CITRA PLURALITAS DAN RELIGIUSITAS MASYARAKAT SASAK DI LOMBOK: TINJAUAN SOSIO-SEMIOTIK ATAS TE MELAK MANGAN

Usup, Dr. Aprinus Salam, M.Hum.

2011 | Tesis | S2 Sastra

Masalah pengkajian ini adalah citra pluralitas dan religiusitas masyarakat Sasak yang dikaji melalui cerita TMM. Tujuan pengkajian ini adalah mengungkap nilai-nilai cerita TMM yang berkaitan dengan pluralitas dan religiusitas dengan menggunakan teori semiotik Roland Barthes. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan terhadap cerita TMM, pada tahapan menginventarisir kode cerita, ditemukan kode cerita sejumlah 649 buah. Pada tahap pemaknaan terhadap kode cerita dengan berdasarkan kode hermeneutik, semik, simbolik, proaeretik, dan kultur, ditemukan beberapa kode yang bersifat kultural, yaitu kode identitas wilayah, kode akulturasi budaya, kode keberagaman kultur, kode keberagaman agama dan keyakinan, kode keistimewaan karakter tokoh, dan kode kekuatan dan kekuasaan tokoh raja yang mencerminkan prototif Raja Majapahit. Berdasarkan permasalahan pluralitas dan religiusitas dalam cerita, ditemukan Sasak merupakan masyarakat yang beragam dan interkulturalisme yang dapat dikelompokkan dalam tiga peta sosio-kultural, yaitu karakter masyarakat yang berideologi religius Islam yang berada di wilayah Kerajaan Jero Baru yang mirip dengan kultur masyarakat Madura; karakter masyarakat yang berideologi kekuasaan serta religius Islam yang berada di wilayah Kerajaan Selaparang yang bentuk kekuasaannya mirip dengan kultur kekuasaan Kerajaan Majapahit; dan karakter masyarakat yang berideologi religius sinkretis yang berada di wilayah Kerajaan Sembah Hulun yang mirip dengan kultur Jawa. Kondisi sosio-kultural Sasak yang beragam dan disertai dengan beberapa suku bangsa lain yang mendiami Pulau Sasak (Pulau Lombok) menyebabkan sering terjadi konflik, sehingga membutuhkan pemimpin yang mampu membawa kedamaian dengan konsep kepemimpinan Islam rahmatanlilalamin. Cerita TMM sebagai produk budaya, fenomena sosial yang ditawarkan di dalamnya, tentang sepirit kedamaian dan model kepemimpinan Islam yang ideal, tidak mendapat tanggapan masyarakat Sasak dalam fenomena empirik. Hal tersebut disebabkan, ada indikasi bahwa tokoh yang menjadi Raja Selaparang dan penguasa Pulau Sasak (Pulau Lombok) tersebut merupakan gambaran prototif Raja Majapahit yang pernah menguasai Pulau Sasak (Pulau Lombok) dalam fakta sejarah. Jadi, segala bentuk tawaran yang dikemukakan, seperti yang tergambar di dalam cerita TMM, tidak mendapat tanggapan masyaralat Sasak disebabkan tawaran tersebut dapat dipandang sebagai bentuk strategi untuk menghilangkan memori tentang kekuasaan Majapahit terhadap Pulau Sasak (Pulau Lombok).

Problems of this assessment is the image of plurality and religiosity Sasak people who studied through the story TMM. The purpose of this study is to reveal the values of TMM stories relating to plurality and religiosity using semiotic theories of Roland Barthes. Based on the results of studies conducted on TMM story, a story on stage inventory code, the code is found the story a number of 649 pieces. At this stage the story with the meaning of the code based on the hermeneutic code, semik, symbolic, proaeretik, and culture, found some code that is cultural, namely the identity code, the code of acculturation, cultural diversity codes, the code diversity of religion and belief, the character feature code , and the code of power and authority figures that reflect the prototype of kings King of Majapahit. Based on the problems of plurality and religiosity in the story, found Sasak is a diverse society and interkulturalisme which can be grouped into three socio-cultural map, the character of the ideology of Islamic religious community residing in the territory of the Kingdom of the New Jero similar to the culture of the Madurese; character of the community Islamic religious ideology and power in the territory of the Kingdom Selaparang that form his power is similar to the culture of power of the Majapahit Kingdom, and the community character of syncretic religious ideology in the territory of the Kingdom Worship Hulun similar to Javanese culture. Sociocultural conditions Sasak diverse and accompanied by several other tribes that inhabited the island of Sasak (Lombok Island) led to frequent conflicts, thus requiring a leader who can bring peace to the Islamic concept of leadership rahmatanlilalamin. TMM story as a product of cultural, social phenomena are offered in it, about sepirit peace and an ideal model of Muslim leadership, got no response in the Sasak people of empirical phenomena. This is due, there are indications that the figure who became king and ruler of the island Selaparang Sasak (Lombok Island) is a prototype image of the King of Majapahit who once ruled the island of Sasak (Lombok Island) in the historical facts. Thus, all forms of bids put forward, as depicted in the story TMM, got no response masyaralat Sasak caused the offer can be viewed as a strategy to eliminate memories of Majapahit's power against the island of Sasak (Lombok).

Kata Kunci : cerita TMM, citra pluralitas dan religiusitas, teori sosio-semiotik.