PENGARUH PERBAIKAN AGREGAT KASAR BANTAK DENGAN MENGGUNAKAN BUTON GRANULAR ASPHALT PADA LAPIS CAMPURAN AC - BASE
DAHLAN YUSUF, Dr. Ir. Latif Budi Suparma, M.Sc.
2011 | Tesis | S2 Mag. S. & T.TransportasiSalah satu fungsi dari lapis pondasi (Base Course) adalah mendukung beban pada lapis permukaan, dan mengurangi tengangan/regangan serta meneruskan/ mendistribusikannya ke lapisan dibawahnya. Lapis pondasi dapat berupa granular agregat serta berpengikat, baik aspal maupun semen. Salah satu alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk memanfaatkan granular agregat berupa batu bantak adalah dengan memperbaiki kualitasnya agar memenuhi syarat spesifikasi sebagai bahan susun campuran lapis perkerasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbaikan agregat kasar bantak dengan menggunakan Buton granular aspal pada lapis AC-Base. Penelitian dilakukan dengan cara membuat uji coba penyelaputan agregat kasar bantak menggunakan Buton Granular Asphalt (BGA) dan aspal peremaja PEN 60/70 (variasi 0% BGA; 0% aspal, 15% BGA; 20% aspal, 20% BGA; 20% aspal) untuk mengetahui besarnya nilai abrasi serta penyerapan yang dihasilkan. Agregat kasar bantak yang telah memenuhi syarat spesifikasi selanjutnya dibuat benda uji untuk mendapatkan kadar aspal optimum dengan pengujian Marshall. Setelah mendapatkan nilai kadar aspal optimum kemudian dibuat benda uji Marshall dengan perendaman ½ jam dan 24 jam untuk mengetahui indeks kekuatan sisa stabilitas dan pengujian ITS untuk mengetahui berapa besar nilai Tensile Strenght Ratio dari benda uji conditioned dan unconditioned. Pengaruh perbaikan bantak dengan menggunakan Buton Granular Asphalt (BGA) dan aspal peremaja pada campuran AC-Base menunjukan Nilai density, VFMA, dan Flow, mengalami peningkatan terus menerus seiring dengan bertambahnya prosentase kadar aspal. Nilai VITM, VMA dan nilai Marshall Quotient semakin menurun dengan bertambahnya prosentase kadar aspal. Sedangkan nilai stabilitas mengalami peningkatan dan penurunan pada tiap kadar aspal yang berbeda. Kadar aspal optimum yang memenuhi spesifikasi Departemen Pekerjaan Umum (2005) adalah 6,75%. Keawetan campuran menggunakan agregat kasar bantak yang diperbaiki dengan BGA pada kadar aspal optimum pada uji durabilitas dengan variasi ½ jam dan 24 jam pada suhu 60oC memenuhi persyaratan Departemen Pekerjaan Umum (2007) yaitu minimum 80% dimana Indeks Kekuatan Sisa Marshall sebesar 98,42% sedangkan nomor sampel benda uji yang terbaik dan memenuhi syarat adalah 2B. Hasil uji Indirect Tensile Strength mengindikasikan bahwa campuran yang menggunakan agregat kasar bantak yang diselaputi dengan BGA memiliki ketahanan terhadap retak, hal ini ditunjukan dengan nilai Tensile Strength Ratio (TSR) dari benda uji conditioned (perendaman 24 jam) dan benda uji unconditioned atau benda uji kontrol sebesar 80,18% memenuhi persyaratan minimum 80% (Asphalt Institute, 1996).
One function of the layer of foundation (Base Course) is to support the load on the surface layer, and reduce stress / strain, and forward / distribute it to the layer underneath. Granular base course to form aggregates and ligature, either asphalt or cement. One alternative that could be considered to utilize granular coarse aggregate form bantak is to improve quality in order to qualify as a material specification bunk asphalt pavement. This study aims to determine the effect improvement of coarse bantak aggregate using Buton granular asphalt to layer mixed on the AC-Base. Research carried out by making trials covered bantak coarse aggregate use asphalt and Buton Granular Asphalt (BGA variation of 0%, 0% asphalt, 15% BGA; 20% asphalt, 20% BGA; 20% asphalt) to determine the value of abrasion and the resulting absorption . Bantak coarse aggregate that has been qualified further specification was made of samples to obtain the optimum asphalt content by testing Marshall. After obtaining the optimum asphalt content was then made Marshall specimens with soaking ½ hours and 24 hours to determine stability and residual strength index testing of ITS to find out how much the value of Tensile Strength Ratio of conditioned and unconditioned specimens. Effect improvement bantak using Buton Granular Asphalt (BGA) and fluxing the asphalt mixture shows an AC-Base density value, VFMA, and Flow, has increased continuously with increasing percentage of bitumen. Value VITM, VMA and Marshall Quotient value decreases with increasing percentage of bitumen. While the value of increasing and decreasing stability in each of the different bitumen content. Optimum asphalt content that meets the specifications of the Department of Public Works (2005) is 6.75%. Durability mixture using coarse aggregate bantak corrected with BGA at the optimum asphalt content on the immersion test with variations ½ hours and 24 hours at a temperature of 60oC meet the requirements of the Department of Public Works (2007) ie a minimum of 80% where the Index of Retained Marshall amounted to 98.42%, while the number of sample specimens of the best and are eligible 2B. Indirect Tensile Strength Test results indicate that the mixture containing coarse aggregate bantak that covered with BGA has a resistance to cracking, this is indicated by the value of Tensile Strength Ratio (TSR) of the conditioned specimens (immersion 24 hours) and unconditioned specimens or control specimens at 80.18% to meet the minimum requirement of 80% (Asphalt Institute, 1996).
Kata Kunci : BGA, Bantak, AC-Base, Durabilitas, ITS.