Laporkan Masalah

RELASI KEKERABATAN BAHASA WOLIO, LAIYOLO, SELAYAR, DAN BONERATE DI WILAYAH LEPAS PANTAI SELATAN DAN TENGGARA SULAWESI (Kajian Linguistik Historis Komparatif)

Rahmawati, S.Pd, Dr. Inyo Yos Fernandez

2011 | Tesis | S2 Linguistik

Penelitian ini mendeskripsikan relasi kekerabatan antara bahasa Wolio, subkelompok Muna-Buton yang secara administratif berada dalam wilayah lepas pantai tenggara Sulawesi Tenggara, dan tiga bahasa yang berada di Pulau Selayar, yaitu Laiyolo, Selayar, dan Bonerate yang secara administratif berada dalam wilayah lepas pantai selatan Provinsi Sulawesi Selatan. Terdapat kesimpangsiuran pendapat mengenai bahasa-bahasa di kawasan lepas pantai selatan dan tenggara Sulawesi. Sejumlah pendapat (Adriani, 1914; Mills, 1975; Noordyn, 1991) mengelompokkan bahasa Laiyolo ke dalam bahasa Makassar di Sulawesi Selatan. Sementara Esser (1938) mengelompokkan bahasa Laiyolo dan Bonerate ke dalam subkelompok Muna-Buton. Adapun Grimes and Grimes (1987) mengungkapkan bahwa Muna-Buton, Kepulauan Selayar dan sekitarnya termasuk kelompok bahasa Sulawesi Selatan. Pendapat yang simpang siur dari kelompok peneliti terdahulu pada dasarnya masih bersifat sementara. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mencari jawaban yang lebih jelas terhadap pemasalahan tersebut. Kajian relasi kekerabatan keempat bahasa dilakukan melalui dua pendekatan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dengan teknik leksikostatistik yang menjelaskan relasi kekerabatan keempat bahasa yang diteliti. Pendekatan kualitatif ditujukan untuk memberikan evidensi relasi kekerabatan keempat bahasa dengan kriteria inovasi bersama di bidang fonologi dan leksikon. Kajian ini dirumuskan melalui sudut kajian sinkronis dan diakronis. Kajian sinkronis mengulas tentang deskripsi sistem fonologi bahasa Wolio, Laiyolo, Selayar, dan Bonerate. Dalam kajian tersebut ditinjau pula persamaan (kemiripan) serta perbedaan fonologi dan leksikon ke empat bahasa. Dalam analisis diakronis dibahas hasil pendekatan kuantitatif dengan teknik leksikostatistik yang menghasilkan garis silsilah kekerabatan (diagram pohon), hubungan keempat bahasa yang diteliti. Tampak bahwa relasi bahasa Wolio dan Laiyolo lebih erat dibandingkan dengan hubungan keduanya dengan bahasa Selayar dan Bonerate. Dengan evidensi inovasi bersama secara leksikal dibuktikan keeratan hubungan antara bahasa Wolio dan Laiyolo yang tidak ditemukan pada bahasa Selayar dan Bonerate. Evidensi tersebut memperlihatkan bahwa selain evidensi pemisahan kelompok ditemukan juga penyatu kelompok dengan mengkaji refleks fonem PAN terhadap mesobahasa (PWLSB) berupa rekonstruksi dari atas ke bawah (Top-Down reconstruction). Dengan ditemukannya evidensi pemersatu kelompok, maka temuan penelitian ini dapat mengklarifikasi secara signifikan bahwa keempat bahasa tersebut merupakan bahasa sekelompok yang membentuk subkelompok Muna-Buton bagian barat serta memperlihatkan pula hubungan bahasa Wolio dan Laiyolo yang secara historis lebih erat dibandingkan dengan bahasa Selayar dan Bonerate.

This research describes the genetic relationship between the language of Wolio, Muna-Buton languages subgroup which is administratively located in the southeastern coastal areas of Southeast Sulawesi, and the three languages on the island of Selayar, namely Laiyolo, Selayar, and Bonerate which is administratively located in coastal areas southern the province of South Sulawesi. This research was conducted through two approaches both quantitatively and qualitatively. Quantitative approach by the lexicostatistics techniques explained the genetic relationship of four studied languages. Qualitative approach intended to provide evidences of genetic relationship of the four languages by the criterion of shared innovation in the field of phonology and lexicon. The research is formulated through the study of synchronic and diachronic perspective. The synchronic perspective consists of the language phonological description of Wolio, Laiyolo, Selayar, and Bonerate. This research is also investigated the similarity and differences of phonology and lexicon of the four studied languages. The result of diachronic analysis by technique of lexicostatistic shows the family tree of the four genetic relationship studied language. The genetic relationship between the language of Wolio and Laiyolo is closer than Selayar and Bonerate language. The evidences of lexical shared innovation prove the close relationship between Wolio and Laiyolo language that cannot be found on Selayar and Bonerate language. Those evidences not only show the divergence of group, but also unifying group by analyzing reflexes of PAN phonemes toward PWLSB in the form of reconstruction from the top to down (Top-Down reconstruction). The result of this research significantly not only clarifies that the four languages is a group of language that formed West Muna-Buton subgroup, but also shows the genetic relationship of Wolio and Bonerate language as historically closer than Selayar and Bonerate language.

Kata Kunci : linguistik sinkronis, linguistik diakronis, kajian linguistik diakronis kuantitatif dan kualitatif.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.