Laporkan Masalah

DINAMIKA SISTEM MILITER DAN KONDISI KEAMANAN DI ASIA TENGAH PASCA BUBARNYA UNI SOVIET

Bayu Suryantomo, Prof. Dr. Jahja Muhaimin

2011 | Tesis | S2 Ilmu Politik/Hubungan Internasional

Bubarnya Uni Soviet pada tahun 1991 telah menciptakan lima negara Asia Tengah yang merdeka dan secara fundamental mengubah tatanan strategis di kawasan Asia Tengah, meskipun implikasi dari pergolakan geo-strategis ini tidak dapat diperkirakan dengan pasti pada saat itu. Setelah pecahnya Uni Soviet, ada kekhawatiran bahwa ketegangan etnis dan konflik akan menyebar melalui susunan etnis yang rumit di Asia Tengah. Terdapat potensi terjadinya konflik di kawasan ini dan Asia Tengah beresiko berubah menjadi kawasan yang sangat tidak stabil. Sementara itu, kekuatan regional lainnya mulai mencari pengaruh di Asia Tengah saat Rusia mulai kehilangan pengaruhnya di kawasan ini. Mungkin keterlibatan kekuatan eksternal secara aktif di Asia Tengah ini dapat berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan ini dan bahwa kontak dengan komunitas internasional yang lebih luas akan meningkatkan kesempatan bagi Asia Tengah untuk mengembangkan perekonomian mereka, membangun masyarakat yang lebih demokratis, dan menyelesaikan konflik. Namun rasionalitas bagi ‘pluralisme geopolitik dan geo-strategis’ ini belum dapat dibuktikan. Lebih jauh lagi, cara kekuatan regional eksternal ini berinteraksi di Asia Tengah dapat menyulut kembali konflikkonflik lama serta dapat menimbulkan konflik-konflik baru. Kekuatan regional secara cermat mengamati keterlibatan kekuatan-kekuatan lainnya di negara-negara Asia Tengah yang rentan dan memperkirakan potensi pengaruh ikatan asing yang baru terhadap keseimbangan di dalam kawasan ini. Keberadaan berbagai sumber instabilitas internal di Asia Tengah berarti bahwa potensi untuk konflik telah ada dan semakin besarnya pengaruh negara asing dan pengaruh transnasional di kawasan ini dapat memperdalam perbedaan dalam masyarakat Asia Tengah yang masih rapuh ini. Perusahaan asing dan pemerintahan asing membawa agenda mereka masing-masing dan bersikap layaknya saingan dan membawa pengaruh yang mengganggu kepentingan negara-negara Asia Tengah. Di saat yang sama, kelompok-kelompok atau kepentingan lokal mungkin dapat memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh aktor-aktor eksternal meskipun hal tersebut akan merugikan negara atau kelompok lain dalam kawasan ini.

The dissolution of the Soviet Union in 1991 created five new independent Central Asian states and fundamentally changed the strategic configuration of the wider Central Asian region, although the implications of this geo-strategic upheaval could not be predicted with any certainty at that time. After the dissolution of the Soviet Union there were fears that ethnic strife and conflict would spread through the complicated ethnic matrix formed by Central Asia. There is a potential for conflict within the region and the risk of Central Asia turning into a highly unstable region is quite real. Meanwhile, another regional powers began to seek influence in Central Asia as Russia loosing its grip upon this region. It may be argued that the active engagement of external powers in Central Asia is likely to contribute to peace and stability in the region and that contacts with the wider international community can enhance opportunities for the Central Asian states to develop their economies, build more democratic societies and resolve conflicts. However, this rationale for ‘geopolitical or geo-strategic pluralism’ has yet to be confirmed. Moreover, legitimate concerns can be raised that the manner in which regional powers engage in Central Asia can re-ignite old conflicts and give rise to new ones. Regional powers carefully monitor the involvement of other powers in the fragile Central Asian states and assess the potential impact of new foreign ties on the balance within the region. The existence of a wide variety of internal sources of instability within Central Asia means that the potential for conflict is ever-present and the growing influence of foreign states and transnational influences in the region could deepen divisions within vulnerable societies. Foreign companies and foreign governments with agendas of their own could act as rivals, with deleterious effects on the interests of the states in the region. At the same time local groups or interests may be inclined to exploit the opportunities provided by the presence of external actors to the detriment of other states or groups in the region.

Kata Kunci : Asia Tengah, Militer, Keamanan, Regional Security Complex, Kerjasama Keamanan Regional, Kekuatan Eksternal, Rusia, Amerika Serikat


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.