Laporkan Masalah

ANALISIS EVOLUSI, HAMBATAN DAN MANFAAT KERJASAMA KEUANGAN DAN MONETER REGIONAL ASEAN+3

Agus Dedi Mulyadi, Drs.Riza Noer Arfani, MA

2011 | Tesis | S2 Ilmu Politik/Hubungan Internasional

Krisis keuangan Thailand pada tahun 1997 menyebar melanda kawasan Asia Timur sebagai dampak globalisasi dan integrasi sistem keuangan dunia. Belajar dari pengalaman dan contangion effect krisis tersebut, negara-negara Asia Timur menyadari pentingnya stabilitas keuangan kawasan. Kerjasama ASEAN+3 yang beranggotakan negara-negara ASEAN, Jepang, China dan Korea Selatan memiliki tiga inisiatif penting yang terdiri dari Chiang Mai Initiative (CMI) sebagai sebagai mekanisme perlindungan diri, Economic Review and Policy Dialog (ERPD) sebagai proses ekonomi review dan Asian Bond Market Initiative (ABMI) sebagai pengembangan pasar obligasi regional. CMI bertujuan membentuk sebuah jaringan bilateral swap arrangement (BSA) antara negara-negara ASEAN+3 untuk membantu negara anggota yang mengalami kesulitan likuiditas jangka pendek. Multilateralisasi CMI (CMIM) yang berdasarkan kontrak tunggal meningkatkan dukungan likuiditas menjadi US$120 miliar. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis evolusi kerjasama, mengidentifikasi dan menganalisis hambatan dan manfaat (benefit) kerjasama keuangan dan moneter regional ASEAN+3. Penelitian ini membatasi cakupanya hanya pada kerjasama ASEAN+3 melalui pembentukan dukungan likuiditas jangka pendek melalui CMI/CMIM. Penelitian ini berdasarkan pada Vehicle Theory yang dikemukakan oleh Dieter (2000). Penelitian ini merupakan studi kualitatif untuk menggambarkan evolusi, hambatan dan manfaat (benefit) kerjasama keuangan dan moneter regional ASEAN+3. Penilaian kualitatif dilakukan terhadap data-data kuantitatif seperti data makroekonomi, volume perdagangan, investasi asing langsung antara negara-negara ASEAN+3. Hasil analisis menunjukan evolusi kerjasama keuangan dan moneter regional ASEAN+3 merupakan tahapan penting menuju intergrasi ekonomi Asia Timur dan melengkapi arsitektur keuangan intenasional. Terdapat lima hambatan dalam proses kerjasama keuangan dan moneter regional ASEAN+3 yaitu : (1) hambatan sejarah, (2) kepemimpinan, (3) disparitas ekonomi, (4) isntabilitas politik, dam (5) arsitektur keuangan internasional dan sistem nilai tukar. Manfaat (benefit) kerjasama keuangan dan moneter regional ASEAN+3 adalah antisipasi krisis di masa datang, peningkatan interdependensi, spillover kerjasama, dan memperbaiki hubungan China, Jepang dan Korea

Thailand‟s financial crisis in 1997 spread throughout the East Asia region due to the impact of globalization and the integration of the world‟s financial system. Learning from the experience and the contagious effect of the financial crisis, East Asian countries came to appreciate the importance of regional financial stability. ASEAN+3, a cooperative framework composed of ASEAN member countries, Japan, China and South Korea, has taken three important initiatives: the Chiang Mai Initiative (CMI), as a regional self-protection mechanism; the Economic Review and Policy Dialog (ERPD), as an economic review process; and the Asian Bond Market Initiative (ABMI) to develop a regional bond market. The objective of CMI was to establish a network of bilateral swap arrangements (BSAs) among ASEAN+3 countries to address short-term liquidity difficulties in the region. Multilateralization of CMI (CMIM) based on single contract resulted in liquidity support reaching US$120 billion. The objective of this research is to analyze the cooperative evolution, to identify and analyze obstacles and benefits of regional financial and monetary cooperation within the ASEAN+3 framework. This research restricts its scope to ASEAN+3 cooperation in providing short-term liquidity support through the CMIM. This research is based on “Vehicle Theory”, which was advanced by Dieter (2000). This research takes the form of a qualitative study to describe the evolution, obstacles and benefits of regional financial and monetary cooperation within the ASEAN+3 framework. Qualitative was carried out on such quantitative data as macroeconomic data, trade volumes, and foreign direct investment among ASEAN+3 countries. This research finds that regional financial and monetary cooperation among ASEAN+3 countries constitutes an importance step in East Asian economic integration and in broadening international financial architecture. Five obstacles factors are identified: (1) historical barriers; (2) lack of leadership; (3) economic disparities; (4) political instability, and (5) international financial architecture and exchange rate systems. This research finds that the benefits of ASEAN+3 cooperation are: development of an ability to anticipate future crises; increased interdependence; cooperative „spillover‟; and improved relations among China, Japan, and South Korea relationships.

Kata Kunci : ASEAN+3, Vehicle Theory , CMIM dan regionalisme


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.