Analisis Saptiotemporal Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat

I Gede Budiharta, Prof. dr. Hari Kusnanto, DrPH.

2011 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar belakang : kasus DBD di Nusa Tenggara Barat setiap tahun semakin meningkat dan disertai dengan kematian dimana jumlah kasus terbanyak terjadi di Kota Mataram. Tujuan : Untuk mengetahui model spatio dan temporal penyakit DBD dan faktor risiko yang mendukung penyebaran penyakit DBD di Kota Mataram tahun 2009. Metode : jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional untuk mengidentifikasi, menganalisis spasial dan temporal kasus penyakit DBD dan rancangan kasus kontrol untuk beberapa variable faktor risiko, populasi penderita DBD sebanyak 172 dari data sekunder Dinas Kesehatan Kota Mataram tahun 2009 dan data Koordinat kasus diambil menggunakan (GPS), 172 data kontrol tidak diambil koordinat tapi hanya dilakukan pengisian checklist. Hasil : tidak terdapat hubungan Angka Bebas Jentik dengan kasus DBD (p=0,199), tidak terdapat hubungan kepadatan penduduk dengan kasus DBD (p=0,447), tidak terdapat hubungan spasial dengan kejadian kasus DBD (uji likelihood test)(p=0.16 ), hasil SatScan terdapat 1 most likely cluster terjadi pada tanggal 2009/1/1 - 2009/1/5 berpusat pada koordinat (-8.558480 S, 116.113600 E) dengan radius 0 km (p= 0.0014), tidak terdapat perbedaan risiko pekerjaan dengan kasus DBD (OR 0,93; 95% CI 0,42-2,07 ; p=0,85), terdapat faktor risiko kebiasaan tidur siang jam 9-10 (OR 3,33; 95% CI 0,86- 18,85; p=0,05), terdapat faktor risiko kebiasaan tidur siang jam 11-12 (OR 3,33; 95% CI 0,86-18,85; p=0,05), tidak terdapat faktor risiko kebiasaan tidur sore jam 13-14 (OR 1,42; 95% CI 0,76-2,70; p=0,24), terdapat faktor risiko kebiasaan tidur sore jam 15-17 (OR 4,85; 95% CI 2,76-9,35; p=0,000), faktor risiko yang paling dominan terhadap kejadian kasus DBD adalah kebiasaan tidur siang jam 9-10 (OR 9,00 ; 95% CI 2,08-38,99, p=0,003). Analisis spatiotemporal terlihat kejadian kasus DBD berawal dari kelurahan rembiga kecamatan selaparang yang berada di sebelah utara Kota Mataram lalu bergerak kearah Selatan dan kebarat menuju arah selatan mengikuti pola jalan (buffer 100 m) dan terjadi pada daerah dengan perumahan mengelompok. Kesimpulan : terdapat pengelompokan kasus dengan kecendrungan terjadi pada daerah ABJ rendah, kepadatan penduduk rendah, pada daerah dengan penduduknya tinggal mengelompok disatu daerah, jarak antar rumah berdekatan serta rumah berdekatan dengan jalan, faktor risiko yang paling dominan adalah kebiasaan tidur siang pada jam 9-10.

Background: Dengue cases in West Nusa Tenggara are increasing every year and are accompanied by death in which the largest number of cases were occurs in the Mataram municipality. Objective: To know the spatio and temporal model of DHF and risk factors that supported the spread of dengue in the Mataram municipality in 2009. Method: The study was observational with a cross sectional approach to identifying, analyzing the spatial and temporal of DHF cases and case control design for multiple variables of risk factors, population 172 DHF patients from secondary data Mataram Municipality Health Office in 2009 and coordinates data retrieved cases using (GPS), 172 control data is not retrieved coordinates but only customers can fill in the checklist. Results: There is no correlation wiggler free rate (ABJ) with of DHF cases (p = 0.199), there was no correlation population density with of DHF cases (p = 0.447), there is no spatial correlation with the incidence of DHF cases (likelihood test) (p = 0:16), there are 1 results SatScan cluster most likely occurred on 01/01/2009 - 05/01/2009 centered at coordinates (S -8.558480, 116.113600 E) with a radius of 0 km (p = 0.0014), Mcnemar bivariate analysis (matched-pair analysis) there is no difference in risk jobs with DHF cases (OR 0.93, 95% CI 0.42 to 2.07, p = 0.85), there is a risk factor for sleep habits at 9 -10 am (OR 3.33, 95% CI 0.86 to 18.85, p = 0.05), there is a risk factor for sleep habits at 11-12 am (OR 3.33, 95% CI 0.86 to 18 , 85, p = 0.05), there were no risk factors for sleep habits afternoon at 13-14 pm (OR 1.42, 95% CI 0.76 to 2.70, p = 0.24), there is a risk factor for sleep habits afternoon at 15- 17 pm (OR 4.85; 95% CI 2.76 to 9.35, p = 0.000), the most dominant risk factors on the incidence of DHF cases is the habit of sleeping at 9-10 am (OR 9.00, 95% CI 2.08 to 38.99, p = 0.003). Spatiotemporal analysis looks at the incidence of DHF cases started from the northern city of Mataram and then move towards the south and south west sticks follow the pattern of roads (100 m buffer) and occur in regions with clustered housing. Conclusion: There is clustering of cases occurred in areas with a tendency ABJ low, low population density, inhabitants living in areas with clumped in one area, the distance between adjacent houses and homes adjacent to the road. The most dominant risk factor is the habit of sleep at 09,00-10,00 am.

Kata Kunci : Aedes aegypti, Dengue, Global Position Sistem, Sistem Informasi Geografis, Spatiotemporal.