilization of sunlight is also common done by people to overcome neonatal jaundice in infants. Objective: To reduce the risk of neonatal jaundice in Yogyakarta; to know the incidence of neonatal jaundice in breastfed infants, the effect of adequate intake of breast milk, early initiation of breastfeeding, formula feeding, health education, monitoring of health care workers and utilization of sunlight against the risk of neonatal jaundice; and, to know the problems and obstacles in breastfeeding for the prevention of the risk of neonatal jaundice. Methods: This study was an observational study with a prospective cohort design. The study was conducted with quantitative and qualitative approaches. Sampling used purposive sampling. The sample size was 115 pairs of mother-infant who met the inclusion and exclusion criteria. The data was collected using monitoring sheets, check lists, and questionnaires. The qualitative data were obtained from interviews to 9 respondents. Hypothesis test used chi-square with p < 0.05 and 95% Confidence Interval. Analysis of data used univariable, bivariable, stratification, multivariable, and qualitative analyses. Results: There was a difference in the proportion of the risk of neonatal jaundice between infants who received adequate breast milk and those who received inadequate intake of breast milk. Infants who received inadequate intake of breast milk were more likely to have chances of neonatal jaundice by 3.0 times compared with infants who received adequate intake of breast milk. The results of binomial regression analysis showed that adequate intake of breast milk, early initiation of breastfeeding and the use of sunlight were significantly associated with risk of neonatal jaundice. Barriers to breastfeeding come from mothers and babies. Mothers’ knowledge about the dangers of jaundice and prevention of jaundice in infants are still lacking. Conclusion: Infants who received inadequate intake of breast milk had a higher risk for neonatal jaundice to occur compared with those who received adequate intake of breast milk.
Kata Kunci : bayi lahir sehat,menyusui, ikterus neonatorum