PENGARUH BERNAPAS MELALUI MULUT AKIBAT HIPERTROFI TONSIL TERHADAP TINGGI WAJAH ANTERIOR TENGAH-BAWAH (Kajian pada Anak Suku Jawa Usia 7-12 tahun di Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta)
Likky Tiara Alphianti, Prof. Dr. Iwa Sutardjo RS, drg., SU., SpKGA(K).
2011 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Gigi KlinikHipertrofi tonsil sering terjadi pada anak-anak dan menyebabkan pernapasan melalui mulut. Bernapas melalui mulut yang terjadi terus-menerus akan mengganggu keseimbangan pertumbuhan dentofasial. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tinggi wajah anterior tengah-bawah pada anak usia 7-12 tahun, baik antara kelompok bernapas melalui mulut-memiliki hipertrofi tonsil (BMHT+) dengan kelompok tidak bernapas melalui mulut-tanpa hipertrofi tonsil (BMHT-) maupun berdasarkan jenis kelamin pada tiap kelompok, serta untuk mengetahui pengaruh bernapas melalui mulut-hipertrofi tonsil terhadap tinggi wajah anterior tengah-bawah pada laki-laki dan perempuan usia 7-12 tahun. Penelitian ini merupakan studi komparatif dengan desain cross sectional pada anak suku Jawa usia 7-12 tahun yang bersekolah dan bertempat tinggal di Kecamatan Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok I (subjek yang bernapas melalui mulut-memiliki hipertrofi tonsil/ BMHT+) dan kelompok II (subjek yang tidak bernapas melalui mulut-tanpa hipertrofi tonsil/ BMHT-). Rerata tinggi wajah anterior tengah-bawah antara kedua kelompok dan berdasarkan jenis kelamin dibandingkan menggunakan uji Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh bernapas melalui mulut-hipertrofi tonsil dan jenis kelamin terhadap tinggi wajah anterior tengah-bawah. Hasil peneiltian menunjukkan terdapat perbedaan tinggi wajah anterior tengah-bawah yang signifikan (p<0,05) antara kelompok I dan II maupun berdasarkan jenis kelamin. Terdapat pengaruh yang signifikan (p<0,05) antara bernapas melalui mulut-hipertrofi tonsil dan jenis kelamin terhadap peningkatan tinggi wajah anterior tengah-bawah pada anak usia 7-12 tahun.
Tonsillar hypertrophy is a condition commonly occurred in children that can result to mouth breathing. Chronic mouth breathing can influence the balance of dentofacial growth. The aim of this study was to determine whether there was significant difference of mid-lower anterior face height between tonsillar hypertrophy–mouth breathing subjects and non tonsillar hypertrophy–non mouth breathing subjects based on sex. In addition, the study also intended to determine the impact of tonsillar hypertrophy–mouth breathing to the increase of mid-lower face height. This comparative studies used cross sectional design. Seven to twelve years old javanese school children studied at 4 primary schools in Kasihan, Bantul, Yogyakarta was examined to assess their mid-lower anterior face height. Subjects were divided into 2 groups: group I (subjects with tonsillar hypertrophy – mouth breathing) and group II (subjects without tonsillar hypertrophy – non mouth breathing). The mean value of mid-lower anterior face height in both groups (males and females) was compared using Kruskal-Wallis and Mann-Whitney test. Simple regression analysis was taken to find out the impact of tonsillar hypertrophy–mouth breathing to the increase of mid-lower facial height. The results showed that there is significant difference (p<0,05) between the groups (males and females). Tonsillar hypertrophy – mouth breathing significantly affect the increase of face height (p<0,05) of 7-12 years old children.
Kata Kunci : hipertrofi tonsil, bernapas melalui mulut, tinggi wajah anterior