Perilaku Pemangku Kepentingan (Stakeholder) Industri Genteng Dalam Pengelolaan Lingkungan di Kecamatan Moyudan dan Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta
Dian Rianti Mayasari, Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc.
2011 | Tesis | S2 Ilmu LingkunganIndustri genteng merupakan industri yang memerlukan bahan baku yang langsung dieksploitasi dari alam. Eksploitasi sumberdaya alam tersebut sudah tentu mengakibatkan perubahan lingkungan baik abiotik, biotik, dan budaya. Industri genteng telah melibatkan banyak stakeholder dalam kegiatannya, baik stakeholder kunci, primer, dan sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengeksplorasi sejarah industri genteng dan kondisinya saat ini, 2) Menjelaskan motivasi para pemilik lahan melakukan penjualan tanah untuk ditambang, 3) Menjelaskan perilaku pengelolaan lingkungan yang dilakukan oleh setiap stakeholder, 4) Menjelaskan hubungan antar stakeholder (pemetaan stakeholder). Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan melakukan survey dan pengamatan langsung di lapangan. Dalam metode studi kasus, data yang diperoleh tidak didasarkan pada besaran jumlah sampel akan tetapi perhatiannya lebih ditekankan pada keberagaman dari informan. Penelitain ini dilakukan di beberapa lokasi yang terkait langsung dengan keberadaan industri genteng, yaitu Desa Sidoluhur Kecamatan Godean (lokasi industri genteng), Dusun Pare Desa Sidoluhur Kecamatan Godean (lokasi penambangan), dan Dusun Seteran, Donon, Joton, Pakelan Desa Sumberarum Kecamatan Moyudan (lokasi penambangan). Analisis yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan unit analisis personal dan kelompok dari masing-masing stakeholder. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa awal munculnya industri genteng diperkirakan sekitar tahun 1930-an. Namun pada saat itu, usaha ini hanya memproduksi genteng untuk keperluan sendiri. Industri genteng yang dilakukan untuk usaha ekonomi muncul sekitar tahun 1960-an. Saat ini kondisi industri genteng sudah sangat sulit perkembangannya. Kesulitan itu disebabkan oleh tanah lempung yang sulit diperoleh, harga bahan bakar yang selalu naik, dan cuaca/iklim yang tidak menentu. Dalam pemenuhan kebutuhan pokok industri genteng diperlukan beberapa stakeholder yaitu pemilik lahan dan penyedia lempung. Motivasi pemilik lahan menjual tanahnya adalah agar lahan tersebut dapat rata dan dapat dimanfaatkan untuk penggunaan lahan yang lain. Pengelolaan lingkungan dilakukan oleh seluruh stakeholder yang terkait, berdasarkan pada prinsip perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Antar stakeholder memiliki peran dan kepentingan yang berbeda atau beragam, ini dijelaskan melalui pemetaan stakeholder. Berdasarkan hasil pemetaan stakeholder, maka dapat dilihat hubungan antara stakeholder melalui matriks kesesuaian dan konflik.
Roof tile is an industry requiring raw material exploited directly from nature. The natural resource exploitation must cause environmental change such as abiotic, biotic and cultural. Roof tile industry has involve many stakeholders including main, primary, and secondary stakeholder. This research was intended to (1) explore roof tile industry history and its current condition, (2) explain motivation of land owner to sell their land for being mined, (3) explain environment management behavior every stakeholder do, and (4) explain relationship among stakeholder (stakeholder mapping). Research method used was case study method with survey and direct observation in field. In case study method, data obtained is not based on amount of sample but is focused on variety of informant. This research was conducted in some locations related directly to existence of roof tile, that is, Sidoluhur village in Godean district (roof tile industry), Pare subvillage, Sidoluhur village in Godean district (mining location) and Seteran, Donon, Joton, Pakelan subvillages in Sumberarum villages in Moyudan district (mining location). Descriptive qualitative analysis was done using analytical unit of individual and group of each stakeholder. Based on the results, roof tile industry is estimated begin in 1930s. However, at that time the business produced only roof tile for their needs. Roof tile industry that was run for economic business emerged around 1960s. Today, roof tile industry underwent growth difficulty. The difficulty is due to scarce clay, increased fuel price, and weather/climate uncertainty. In meeting roof tile industry need, some stakeholders such as land owner and clay supplier are required. Motivation of land owner to sell their soil is to make the land smooth and can be used for other usage. Environment management was done by all related stakeholders based on planning, usage, controlling, maintenance, monitoring, and law enforcement. Stakeholders have various role and interest that is explained with stakeholder mapping. Based on stakeholder mapping, relationship between stakeholders can be seen through matching and conflict matrix.
Kata Kunci : Industri genteng, Perilaku Pengelolaan Lingkungan