KONSTRUKSI KEARIFAN LOKAL ETNIS WANDAMEN-PAPUA DALAM PEMANFAATAN BUAH HITAM (Haplolobus monticola)

Antoni Ungirwalu, .Hut, Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, M.Sc

2011 | Tesis | S2 Ilmu Kehutanan

Dari perspektif holistik, salah satu wujud etnoekologi yang dianut secara turun-temurun oleh masyarakat adat etnis Wandamen adalah pemanfaatan SDH berupa tumbuhan buah hitam (Haplolobus monticola). Nilai dan bentuk kearifan lokal tersebut kurang mendapat pengakuan dan penghargaan dari pemerintah, bahkan belum digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan penting bagi penyusunan kebijakan pengelolaan hutan di Papua. Kajian ekologi-budaya ini bertujuan mengkonstruksikan kearifan lokal pemanfaatan buah hitam etnis Wandamen-Papua sebagai salah satu wujud kebudayaan fisik (artefak) dari sistem pengetahuan yang bersifat melembaga. Penelitian kualitatif ini difokuskan untuk mencari penjelasan sosiologis dari sistem pengetahuan budaya dan sistem pemanfaatan buah hitam menggunakan metoda etnografi kognitif. Pengumpulkan data ekologi dan etnografi, dilakukan di kampung: Rado, Dotir, Kaibi dan Tandia. Buah hitam merupakan flora endemik di Biogeografi Malenesia, dapat diekstraksi buahnya sebagai salah satu sumber bahan makanan alternatif. Habitat buah hitam pada hutan alam, hutan sekunder dan kebun-pekarangan, menggambarkan bentuk perubahan adaptasi dari proses pemanfaatan SDH dan proses sosial. Hasil penelitan menunjukan bahwa karekteristik sosial-budaya etnis Wandamen memiliki sifat askriptif kemajemukan adat-istiadat dalam pemanfaatan SDH buah hitam yang dijumpai pada mikro-etnis Wamesa. Interaksionisme simbolik dari sistem sosial, sistem budaya dan sistem kebendaan dari pemanfaatan buah hitam, antara lain berupa: simbol konstitusi, simbol kognitif, simbol penilaian, dan simbol pengungkapan perasaan. Dalam konstruksi kearifan lokalnya ditemukan enam unsur penting etnoekologi, yaitu sebagai: sumberdaya lokal, pengetahuan lokal, nilai lokal, keterampilan lokal, solidaritas kelompok lokal, serta mekanisme pengambilan keputusan lokal.

From a holistic perspective, one form of etnoecology adopted by generations of indigenous ethnic Wandamen is the utilization of forest resource in the form of black fruit plants (Haplolobus monticola). However, the value and form of this local knowledge received less recognition and awards from the government, indeed, have not used as one of the important considerations for policy-making of the forest management in Papua. This cultural-ecology study aims to construct a local knowledge in the utilization of black fruit by Wandamen-Papuan ethnic as one form of physical culture (artifacts) of institutional knowledge system. This qualitative research is focused to seek the sociological explanation of cultural knowledge system and black fruit utilization by using cognitive ethnography method. The ecological and ethnographic data collecting were conducted in Rado, Dotir, Kaibi, and Tandia villages. Black fruit is an endemic flora of biogeography Melanesia that can be extracted as a source of alternative food. The habitat ecology of the natural forest, secondary forest and garden-yard illustrate the evolutionary change (adaptation) of the utilization of forest resource and social processes. The results show that the sociocultural characteristic of Wandamen ethnic having an ascriptive nature of customs in the utilization of black fruit as forest resource by micro-ethnic Wamesa. The symbolic interactionism of the social system, cultural system, and material system of the utilization of black fruit is in the form of constitution symbol, cognitive symbol, assessment symbol, and the symbol of feeling expression. There are six essential elements of etnoecology found in the construction of local wisdom, namely as : local resources, local knowledge, local values, local skills, local group soliderity, and the mechanism of local decision making.

Kata Kunci : Kearifan Lokal, Etnis Wandamen, Buah Hitam, Haplolobus monticola.