AMBIVALENSI IDENTITAS MAS MARCO KARTODIKROMO
Luthfi Adam, Prof. Dr. Suhartono
2011 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaMas Marco Kartodikromo merupakan sosok yang dikenal sebagai jurnalis, sastrawan dan aktivis pergerakan nasional awal abad 20. Pada 1914 ia mendirikan Inlandsche Journalisten Bond (IJB) dan Doenia Bergerak sebagai jurnalnya. Pengkajian ini menggunakan pendekatan postkolonialisme yang memandang identitas Mas Marco sebagai suatu ambivalensi. Kajian ini menguraikan bagaimana persilangan pengetahuan penjajah dan terjajah dalam diri Mas Marco, bagaimana praktik mimicrymockerynya dan bagaimana artikulasi pendefinisian ulang wacana kolonial olehnya. Secara metode, kajian ini menggunakan analisa wacana Faucaultian. Kuasa persilangan budaya dalam diri Mas Marco mendorongnya untuk mempraktikkan perlawanan yang spesisfik terhadap kolonialisme. Dalam satu momen ia seakan menjadi musuh kolonial namun menggunakan kuasa pengetahuan kolonial untuk menjalankan misinya. Provokasi paling gencarnya adalah tentang perubahan busana bumiputera, dari tradisional ke modern. Gerakan ini memproduksi berbagai wacana lain yang subversif, seperti wacana subjek penjajah. Hasil kajian ini memperlihatkan bahwa penjajah bukan melulu orang Belanda, namun merupa suatu watak. Adat tradisional juga dipandang berwatak kolonial karena telah digunakan sebagai alat pelanggeng kekuasaan kolonial. Ambivalensi Mas Marco kemudian tampak dari antipatinya terhadap simbol kekuasaan tradisional dan kolonial namun ia juga menggunakan keduanya sebagai strategi perlawanan.
Mas Marco Kartodikromo is well known as a ajournalist, author and activist in the beginning of 20th century movement. In 1914 he founded Inlandsche Journalisten Bond (IJB) and Doenia Bergerak as it’s journal. This study is using Postcolonialise as perspective which sees his identity as an ambivalency. This study elaborates how the knowledge of the colonizer and colonized has intersected in his self, the practice of mimicrymockery, and articulation of redefining colonial discourse by Mas Marco. As a methode, this study uses Foucaultian discourse analysis. The power of cultural crossbreeding encouraged Mas Marco to practice specific resistance againts colonialism. In a momment, he was a colonial enemy but he had the power of colonial knowledge to fulfill his mission. His main provocation is about the change of the way the colonialized dressed, from traditional style to Europe. This movement produces a variety of other subversive discourses such as the discourse of colonial subject. The result of this study shows that the colonizer is not only Dutch, but appear as a character. Traditionalism is also seen as colonial character because it has been used to maintain the colonialization. Mas Marco’s ambivalency’s then perceptible from his antipathy toward traditional and colonial symbol but he also used both as a strategy of resistance.
Kata Kunci : Mas Marco Kartodikromo, Sejarah postkolonialisme