TINGKAT PERKEMBANGAN DAN KESUBURAN TANAH DARI LAPUKAN BATUAN ULTRABASA PADA BEBERAPA TOPOSEKUEN DI SULAWESI TENGGARA
syamsu alam, Prof. Dr. Ir. Bambang Hendro Sunarminto, S.U
2011 | Tesis | S2 Ilmu TanahKajian mengenai tingkat perkembangan dan kesuburan tanah dari lapukan batuan ultrabasa telah dilakukan pada beberapa toposekuen di Sulawesi Tenggara yaitu di Kecamatan Puriala Kabupaten Konawe dan di Kecamatan Lasusua Kabupaten Kolaka Utara sejak Desember 2010 hingga Juni 2011. Batuan ultrabasa dalam penelitian ini termasuk jenis peridotit dan serpentinit, tersusun oleh mineral olivin dan antigorit (grup serpentin) serta termasuk mineral mudah melapuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanah yang berkembang dari lapukan batuan ultrabasa di Puriala yang curah hujannya lebih rendah dari pada evapotranspirasinya dengan regim kelembaban torrik, memiliki tekstur yang lebih kasar (LS, SL, L, SiL, CL, C), jeluk mempan yang lebih dangkal (20-90 cm), warna tanah cenderung lebih coklat (7,5 YR), pH 6,8- 7,6, C-organik lebih rendah (0,57-0,93%), KPK lebih tinggi berkisar 26,20-69,61 cmol(+)kg-1, jumlah basa lebih banyak 11,90-15,86 cmol(+)kg-1, Fe-d dan Al-d lebih rendah masing-masing 3,79-16,12% dan Al-d 0,14-1,65%, mineral lempung smektit, mineral pasir feldspar-hematit. Tanah yang berkembang dari lapukan batuan ultrabasa di Lasusua warnanya cenderung lebih merah (2,5 YR), dengan tekstur yang lebih halus (SiCL, C) dan jeluk mempan yang lebih dalam (70->150 cm), pH 6,1-7,0, C-organik 1,20-1,86%, KPK 11,29-31,60 cmol(+)kg-1, jumlah basa 2,72-13,33 cmol(+)kg-1, Fe-d 21,62-27,04%, Al-d 0,87-3,58%, mineral lempung smektit-gutit, mineral pasir feldspar-hematit-magnetit. Tanah dari lapukan batuan ultrabasa di Lasusua yang curah hujannya lebih tinggi dari pada evapotranspirasinya, mengalami pelindian kation-kation basa lebih banyak terutama kation bermobilitas tinggi ditandai dengan KPK dan jumlah basa yang lebih rendah, serta terjadi akumulasi kation bermobilitas rendah ditandai dengan tingginya Fe-d dan Al-d. Urutan tingkat perkembangan tanah dari yang baru mulai berkembang P2 (Entisol), P1 (Vertisol), L2 (Inceptisol), P3 (Inceptisol), L1 (Alfisol) dan terakhir L3 (Oxisol) yang paling lanjut. Tingkat perkembangan tanah berdasarkan toposekuen mulai dari lereng tengah, selanjutnya lereng atas dan terakhir lereng bawah yang paling berkembang. Tanah bercurah hujan lebih rendah yang ada di Puriala mengakibatkan tingkat perkembangan tanah yang lemah sehingga memiliki kapabilitas kesuburan tanah yang lebih rendah dengan faktor penghambat yang lebih banyak dibandingkan tanah bercurah hujan lebih tinggi yang ada di Lasusua.
The study of soil fertility levels and development of weathering ultramafic rocks have been performed on several toposequence in Sulawesi Tenggara in Puriala Sub District of Konawe District and in Lasusua Sub District of Kolaka District from December 2010 until Juni 2011. The results showed that soils developed from ultramafic rocks weathering low rainfall (torric) in Puriala have a more coarse texture (LS, SL, L, SiL, CL, C), impervious container which was more shallow (20-90 cm), land of color tend to be brown (7.5 YR), pH 6.8 to 7.6, from 0.57 to 0.93% C-organic, CEC 26.20 to 69.61 cmol (+) kg-1, the number of base from 11.90 to 15.86 cmol (+) kg-1, Fe-d from 3.79 to 16.12%, Al-d from 0.14 to 1.65%, smectite clay minerals, sand mineral hematite compared feldspar soils developed from ultramafic rocks weathering high rainfall (udic) in Lasusua color tends to be more red (2.5 YR), with a finer texture (SiCL, C) and impervious container deeper (70->150 cm), pH 6.1 to 7.0, 1.20 to 1.86% C-organic, CEC 11.29 to 31.60 cmol (+) kg-1, the number of bases from 2.72 to 13.33 cmol (+) kg-1, from 21.62 to 27.04% Fe-d, 0.87 to 3.58% Al-d, gutit smectite clay minerals, sand mineral feldspar-magnetitehematite. Soil weathering from ultramafic rocks with high rainfall experienced base cations leaching was higher mainly characterized by high mobility of cations with CEC and a lower base amount, and the accumulation of low mobility of cations is characterized by high Fe-d and Al-d. Level of soil development began from P2 (Entisol), P1 (Vertisol), L2 (Inceptisol), P3 (Inceptisol), L1 (Alfisol) and the last L3 (Oxisol) the most advanced of soil is on the middle slope, the next is soil on summit, and the last is soil on toeslopes. Soil with low rainfall in Puriala provable the weak soil genesis, so have low capability and fertility characteristic, that due to more inhibiting factors more than the high rainfall area in Lasusua.
Kata Kunci : iklim, perkembangan tanah, kesuburan tanah, toposekuen, ultrabasa