THE DEVELOPMENT OF SOCIAL COHESION IN PUBLIC HOUSING A STUDY IN A FALAT HOUSING PROJECT IN SUKARAMAI, MEDAN
FERRI ICHSAN, Dr. Wim Blauw
2011 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & Daerahyang Kondisi kebanyakan rumah susun yang ada sekarang saat ini, kondisi lingkungan perumahannya menurun termasuk salah satunya sebagaimana yang terjadi di Rumah Susun Sukaramai Medan. Kualitas lingkungan fisik perumahan yang menurun diperparah dengan berbagai permasalahan yang terjadi diantara warga rumah susun tersebut. Terbatasnya ruang pribadi (private space) dan juga keharusan pemakaian fasilitas bersama mengakibatkan kecendrungan terjadinya konflik diantara mereka, warga rumah susun. Hal ini semakin rumit dikarenakan para penghuni rumah susun berasal dari latar belakang yang berbeda – beda. Permasalahan biasanya terjadi dikarenakan perbedaan – perbedaan tersebut yang bisa mengganggu keharmonisan bertetangga dan berpotensi melemahkan kohesi sosial. Kohesi sosial dalam hal ini, telah membantu menciptakan rasa kepemilikan (sense of belonging), kepercayaan (trust), dan rasa aman (security) serta membuka kesempatan untuk meningkatan kondisi kehidupan inddividu. Pada akhirnya, kohesi sosial dibutuhkan untuk menciptakan komunitas yang stabil, mampu bekerja sama, dan berkelanjutan. Pengidentifikasian berbagai faktor yang berkontribusi dalam membangun maupun melemahkan kohesi sosial di dalam lingkungan rumah susun diperlukan untuk memperkaya konsep kohesi sosial itu sendiri sekaligus untuk memberi masukan terhadap kebijakan tentang rumah susun. Dengan mengikutsertakan kohesi sosial, hal ini akan mewujudkan pengertian yang lebih komprehensif tentang bagaimana investasi di tingkat lingkungan masyarakat akan menciptakan kohesi dan integrasi terutama dimana di lingkungan hanya memiliki sumber daya yang terbatas. Hal ini jelas terlihat dalam penelitian bahwa tingkat (level) kohesi sosial di setiap lingkungan perumahan rumah susun secara signifikan berbeda. Hal ini membuktikan bahwa kondisi fisik yang berbeda – beda di masing –masing lingkungan rumah susun akan mempengaruhi kondisi kohesi sosial. Kelekatan tempat (place attachment), dukungan sosial (functional social support), dan aktifitas (kegiatan) kewargaan (civic activities) adalah domain – domain kohesi sosial yang berbeda secara signifikan diantara lingkungan perumahan Rumah Susun Sukaramai Medan, sedangkan tingkat toleransi akan keragaman tidak begitu berbeda diantara lingkungan rumah susun tersebut. Tidak hanya aspek lingkungan fisik yang mempengaruhi tingkat kohesi sosial. Dalam studi ini juga terlihat bahwa kondisi sosial yang ada di perumahan Rumah Susun Sukaramai Medan juga ikut berkontribusi terhadap pembangunan kohesi sosial. Tingkat pendidikan ternyata cukup memberikan dampak secara signifikan terhadap hubungan antara kelekatan tempat dengan berbagai aspek fisik lingkungan perumahan sebagaimana tersebut di atas. Tipe rumah tangga keluarga yang ada di rumah susun tersebut cukup memberikan dampak terhadap hubungan antara toleransi terhadap keberagaman dengan keterlibatan warga dalam pengelolaan rumah susun.
The Indonesian government through PERUMNAS (Indonesian National Housing Corporation) has launched walk up apartment or flat housing as an alternative means of providing houses for low middle-income. Unfortunately, many of them have been loosing their quality of environment including as happening in the public flat housing, RUSUN Sukaramai Medan. The decreasing physical environment in flat housing is worsened by social problems that exist in the neighbourhood. The limited private space and more usage of common facilities tend to stimulate conflicts among tenants. This condition is more complicated since tenants of the flat housing come from various backgrounds. Problems commonly occurred between those differences which potentially disrupt the neighbourhood harmony and eventually could loosen community bonds. The concept of social cohesion emerges to deal with the rapid and radical changes which have been eroding the mechanisms that have usually assured the maintenance of community bonds. Social cohesion in this respect has helped to create a sense of belonging, trust, and security and has given a situation to support willingness to enhance living conditions which are needed to promote a stable, cooperative, and sustainable community. Identification of various factors influencing social cohesion in the social flat housing is necessary to enrich the concept itself as well as better formulating public housing policy. By putting social cohesion into considerations, it will develop more comprehensive understanding about how investment in neighbourhoods and communities will create integration and cohesion especially when resources are limited.
Kata Kunci : kohesi sosial, kelekatan tempat, dukungan sosial, kegiatan kemasyarakatan, toleransi terhadap keberagaman, ketidakadilan.