RESISTENSI SANG LIYAN DALAM RELASI PANAKAWAN DAN BANGSAWAN PADA NOVEL PURAGABAYA (Analisis Wacana Poskolonial)
Afri Wita, S.Pd., Dr. Ratna Noviani, SIP., M.Si.
2011 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaTesis ini terutama bertujuan menemukan peluang resistensi dari posisi yang diliyankan dalam novel Puragabaya karya Saini KM. Untuk sampai pada tujuan tersebut, penelitian ini terlebih dahulu mencoba menemukan dan menjelaskan bagaimana posisi panakawan di-liyan-kan dalam relasinya dengan bangsawan pada novel Puragabaya, kemudian lebih jauh menganalisis ambivalensi dalam relasi antara keduanya, dan menjelaskan bagaimana bentuk resistensi panakawan terhadap bangsawan. Metode yang digunakan untuk membongkar data-data di dalam novel adalah analisis wacana, lebih khususnya dengan menggunakan model analisis wacana Sara Mills. Berikutnya data-data tersebut dianalisis dengan menggunakan teori poskolonial, terutama gagasan Homi K. Bhabha mengenai mimikri dan hibriditas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada posisi yang diliyankan dalam relasi antara panakawan dan bangsawan dalam novel Puragabaya. Dalam hal ini panakawan diliyankan melalui penamaan, tampilan tubuh, sifat dan kebiasaan, tempat/ruang, dan peran sosial. Dengan merujuk pada gambaran ideal bangsawan, tampak bahwa gambaran liyan panakawan ditampilkan sebagai sesuatu yang normal atau alamiah. Berikutnya melalui relasi antara keduanya, yang dilihat dari mekanisme sapaan, penyampaian nasihat, dan pendidikan, posisi panakawan tampak mulai ambivalen. Relasi keduanya mulai tampak setara, atau ketidaksetaraan dalam posisi mereka bukan sesuatu yang diametral. Resistensi justru tampak dari ambivalensi yang ditampilkan dalam relasi tersebut. Bahkan, dua panakawan yang dikaji dalam penelitian ini, Ogel dan Jasik, tampak melakukan resistensi dari dua praktik yang berbeda. Ogel melakukan perlawanan dengan praktik mimikri, sedangkan Jasik dengan menolaknya atau anti- mimikri. Dalam hal ini ambivalensi Jasik yang antimimikri muncul dalam bentuk hibriditas.
This thesis mainly aims at finding the opportunity of resistance from the othered position on novel Puragabaya written by Saini K.M. Therefore, this thesis first seeks to find and explain how the position of panakawan is othered in that novel, then analyzes ambivalence of the relation between the two, and explains the form of resistance conducted by panakawan. The method used to read the data on the novel is discourse analysis, especially the one modeled by Sara Mills. Afterward those data are analyzed by using postcolonial theory, especially of Homi K. Bhabha’s ideas on mimicry and hibridity. The result of the analysis shows that there is a position which is othered on the relation of panakawan and bangsawan on novel Puragabaya. In this case panakawan is othered through their naming, body, nature and habit, place, and social role. Referring to the ideal picture of bangsawan, it is clear that the othered picture of panakawan is portrayed as something given, normal or natural. However, the analysis on relation of the two especially through their mechanism of addressing, expressing suggestion, and education start to show ambivalence. Their relation seems as symmetrical relation, or the asymmetrical position in their relation is not something diametrical. Finally, resistance is shown through the ambivalence on the relation of the two. In fact, the two panakawan studied in this thesis, Ogel and Jasik, show resistance through different practice. Ogel practices resistance through mimicry, while Jasik practices it through anti-mimicry. In this case the ambivalence of antimimicry Jasik is shown in hibridity.
Kata Kunci : resistensi, mimikri, hibriditas, ambivalensi, analisis wacana, novel Puragabaya