LAPAROSKOPIK APENDEKTOMI VERSUS APENDEKTOMI TERBUKA PADA OPERATOR PEMULA : HASIL KLINIK DI RSUP DR SARDJITO JOGJAKART

TARJONO, dr. Hendro Wartatmo, SpBKBD

2011 | Tesis | S2 Ked.Klinik/MS-PPDS

Latar Belakang Sejak Januari 2010, residen bedah UGM/RSUP Dr Sardjito diperkenalkan dengan prosedur baru pembedahan berupa apendektomi laparoskopik disamping prosedur konvensional yang telah lama dilakukan, apendektomi terbuka . Keduanya merupakan kompetensi bedah yang harus dimiliki oleh residen. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil klinik kedua prosedur tersebut yang masing-masing dilakukan oleh residen/operator pemula (novice operator). Tujuan kedua adalah untuk menilai apakah apendektomi laparoskopik aman dilakukan oleh operator pemula. Metode Semua pasien apendektomi laparoskopik dan apendektomi terbuka yang dikerjakan oleh operator pemula dalam jangka waktu penelitian 15 bulan dinilai secara prospektif. Dilakukan analisa mengenai data karakteristik pasien & operator, hasil klinik yang meliputi lama operasi & anestesi, komplikasi intra- & pascaoperatif, operasi konversi, hari rawat pascaoperatif, penyembuhan luka, fungsi gastrointestinal pascaoperatif (kembalinya peristaltik usus & diet per oral), dan nyeri pascaoperatif. Hasil Sebanyak 71 pasien apedektomi laparoskopik dan 55 pasien apendektomi terbuka masuk dalam penelitian ini. Operasi melibatkan 28 operator pemula untuk laparoskopik apendektomi (LA) dan 36 operator pemula untuk apendektomi terbuka ( OA). Sebanyak 14 (19,7%) pasien LA dilakukan operasi konversi. Waktu operasi & anestesi lebih lama pada kelompok laparoskopik (105 dan 140 menit vs 80 dan 100 menit; P = 0,000. Komplikasi intra & pascaoperatif, hari rawat poscaoperatif, kembalinya fungsi gastrointestinal tidak berbeda pada kedua kelompok . Intensitas nyeri yang diukur dengan visual analoque scale (VAS) pada tiga aktivitas (berbaring, bangun dari berbaring, berjalan) dalam pengukuran hingga 72 jam pascaoperatif stastistik menunjukan tingkat nyeri yang lebih rendah pada kelompok laparoskopik. Penyembuhan luka lebih cepat pada kelompok laparoskopik 13 (8-21) hari vs 14 (10-52) hari; P = 0,003. Tidak terdapat mortalitas atau rehospitalisasi pada kelompok LA maupun OA. Simpulan LA dan OA yang dilakukan oleh operator pemula memiliki hasil-hasil klinik yang sama dalam hal hari rawat pascaoperatif (postoperative LOS), komplikasi intra-dan pascaoperatif, waktu kembali peristaltik usus & diet oral. Waktu operasi & anestesi lebih lama untuk LA. Intensitas nyeri pascaoperatif dan penyembuhan luka lebih baik untuk kelompok LA. Tidak didapatkan mortalitas maupun rehospitalisasi pada kelompok LA maupun OA. Apendektomi laparoskopik merupakan prosedur pembedahan yang aman bagi residen/operator pemula

Background Since January 2010, surgical residents of Gadjah Mada University / Sardjito General Hospital were introduced to the new surgical procedure that is laparoscopic appendectomy in addition to conventional procedure, open appendectomy. Both of them are surgical competences that must be mastered by a resident. This study aimed to compare the clinical outcomes of both procedures which performed by novice operators / residents. The secondary objective is to asses whether laparoscopic appendectomy is the safe procedure for novice operators. Methods All patients undergoing laparoscopic or open appendectomy by novice operators within 15 months period of study were assesed prospectively. Data on patient characteristics, operator characteristics, clinical outcomes including operative and anesthetic time, intra- and postoperative complications, conversion rate, postoperative length of stay, wound healing, postoperative gastrointestinal functions (time to peristaltic recovery and oral diet), and postoperative pain were analyzed. Results Seventy one laparoscopic appendectomy (LA) patients and 55 open appendectomy (OA) patients were included. This study involved 28 novice operators for LA and 36 novice operators for OA. A total of 14 LA patients (19,7%) required conversion to open surgery. Operative and anesthetic time were longer in laparoscopic group (105 and140 minutes versus 80 and 100 minutes; P = 0,000. Intra- and postoperative complications, postoperative LOS, time to peristaltic recovery and oral diet were similar in both groups. The severity of pain measured with visual analog scale (VAS) at three activities (lying down, getting up from bed, and walking) until 72 hours postoperative, statistically showed lower levels of pain in the laparoscopic group.Wound healing was shorter in laparoscopic group 13 (8-21) days vs 14 (10-52) days; P = 0,003. There was no mortality or rehospitalization in both groups. Conclusion Laparoscopic and open appendectomy performed by novice operators have similar clinical outcomes for intra- and postoperative complications, time to return bowel movement & oral diet. Operative and anesthetic time is longer for LA. The severity of pain, and wound healing is better for LA group. Laparoscopic appendectomy is a safe surgical procedure for the novice operators.

Kata Kunci : apendektomi laparoskopik, apendektomi terbuka, residen, operator pemula