Laporkan Masalah

PRAGMATISME POLITIK DALAM PILKADA; STUDI KASUS PROSES REKRUTMEN POLITIK PDI-P DI PILKADA SLEMAN 2010

Helmi Mahadi, Prof. Dr. Purwo Santoso, MA.

2011 | Tesis | S2 Politik dan Pemerintahan

PDIP Sleman merupakan partai pemenang pemilu legislatif 1999, 2004, dan 2009 di Sleman. Namun demikian, PDIP Sleman tidak mencalonkan kadernya sendiri dalam Pilkada. Hal ini mengherankan karena secara normatif, parpol adalah organisasi yang diposisikan sebagai agen rekrutmen politik, bahkan sebagai lembaga yang secara sah memburu kekuasaan politik. Secara normatif, proses rekrutmen kandidat Pilkada dilakukan oleh parpol melalui dua cara, yakni kader internal dan eksternal. Rute internal dilakukan dengan mempromosikan kader partai untuk mengisi jabatan di struktur partai, legislatif dan eksekutif. Adapun rute eksternal adalah menyeleksi dan merekrut kandidat eksternal, dengan syarat dan biaya tertentu. Dalam studi ini analisis internal dan eksternal dilakukan secara simultan. Analisis internal, dilakukan dalam domain partai politik. Adapun analisis eksternal, dilakukan pada domain budaya masyarakat. Kedua analisis ini akan mengerucut pada keputusan tentang calon bupati. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode studi kasus melalui wawancara mendalam dan dokumentasi tertulis. Wawancara dilakukan dengan elite-elite politik PDIP Sleman dan pengamat politik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan PDI-P dalam mengusung kandidat dari internal partai adalah karena terjadinya pragmatisme politik. Dalam konteks ini, pragmatisme bersumber dari organisasi partai politik itu sendiri, dan dari faktor eksternal berupa budaya politik masyarakat. Dari faktor internal adalah kegagalan kaderisasi PDI-P Sleman dan fenomena uang sebagai penentu perekrutan kandidat, sedangkan dari faktor eksternal adalah budaya politik masyarakat yang berpengaruh tidak secara langsung melalui persepsi elit terhadap kecenderungan pilihan publik. Dari faktor-faktor di atas, pilkada membutuhkan figur kandidat yang berkantong tebal dan populer. Dan karena partai-partai pemenang pemilu mengalami krisis ketersediaan kader yang loyalitas ideologinya tak diragukan lagi, mau tidak mau partai harus bersikap pragmatis dengan mengambil kandidat yang berasal dari luar partai. Alasannya, aktor tersebut mempunyai elektabilitas tinggi, ataupun kemampuan dana yang memadai.

PDIP Sleman is a winning party on 1999, 2004, and 2009 legislative election in Sleman. However, PDIP Sleman do not nominate its own cadres in the local election. This is surprising because political party normatively is an organization that is positioned as an agent of political recruitment, even as the institution which legitimately pursue political power. Normatively, political parties conduct the recruitment of candidates for elections by two ways, namely internal and external cadre. Internal routes carried by promoting the party's cadres to fill positions in the party structure, and in legislative and executive institution. The external route is to select and recruit external candidates, with specific terms and fees. In this study, the internal and external analysis performed simultaneously. Internal analysis carried out in the domain of political parties. The external analysis performed on cultural domain. Both analysis will be concluded in decisions about candidates. This research data was collected using case study method through in-depth interviews and written documentation. Interviews were conducted with the political elites and political observers of PDIP Sleman. The results show that the failure of PDI-P Sleman in carrying internal candidate from the party is due to the occurrence of political pragmatism. In this context, pragmatism comes from a political party organization itself, and from external factors of the society’s political culture. From the internal factor is the failure of the PDI-P cadre of Sleman and the phenomenon of money as a determinant of recruitment of candidates, while the external factor is the political culture of society that do not directly influence through elite perceptions about public preferences. From the above factors, election candidates necessitate deep pockets and popular figures. And since election-winning parties are in crisis of availability of reliable cadres, the party must be pragmatic to take a candidate from outside the party. This is because these actors have a high electability, or the ability of adequate funding.

Kata Kunci : Rekrutmen Politik, Pragmatisme Partai dan Pragmatisme Masyarakat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.