Laporkan Masalah

ETIKA LINGKUNGAN DALAM MITOS DEMA-TOTEM-KLEN SUKU MARIND-ANIM DI PAPUA: RELEVANSINYA BAGI PELESTARIAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

Yuyun Hendrawati, Prof. Dr. Joko Siswanto

2011 | Tesis | S2 Ilmu Filsafat

Penelitian ini berjudul Etika Lingkungan dalam Mitos Dema-Totem-Klen Suku Marind-anim di Papua: Relevansinya Bagi Pelestarian Lingkungan di Indonesia. Penelitian ini berangkat dari berbagai kasus lingkungan yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, bersumber dari perilaku manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri. Kesalahan cara pandang ini bersumber dari etika antroposentrisme, yang memandang manusia sebagai penguasa atas alam yang boleh melakukan apa saja terhadap alam dan hanya manusia yang mempunyai nilai, sedangkan alam dan segala isinya sekedar alat bagi pemuasan kepentingan dan kebutuhan hidup manusia. Kekeliruan cara pandang ini melahirkan sikap dan perilaku eksploitatif tanpa kepedulian sama sekali terhadap alam dan segala isinya. Atas dasar itu, manusia perlu kembali ke etika masyarakat adat (suku Marind-anim di Papua), yang menawarkan etika lingkungan yang berbeda dari etika antroposentrisme, yaitu etika lingkungan dalam mitos Dema- Totem-Klen yang didasarkan pada sikap hormat, kasih sayang, kepedulian dan tanggung jawab terhadap semua kehidupan di alam semesta. Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan dan mendeskripsikan prinsip-prinsip etika lingkungan dalam mitos Dema-Totem-Klen dan melakukan analisis kritis terhadap pengelolaan lingkungan menurut etika lingkungan dalam mitos Dema-Totem-Klen. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan (library research) yang didukung oleh data-data lapangan. Objek formal penelitian ini adalah etika lingkungan. Objek materialnya adalah mitos Dema-Totem-Klen suku Marind-anim di Papua. Metode yang digunakan adalah kesinambungan historis, hermeneutika dan heuristika. Hasil yang dicapai dari penelitian ini sebagai berikut: Pertama, alam dipahami oleh suku Marind-anim sebagai sesuatu yang sakral, sehingga membangkitkan rasa kagum dan hormat, maka sumber daya alam dimanfaatkan dengan hemat dan hidup sederhana dan ini merupakan prinsip dasar etika lingkungan yang terdapat dalam mitos Dema-Totem-Klen. Kedua, suku Marind-anim memahami bahwa manusia bukanlah makhluk di luar alam dan makhluk agresif terhadap alam, melainkan manusia mempunyai hubungan kekerabatan dengan alam. Oleh karena itu, ada aturan-aturan dalam mitos Dema-Totem-Klen yang mengatur sistem pengambilan hasil alam yang disebut sar. Aturan-aturan sar dibuat agar dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam suku Marind-anim tidak mementingan diri sendiri, tetapi juga memperhatikan kelestarian alam. Ketiga, krisis lingkungan di Indonesia yang sebagian besar diakibatkan oleh sikap dan perilaku manusia yang sewenangwenang dalam mengeksploitasi sumber daya alam. Oleh karena itu, dibutuhkan penerapan gaya hidup baru sebagai kunci untuk menghentikan semua praktek dan sistem yang mengancam kelangsungan hidup alam, yakni penerapan gaya hidup hormat terhadap alam yang bersumber dari prinsip-prinsip etika lingkungan dalam mitos Dema-Totem-Klen suku Marind-anim di Papua.

This research entitled Environmental Ethics in the Myth of Dema-Totem-Klen Marind-anim tribe in Papua: Its Relevance for Environmental Conservation in Indonesia. This research departs from a variety of environmental cases that occurred today, both at global and national scope, derived from human behaviour that is irresponsible, ignorant and selfish. Errors of this perspective comes from ethical anthropocentrism, which saw man as ruler over nature is allowed to do anything against nature and the only man that has a value, while the nature and everything in it just a tool for satisfying the interests and needs of human life. Errors of this view gave birth exploitative attitudes and behavior with no concern at all for nature and all its contents. On that basis, people need to return to the ethics of indigenous peoples (Marind-anim tribe in Papua), which offers different environments ethics of anthropocentrism, namely environmental ethic in the myth of Dema-Totem-Klen which is based on respect, compassion, caring and responsibility towards all life in the universe. The purpose of this research is to discover and describe the principles of environmental ethics in the myth of Dema-Totem-Klen and perform critical analysis of environmental management according to the environmental ethic in the myth of Dema-Totem-Klen. This is a library research which support by field data. This research using environmental ethics approach as a formal object.  Material object is a myth Dema- Totem-Klen Marind-anim tribe in Papua. The method used is historical continuity, hermeneutics and heuristics. The results of this research as follow: First, nature is understood by the tribe Marind-anim as something sacred, so that evoke a sense of awe and respect, then the natural resources exploited by life-saving and simple and this is a fundamental principle of environmental ethics contained in the myth of Dema-Totem-Klen. Second, Marind-anim tribe understand that human beings are not outside nature and aggressive creatures of nature, but humans have a kinship with nature. Therefore, there are rules in the myth of Dema-Totem-Klen making systems that govern the natural result of the so-called sar. The rules are made to be big in the management and utilization of natural resources Marind-anim tribe concerned not ourselves, but also pay attention to the preservation of nature. Third, the environmental crisis in Indonesia is largely caused by human attitudes and their behavior that is arbitrary in the exploitation of natural resources. Therefore, it takes the application of a new lifestyle as the key to stopping all the practices and systems that threaten the survival of nature, namely the application of respect for the natural lifestyle that comes from the principles of environmental ethics in the myth of Dema -Totem-Klen of Marindanim tribe in Papua.

Kata Kunci : Etika Lingkungan, Mitologi Dema-Totem-Klen, Suku Marindanim.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.