OBESITAS SENTRAL BERHUBUNGAN DENGAN TOLERANSI GLUKOSA TERGANGGU PADA MURID PEREMPUAN BEBERAPA SEKOLAH SWASTA DI YOGYAKARTA

LUCIA MAWARTI DWI ASTUTI, dr. Endy Paryanto P, MPH, Sp.A(K)

2011 | Tesis | S2 Kedokteran Klinik/EK

Latar belakang: Obesitas pada remaja telah menjadi masalah kesehatan. Obesitas sentral diperkirakan berhubungan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin akan menyebabkan toleransi glukosa terganggu (TGT) yang dapat berkembang menjadi diabetes mellitus (DM) tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan prevalensi TGT pada obesitas sentral lebih besar daripada obesitas non sentral, dan mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan TGT. Metode: Penelitian ini adalah observasi secara potong lintang, diadakan di 3 sekolah menengah swasta di Yogyakarta dengan subyek murid perempuan obes, usia 12 - 18 tahun. Subyek dikelompokkan menjadi obesitas sentral (BMI > +2SD dan lingkar pinggang > p90) dan obesitas non sentral. Subyek menjalani pemeriksaan kadar glukosa puasa dan 2 jam pasca pembebanan. Perbedaan prevalensi di antara kedua kelompok dihitung dengan chi-square, sedang untuk menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan TGT digunakan regresi logistik (interval kepercayaan 95%). Hasil: Didapatkan subyek sebanyak 31 orang untuk masing-masing kelompok. Dari 62 subyek, 14 subyek mengalami TGT. Prevalensi TGT pada obesitas sentral lebih besar secara bermakna dibandingkan dengan obesitas non sentral (11/31 vs 3/31; P= 0,03). Obesitas sentral adalah satu-satunya faktor risiko TGT (OR= 4,58; IK 95%: 1,04 – 20,24). Sebagian subyek mengalami GPT (21/62) dan GPT+TGT (1/62), namun tidak ada perbedaan di antara kedua kelompok. Simpulan: Pada murid perempuan prevalensi TGT pada obesitas sentral lebih besar daripada obesitas non sentral. Murid perempuan dengan obesitas sentral mempunyai risiko menjadi TGT sebesar 4,6 kali lipat dibandingkan obesitas non sentral.

Background: Obesity in adolescents has become health problem. Central obesity is associated with insulin resistance. Theoretically, insulin resistance will cause impaired glucose tolerance (IGT), and it could develop into type 2 diabetes. The aims of this study are to evaluate the difference in IGT prevalence in central and non central obesity and to identify the risk factors associated with IGT. Methods: We conducted a cross sectional study at 3 private secondary schools in Yogyakarta, and recruited 62 obese female students aged 12-18 years. We classified the subjects into central obesity (BMI > +2SD and waist circumference > p90) and non central obesity based on anthropometric. Fasting glucose and 2 hours after loading were measured in all subjects. Differences in proportions between the two groups was calculated using chi-square test and risk factors associated with IGT were calculated using multivariate logistic regression with 95% confidence interval. Results: Out of 62 subjects, 14 subjects revealed IGT and central obesity showed significantly higher prevalence compared to non central obesity (11/31 vs 3/31 , P = 0.03). We also found that central obesity is the only risk factor of IGT (OR = 4.6; 95% CI: 1.04 to 20.24). Some of our subjects had IFG (21/62) and IFG+IGT (1/62), and there was no difference between central and non central obesity. Conclusion: The prevalence of IGT in female students with central obesity is higher compared to whom with non central obesity. A female student with central obesity had 4.6-fold risk of IGT compared to non-central obesity

Kata Kunci : obesitas sentral, intoleransi glukosa , murid , prevalensi, penelitian potong lintang