KEPARIWISATAAN BERKELANJUTAN DI WILAYAH YOGYAKARTA BAGIAN UTARA SEBELUM ERUPSI 2010 (Interaksi Masyarakat Sekitar Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi di dalam Pengelolaan Lingkungan dan Kepariwisataan)
Muhamad, ST.,MT., Prof. Dr. Ir. Chafid Fandeli, M.S
2011 | Disertasi | S3 Kajian PariwisataPenelitian ini dilatarbelakangi tanggapan terhadap isu pembangunan kepariwisataan yang diindikasikan menurunkan kualitas lingkungan akibat terjadinya perbenturan fungsi terhadap wilayah penyedia jasa lingkungan dan kepariwisataan. Pembangunan kepariwisataan di jadikan sebuah pilihan kebijakan, dalam menjawab pertanyaan dan hipotesa pertumbuhan dan perkembangan wilayah, daya dukung, ekonomi, persepsi wisatawan dan interaksi masyarakat. Data variabel dan indikator tersebut dianalisis dengan: z score, scoring, parameter, harkat, kelas, kriteria, carryng capacity, willingnes to pay (WTP), importance performance analysis (IPA), multiple regression analysis. Hasil penelitian menunjukan perkembangan wilayah kepariwisataan di wilayah Yogyakarta bagian Utara berada pada fase 4 yaitu: tahap paling tinggi dan daya dukung lingkungan telah optimal serta mulai landai sehingga memerlukan konsolidasi. Indeks perkembangan wilayah kepariwisataan dipengaruhi oleh: transportasi, tata guna lahan, sarana dan prasarana, perkembangan kepariwisataan: (attraction, amenities, access, patern). Tingkat kepuasan wisatawan didekati dengan menetapkan daya tampung kawasan berapa luas areal yang dibutuhkan wisatawan untuk secara leluasa dalam berwisata. Daya dukung wilayah di Yogyakarta Utara mempunyai daya tampung optimal dengan tingkat kelenturan yang tinggi Hasil analisis kesediaan membayar (Wilingness To Pay/WTP) sebagai bentuk penghargaan dari pengalaman wisatawan untuk kawasan konservasi TNGM sebesar Rp 115.333, dalam satuan group yaitu 7 orang sehingga perorang Rp.16.476. Sebagai hasil dari kesediaan memberikan nilai pada pengalaman wisatawan yang berkunjung ke kawasan konservasi, wisatawan tersebut merupakan sumber dana yang potensial dalam memberikan pendapatan bagi kawasan, pemerintah daerah dan masyarakat lokal yang dipergunakan untuk mengelola sumber daya alam kawasan konservasi. Pencapaian yang sesuai dengan keinginan wisatawan dan masyarakat adalah (V3) kualitas pelayanan wisata, (V7) tingkat kesadaran wisatawan terhadap objek wisata, (V11) wisata sebagai pendidikan, (V12) pelestarian lingkungan dan (V1) sarana dan prasarana fisik penunjang pariwisata yang berada di kuadran 2. Berdasarkan hasil uji analisis interaksi masyarakat, diantara kelima variabel (X1) pengetahuan kepariwisataan, (X2) kendala pembangunan kepariwisataan, (X3) motivasi individual, (X4) partisipasi dalam kepariwisataan dan (X5) aspek fisik terhadap variabel terikat (Y) interaksi masyarakat dalam kegiatan kepariwisataan, kendala kepariwisataan berpengaruh negatif secara signifikan, akan memperlambat perkembangan wilayah kepariwisataan, yang pada akhirnya mempengaruhi interaksi masyarakat di Yogyakarta bagian utara dan TNGM.
This research is based on the responses to tourism development issue that reduced environment quality has indicated due to conflicting functions of the areas providing environmental and tourism services. Tourism development serves as a policy alternative in responding the questions and hypotheses on area growth and development, carrying capacity, tourist’ perception, and community perception. The data on such variables and indicators were analyzed by using z score, scoring, parameters, model, criteria, carrying capacity, willingness to pay, importance performance analysis, multiple regression analysis. The result shows that regional growth of the northern Yogyakarta area is in the fourth stage i.e.: at the highest stage with the optimum carrying capacity, starting to lean, and hence, consolidation is needed. The tourism index of the area development is affected by: transportation, landuse, infrastructure and facilities, tourism development: (attraction, amenities, access, pattern). Tourism satisfied level close with carrying capacity area, how wide the areal that tourism needed to be satisfied. The region carrying capacity in the northern Yogyakarta has optimum received capacity the high flexibility level. Result analysis on willingness to pay ( WTP) as the form of appreciation from tourists’ experience on MMNP conservation area was IDR 115, 333/group 7 touris, its for seven person IDR 16.476. As a result of the willingness of providing value to the tourist’ experience visiting the conservation area, tourists were considered as the potential financial source in contributing revenue for the area, local government, and local people, that was exploited to manage natural resource conservation areas. The matching with touris desire and society is: (V3) tourism services quality, (V7) the conscious touris level toward the touris object, (V11) tourism as an education, (V1) environment conservation, (V12) the physic amenity of tourism supporting, in quadrant 2. Based on the results of test analysis on community perception, the five variables, that is the of environmental knowledge (X1) the obstacle of environment tourism (X2) , interact motivation (X3), the society participation toward the environment tourism management (X4), and the physic aspect of environment tourism (X5). When the tourism obstacle provides significantly negative effect on tourism, it will impede the development of tourism areas, and in turn it will also affect the interaction of community in the northern area of Yogyakarta and the Yogyakarta MMNP.
Kata Kunci : Kepariwisataan berkelanjutan, perkembangan wilayah kepariwisataan, daya dukung lingkungan, ekonomi masyarakat, persepsi dan interaksimasyarakat.