Laporkan Masalah

OPTIMALISASI PENYIAPAN PAYUNG UDARA ORANG DALAM MENDUKUNG KEGIATAN PENERJUNAN SATUAN LINUD TNI AD (Studi di Direktorat Pembekalan Angkutan TNI AD)

Agus Rahadian, Prof. Dr. Djoko Soeryo, MA.

2011 | Tesis | S2 Ketahanan Nasional

Dalam menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan serta keselamatan bangsa Indonesia, sangat diperlukan pasukan reaksi cepat yang dapat dikirimkan keseluruh wilayah teritorial Indonesia secara cepat yaitu dengan cara diterjunkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana penyiapan Payung Udara Orang (PUO) dalam mendukung satuan Lintas Udara TNI AD. Penelitian dilakukan di Direktorat Pembekalan Angkutan TNI AD Jakarta. Metode penelitian yang digunakan pada dasarnya survei data prima dikumpulkan melalui wawancara terhadap responden yang merupakan representasi dari anggota Ditbekangad selaku pembina jasa dan angkutan udara di lingkungan TNI AD dan Batalyon Pembekalan Angkutan-5/Perbekud. Selain wawancara dilakukan teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dan observasi, teknik analisis deskriptif dengan mengembangkan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyelenggaraan penyiapan payung udara dalam rangka mendukung kegiatan penerjunan personel TNI AD, belum optimal karena persediaan payung tidak sesuai program pendidikan dan latihan terjun TNI AD serta metode pengadaannya tidak sinkron dengan kondisi penyusutan jumlah payung udara dan program latihan dan pendidikan terjun TNI AD. Pengadaan payung udara dilakukan sesuai dengan kemampuan anggaran yang terbatas, sehingga jumlah pengadaannya dapat mencapai kebutuhan dan tidak sesuai dengan jumlah payung udara yang telah kadaluarsa yang berimplikasi kepada semakin padatnya frekuensi pemakaian payung, sehingga mempercepat bertambahnya jumlah payung udara yang kadaluarsa dan berakibat bagi keselamatan penerjun. Dari temuan ini disarankan agar dibuat konsep penyiapan payung disesuaikan dengan program latihan dan pendidikan terjun satuan serta kebutuhan untuk kesiapan melaksanakan operasi satuan Lintas Udara TNI AD dan penggadaannya secara bertahap selama 10 tahun ,tiap tahun sebanyak sepersepuluh dari jumlah persediaan payung minimum yang dihitung berdasarkan jumlah penerjunan untuk latihan,pendidikan dan kesiapan untuk operasi. Kebutuhan pertahun 51566 penerjunan maka PUO yang dibutuhkan adalah sebanyak 5157 set dengan sistim pengadaan 516 set pertahun selama 10 tahun.Yonbekang-5/Perbekud selaku satuan pelaksana Ditbekangad ,kemampuannya ditingkatkan dengan menambah personil sesuai ketentuan Tabel Organisasi dan Peralatan Batalyon dan meningkatkan kwalitas personil melalui pendidikan dan latihan;menambah payung udara;meningkatkan jumlah dan kondisi peralatan serta pangkalan dan buku –buku petunjuk.

To maintain the sovereignty and integrity of a stable Republic of Indonesia, rapid reaction forces are required that can be deployed throughout Indonesian territory quickly by parachute. This research was conducted to determine the extent of airborne personnel (PUO) readiness in support of the Army Airborne Unit - Jakarta. Research was conducted by the Directorate of Army Supply & Transport - Jakarta (Ditbekangad). The research method used was based primarily on survey data collected through interviews with respondents being representative of Ditbekangad personnel - air transport services - and the 5th Army Supply & Transport Bn /Perbekud. In addition to the interviews, data collection included documentation and observation, through descriptive analysis techniques which developed quantitative and qualitative analysis results. The result showed that the preparation of an airborne organization to support the deployment activities of Army’s airborne personnel is not optimal. This is because the inventory does not match the needs in accordance with the program for individual and collective training as well as the method of procurement which is not in sync with the dwindling number of parachutes for army training. Procurement of parachutes is conducted in accordance with the limited budget provided. Hence the number procured to meet their needs is not in accordance with the amount of parachutes that have been disposed. The implication of which is there is an increased frequency in parachute use, thus accelerating its life cycle to disposal to ensure the safety of parachutists. These findings suggest that the parachute preparation concept which has been made needs to be tailored to suit Army individual and collective training programs as well as the need for unit operational readiness and gradual Army Airborne procurements over 10 years. Every year as much as one-tenth of the minimum parachute stock is calculated as being needed for individual and collective training as well as unit readiness for Strategic operations. The annual requirement is for 51,566 units therefore we need 5,157 units. For the next 10 years we need 516 sets per year to ensure: the capability of Yonbekang-5/Perbekud and Ditbekangad; the improved ability to increase personnel numbers in accordance with the Battalion Unit Entitlement Documents; the increased quality for individual and collective airborne training; as well as increasing the number of supply for equipment rotation, base services as well as parachute user manuals.

Kata Kunci : Optimalisasi, Payung Udara Orang (PUO).


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.