Laporkan Masalah

SEJARAH DAN DINAMIKA KONFLIK ANTARA PERGURUAN PENCAK SILAT SETIA HATI TERATE DAN SETIA HATI WINONGO DI KABUPATEN MADIUN

Dany Rosanty, Dr. Nanang Pamuji Mugasejati

2011 | Tesis | S2 Magister Perdamaian & Resolusi Konflik

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejarah dan dinamika konflik yang terjadi secara periodik setiap tahunnya, dengan memfokuskan penelitian pada tahun 2007 dan terjadi antara perguruan pencak silat Setia Hati Terate dan Setia Hati Winongo di Kabupaten Madiun. Subyek penelitian terdiri dari para sesepuh dari kedua perguruan pencak silat Setia Hati Terate dan Setia Hati Winongo, aparat keamanan baik dari TNI maupun Kepolisian, aparat Pemerintah Daerah, Sesepuh dari masyarakat setempat, IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara yang mendalam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konflik antara kedua perguruan pencak silat yang terjadi bersamaan dengan ritual tahunan masyarakat seperti keceran atau sah sahan, halal bi halal dan Syuro. Aspek lainnya adalah kurangnya pembinaan dari para sesepuh kedua perguruan pencak silat dalam membimbing anggota perguruan pencak silat tersebut, sehingga menyebabkan para anggota tersebut tidak dapat memahami dan mengerti mengenai sejarah yang sebenarnya. Kedua Perguruan Pencak Silat Setia Hati Terate dan Setia Hati Winongo mempunyai jumlah anggota pendukung yang sangat banyak, dan mereka semua tidak memahami sejarah perguruan silat masing-masing. Sehingga ketika terjadi konflik kekerasan selalu jatuh korban dari kedua belah pihak, anggota masyarakat laiinya dan anggota aparat keamanan. Penelitian ini juga menemukan adanya faktor kesenjangan sosial, ekonomi, dan politik. Kesepakatan damai yang telah beberapa kali dibuat selalu gagal dalam menyelesaikan konflik diantara keduanya. Hal ini disebabkan karena kesepakatan damai itu tidak menyelesaikan persoalan ketidaktahuan sejarah, kesenjangan social, ekonomi dan politik yang menjadi penyebab terjadinya konflik kekerasan.

This research aims to look at the history and conflicts dynamics between two traditional martial groups, Setia Hati (SH) Terate and Setia Hati (SH) Winongo. The research focused on the conflict in 2007 in Madiun, East Java. Elders from traditional martial groups, security forces, military and police, local government officials, community leaders, and members of IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) had been interviewed for their perception in this matter. The research shows that the conflict occurs in regular basis every year. It happens at the time were annual community ritual takes places, namely: Keceran or Sah-sahan, Hala bi halal, and Syuro. This research founds there are history and economic, social, political aspects as structural factors of the conflict. The history factor is lack of understanding of the two martial groups’ members to their martial group’s spirit. This is due to the lack of guidance from the elders of the two traditional martial arts groups in guiding the members. While the economic, social, and political factor includes: economic gap between the two institutions. The SH Terate seems to have a better economic, social and political status compare to SH Winongo. The peace settlements had been agreed by both martial groups, however, failed to prevent further violent conflict. This is because the settlement did not touch the basic issues of history, economic, social, and political factors.

Kata Kunci : Sejarah Perguruan Silat, Analisis Konflik, Eksistensi Perdamaian


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.