PERILAKU SAMBUNGAN BALOK-KOLOM PRACETAK SISI LUAR DENGAN METODE EKSPERIMENTAL DAN ANALISIS BEBAN DORONG
MUHAMMAD AKBAR CARONGE, ST., Dr.-Ing. Ir. Andreas Triwiyono
2011 | Tesis | S2 Teknik SipilSistem pracetak yang mulai popular merupakan alternatif sebagai pengganti sistem konvensional (sistem yang dicor di tempat). Suatu inovasi telah dilakukan PT. Holcim dalam menciptakan sistem pracetak baru yang mungkin mendatangkan keuntungan lebih dari sistem pracetak pada umumnya. Balok pracetak dalam sistem ini memiliki bentuk U (bataton-U) dengan ukuran 140 x 140 x 290 mm dan kolom dengan ukuran 290 x 290 x 140 mm. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sambungan pracetak dapat dipergunakan untuk gedung yang berdiri di daerah gempa. Dengan parameter-parameter antara lain beban crack, yield dan ultimate, kekakuan dan reduksi kekakuan, daktalitas, disipasi energi, hubungan momen-curvature dan analisis pushover untuk nilai daktalitas (µ), faktor reduksi gempa (R) dan kinerja struktur terhadap beban gempa. Dalam penelitian di uji dua buah sambungan balok-kolom masing-masing terbuat dari sambungan pracetak dan monolit dengan penulangan yang sama. Sambungan balok-kolom diletakkan diantara dua loading frame dan dikekang pada ujung kolom K-2 sebagai tumpuan rol dan kolom K-1 sebagai tumpuan sendi. Sedangkan balok B-1 adalah bebas (cantilever). Kolom K-2 dikerjakan gaya aksial konstan sebesar 144,42 kN. Setelah pengumpulan data dilakukan analisis/pengolahan untuk mendapatkan hubungan beban-simpangan, kekakuan, daktalitas, redaman (damping), curvature serta kinerja struktur dengan bantuan program SAP 2000. Dari pengujian dihasilkan bahwa sambungan monolit dan pracetak mempunyai kapasitas beban lateral maksimum sebesar 20,40 kN dan 19,00 kN. Nilai faktor daktalitas rerata benda uji sambungan monolit sebesar 5,04, sedangkan pracetak 4,86. Nilai kekakuan elastis (kc) rerata pada benda uji sambungan monolit dan sambungan pracetak berturut-turut sebesar 2,29 kN/mm dan 1,93 kN/mm. Retak pertama benda uji sambungan monolit terjadi pada beban 5,85 kN dan sambungan pracetak pada beban 5,95 kN. Keruntuhan pada keseluruhan benda uji sambungan di kategorikan pola keruntuhan lentur. Hasil pengujian keseluruhan benda uji sambungan memperlihatkan bentuk hysteteric loops yang hampir sama yaitu dengan luasan loop yang besar. Menurut ACI T1.1 jika benda uji sambungan tidak memenuhi kriteria penerimaan pada tingkat ratio drift 3,5% dan tingkat ratio drfit 2,5% maka dilakukan analisis lanjutan dengan menggunakan metode analisis beban dorong (pushover). Dengan bantuan program SAP 2000 diperoleh nilai faktor modifikasi respon (R) sebesar 6,698 dan daktalitas (µ) sebesar 4,175. Taraf kinerja struktur pracetak termasuk kategori life safety (LS).
Precast system which begins popular is an alternative way to substitute the conventional system (case in place). An innovation has been done by PT.Holcim in creating a new precast system which probably conduce the more advantage to precast system. Precast beam in this system consist of a U shape (bataton-U) with 140 x 140 x 290 mm and column with 290 x 290 x 140 mm in size. The objective of this research is to know whether the precast joint could be applied for building in seismic area. There are two beam-column joint specimens of precast and monolith with the similar reinforcement. Beam-column joint placed between two loading frame and restraint at the lower end of K-2 column as a roll and K-1 as a hinge. Whereas B-1 beam is free (cantilever). Column K-2 subjected to axial force constant in 144.42 kN. After data collective, analysis to acquire a relation of load and displacement, stiffness, ductility, damping, curvature and performance level structure were done using SAP 2000 software. The result obtained from research show monolith joint has 20.40 kN of maximum lateral load capacity and precast joint has 19.00 kN. Avarage ductality of the monolith joint is 5.04 and precast joint is 4.86. Avarage elastic stiffnes (kc) of the monolith joint and precast joint 2.29 kN/mm and 1.93 kN/mm respectively. The first crack of monolith joint occurred at 5.85 kN of loading and precast joint at 5.95 kN. Failure criteria of all specimen categorized us flexural failure. The result from all joint specimens shows hysteteric loops shape were similar, with a wide loop. According to ACI T1.1, if the joint specimen is unappropiate for received criteria with drift ratio of 3.5% and 2.5%, continuation analisys will be done using pushover analisys method with the help of SAP 2000 software. It was obtained 6.69 of madification respon factor (R) and 4.17 of ductility (µ). There for, it can stated that performance level of precast structure in this research is life safety category (LS).
Kata Kunci : balok-kolom, pushover, pracetak, sambungan.