HUBUNGAN ANTARA IDENTITAS DIRI DAN PENALARAN MORAL PADA REMAJA YANG MENGALAMI PERUBAHAN KONTEKS SOSIAL
Alice Olivia Hehanussa, S.Si., Prof. Dr. Endang Ekowarni
2011 | Tesis | S2 PsikologiPencapaian identitas dan perkembangan moral adalah bagian dari tugas perkembangan yang terjadi dan mesti dilalui di masa remaja, sejalan dengan perkembangan kognitif individu di masa remaja. Erikson menyatakan bahwa apabila remaja gagal menuntaskan proses pencapaian identitas diri, maka remaja akan mengalami kebingungan identitas. Sejalan dengan proses pencapaian identitas, remaja juga mengalami proses perkembangan moral khususnya penalaran moral yang oleh Kohlberg, pada masa remaja akhir, idealnya individu berada pada tahap konvensional - tahap internalisasi nilai-nilai. Remaja yang mengalami kebingungan identitas, umumnya menunjukkan moralitas yang rendah, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, penelitian ini menguji hubungan antara identitas diri dan penalaran moral pada remaja yang mengalami perubahan konteks sosial. Subjek adalah 59 remaja akhir (usia 18-23 tahun), berasal dari keturunan asli suku-suku di Papua dan Papua Barat, yang sedang melanjutkan pendidikan di Perguruan tinggi di Yogyakarta. Identitas diri remaja diungkap dengan menggunakan skala identitas diri, sedangkan penalaran moral remaja diungkap dengan skala DIT. Hasil pengukuran yang diuji dengan menggunakan analisis korelasional, hasilnya tingkat korelasi 0,388**, nilai p 0,004 < 0,05 artinya adanya hubungan yang sangat signifikan antara identitas diri dengan penalaran moral. Penelitian ini juga menggunakan Uji t untuk menguji perbedaan gender pada kedua variabel. Hasilnya untuk identitas diri, angka t -0,134 dan nilai p 0,894 > 0,05, dan untuk penalaran moral, angka t -0,588 dan nilai p 0,559 > 0,05, berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat identitas diri maupun tingkat penalaran moral antara remaja perempuan dan laki-laki.
Part of the adolescent development task are developes self-identity and developes morality, as the cognitive development on adolescence. According to Erikson, adolescent who has not achive the self-identity process, will become an adolescent with identity diffusion. As the self-identity development process, adolescent also has an experience moral development process, particularly moral reasoning. Kohlberg stated that late adolescent, ideally, have conventional stage – the stage of internalitation values. In some researches, adolescent with identity diffusion, will show low morality, and the contrary also. This study was aimed to explore the correlation between self-identity and moral reasoning among adolescent in social exchange context. Data was obtained from 59 late adolescent (18-24) of Papua and West Papua whom studying and staying in Yogyakarta, Bantul and Sleman. Self-identity was assesed by the self- Identity Scale , while moral reasoning was assesed by Defining Issues Test (DIT). The correlation was analyzed by ANOVA. The study indicates positive correlation between self-identity and moral reasoning among adolescent in social exchange context (correlation on 0.381, p : 0.004 (p < 0,05). It means that there is a significant correlation between self-identity and moral reasoning among late adolescent. This also indicates undifferent level of self-identity and moral reasoning between female and male ( t-test for self-identity : t = -0.134, p = 0.894 > 0.05; and moral reasoning : t = -0.588, p = 0.559 > 0.05).
Kata Kunci : identitas diri, penalaran moral, remaja akhir, konteks sosial