PERILAKU REGANGAN-SIKLUS PEMBEBANAN TANAH PASIR PRAMBANAN DENGAN UJI TRIAKSIAL SIKLIS
Noor Rahmi, Prof. Dr. Ir. Kabul Basah Suryolelono, Dip.H.E., DEA.
2011 | Tesis | S2 Teknik SipilGempa yang terjadi di Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 menimbulkan banyak kerusakan, salah satunya adalah kerusakan pada Candi Çiwa di kompleks Candi Prambanan. Yogyakarta sebagai kota yang memiliki potensi gempa menyebabkan perilaku siklik tanah pasir kelanauan di lokasi Candi Çiwa menjadi penting karena potensi gempa yang lebih besar dapat terjadi dan mengancam kestabilan struktur candi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepadatan tanah dan PGA (Peak Ground Acceleration) terhadap perilaku siklis tanah pasir kelanauan yang menjadi dasar fondasi Candi. Tanah pasir kelanauan yang menjadi sampel merupakan tanah di sekitar Candi Çiwa dan diambil pada kedalaman 2-3 m dari permukaan tanah. Sampel tanah terusik diuji menggunakan alat triaksial siklis. Pengujian dilakukan dengan dua parameter variasi yaitu variasi kepadatan tanah (sedang dan padat) dan variasi rasio pembebanan siklis, SR (untuk kasus gempa merupakan perwakilan dari percepatan tanah maksimum, amax atau PGA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa regangan aksial tanah yang terjadi meningkat seiring dengan pertambahan kepadatan dan nilai SR (stress ratio) yang lebih rendah. Faktor kepadatan tanah memiliki pengaruh yang lebih besar daripada nilai SR yang digunakan dalam pembebanan siklis. Tanah pasir Prambanan tidak menunjukan keruntuhan yang disebabkan oleh likuifaksi dan cyclic mobility. Kepadatan tanah yang berbeda pada permukaan dan dasar Candi akan menyebabkan perbedaan perilaku deformasi yang terjadi selama beban gempa. Untuk amax = 0,2g; tanah didasar Candi Çiwa memperlihatkan peningkatan deformasi yang relatif kecil, untuk tanah di permukaan yang memiliki kepadatan yang lebih longgar akan memiliki deformasi yang besar. Untuk pembebanan amax = 0,3g dan 0,4g; tanah mengalami peningkatan deformasi yang besar, hal ini cukup berbahaya karena peningkatan deformasi cepat dapat menyebabkan kerusakan bangunan di atas tanah.
The earthquake on Yogyakarta on May 27, 2006 caused extensive damage, one of which was damage to the Çiwa temple at Prambanan complex temple. Yogyakarta as a city that had the potential of an earthquake causing the cyclic behavior of silty sand soil at the site kelanauan Çiwa Temple became important because of the potential for larger earthquakes could be occurred and threatened the stability of the structure of the temple. This study aimed to determine the effects of soil density and the PGA (Peak Ground Acceleration) of the cyclic behavior of silty sand soil on which the temple stood. The silty sand soil which had been sampled was the soil of Çiwa ground around the temple and taken at a depth of 2-3 m from ground. Disturbed soil samples were tested using cyclic triaxial apparatus. Tests performed with two parameter variation of soil density variations (medium and dense) and variations on the ratio of cyclic stress, SR (for the case of an earthquake presented by the maximum ground acceleration, amax or PGA). The results showed that soil strain that occurred increased with density and a lower value of SR(Stress Ratio). Soil density factor had more influence than the SR used in cyclic loading. Soil samples did not showed the soil failure which caused by liquefaction and cyclic mobility. Different soil density on the surface and bottom of Temple would cause differences in deformation behaviour that occurred during earthquake loading. For amax = 0,2g, soil on the bottom of Çiwa Temple showed relatively small deformation increment, for soil on the surface which had looser density would have bigger deformation. For amax = 0,3g and 0,4g loading, soil experienced great deformation increment, this was quite dangerous because of rapid increase in deformation colud cause damage to structures on the land.
Kata Kunci : gempa, triaksial siklik, pasir kelanauan, regangan aksial-siklus pembebanan