Laporkan Masalah

WHO DAN SEKURITISASI ANCAMAN WABAH SWINE FLU

YENNY ERLINA, Drs. Samsu Rizal Panggabean, M.Sc.

2011 | Tesis | S2 Ilmu Politik/Hubungan Internasional

Penetapan wabah penyakit flu babi sebagai pandemi global oleh WHO, melalui pengumuman pandemi fase 6 (level tertinggi) pada tanggal 11 Juni 2009, merupakan langkah awal sekuritisasi. WHO mengemukakan alasan untuk menjaga keamanan kesehatan masyarakat global dari ancaman wabah pandemi sebagai alasan yang melatarbelakangi kebijakannya terhadap flu babi. Namun disisi lain ternyata kebijakan WHO yang menetapkan flu babi sebagai pandemi global, lebih disebabkan karena adanya pengaruh kepentingan aktor fungsional yang dalam hal ini disebut dengan istilah Big Pharma. Kepentingannya adalah untuk mendapatkan keuntungan finansial dari hasil penjualan vaksin anti virus flu babi, karena pada dasarnya Big Pharma merupakan perusahaan farmasi yang memproduksi dan memasarkan vaksin flu babi. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan kacamata konstruktivisme, teori sekuritisasi dan konsep health security untuk menganalisa fenomena ini. Wabah penyakit flu babi menjadi ancaman global, tidak disebabkan karena besarnya potensi ancaman virus terhadap kesehatan masyarakat global, melainkan lebih disebabkan karena kuatnya pengaruh speech act yang dilakukan oleh securitizing actor (WHO). Kondisi ini membuat masyarakat dan negara-negara internasional mempercayai apa yang disampaikan oleh WHO tentang flu babi. Terlihat dari kepanikan yang ditimbulkan setelah pengumuman flu babi sebagai pandemi fase 6. Semua negara dipersuasi untuk menjalankan mekanisme pananggulangan yang ditetapkan oleh WHO, sesuai dengan IHR 2005, yang diantara sekian banyak mekanisme cenderung lebih mengutamakan penggunaan mekanisme vaksinasi sebagai upaya preventif. Mekanisme ini telah menuntut negara untuk mengeluarkan sejumlah anggaran darurat untuk menyediakan suplai anti virus flu babi. Namun ternyata vaksinasi tidak bisa mengurangi jumlah kematian akibat flu babi, bahkan justru menyebabkan timbulnya imunitas bagi orang yang sudah divaksin terhadap penyakit lainnya yang lebih berbahaya. Fakta ini merupakan salah satu bukti yang menunjukkan adanya jalinan kepentingan antara WHO dengan Big Pharma, yang dalam hal ini dihubungkan oleh SAGE (tim khusus yang terdiri atas ahli-ahli virus dan penyakit yang dibentuk oleh WHO untuk menyusun mekanisme penanggulangan wabah penyakit pandemi. Selanjutnya dihubungkan melalui CDC (laboratorium dan lembaga virologi yang berperan untuk melakukan uji coba terhadap sampel virus, apakah tergolong kedalam flu babi atau flu musiman biasa). Serta melalui Emergency Committee yaitu tim khusus yang dibentuk oleh WHO sesuai dengan IHR 2005, untuk mengawasi perkembangan flu babi tahun 2009 sejak awal terjadinya di Mexico pada Maret 2009 sampai dengan Agustus 2010 bersamaan dengan ditetapkannya kondisi post pandemi. SAGE, CDC dan Emergency Committee merupakan alat yang digunakan oleh Big Pharma untuk mempengaruhi kebijakan WHO tentang penanggulangan flu babi 2009. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar master dari Program Pasca Sarjana Hubungan Internasional di Universitas Gadjah Mada. Tesis ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang dapat digunakan pada penelitaian-penelitian lain, yang berkaitan dengan kebijakan WHO tentang penanggulangan flu babi atau wabah penyakit pandemi lainnya.

of Determination of swine flu epidemic as a global pandemic by the WHO, through the announcement of the pandemic phase 6 (highest level) on June 11, 2009, is the initial step securitization. WHO suggests a reason for maintaining global public health security from the threat of a pandemic outbreak as the reason behind its policy against swine flu. On the other hand turned out to WHO policy that sets a global pandemic of swine flu, is more due to the influence of the interests of functional actors which in this case referred to as Big Pharma. Interests is to benefit financially from the sale of vaccines against swine flu virus, because basically Big Pharma is pharmaceutical company that manufactures and markets a swine flu vaccine. This study is qualitative by using approach of constructivism, the theory of securitization and the concept of health security to analyze this phenomenon. . Outbreak of swine flu becomes a global threat, not due to the great potential virus threats to global public health, but rather due to the strong influence of speech act performed by a securitizing actor (WHO) These conditions make the public and international countries believe what is presented by the WHO on seasons influenza. Seen from the panic brought about after the announcement of swine influenza as a pandemic phase 6. All countries persuation to implement mechanism that established by the WHO, in accordance with the IHR 2005, which among the many mechanisms tend to prefer the use of vaccination as a preventive mechanism. This mechanism has demanded the state to issue a number of emergency budget to provide a supply of swine flu vaccine. However, vaccination was not able to reduce the number of deaths from flu, it causes the onset of immunity even for people who are vaccinated against other diseases that are more dangerous. ). This fact is one evidence of the fabric of interest between the WHO with Big Pharma, which in this case connected by SAGE (special team consisting of experts in viruses and diseases established by WHO to draw up an outbreak of pandemic response Furthermore, connected through the CDC (virology laboratories and institutions whose role is to conduct tests on virus samples, are classified into the swine flu or the common seasonal flu). As well as through the Emergency Committee, which is a special team set up by WHO in accordance with the IHR 2005, to oversee the development of swine flu in 2009 in Mexico since the onset in March 2009 to August 2010 along with the enactment of a pandemic condition post. SAGE, the CDC and the Emergency Committee is a tool used by Big Pharma to influence WHO policy on the 2009 swine flu prevention. This thesis is structured as one of the requirements to earn a master's degree from the Graduate Program in International Relations at the University of Gadjah Mada. The thesis is expected to provide knowledge that can be used other research studies, related to the WHO policy on the prevention of swine flu or other pandemic disease outbreaks.

Kata Kunci : WHO, Konstruktivisme, Sekuritisasi, Health Security, pandemi global, Big Pharma, SAGE, CDC, Emergency Committee.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.