PERSEPSI PEZIARAH MUSLIM DALAM PEMANFAATAN SITUS CANDI AGUNG DI AMUNTAI, KALIMANTAN SELATAN
Wasita, SS., Dr. Naniek Kasniyah, M.A., M.Med.Sc.
2011 | Tesis | S2 AntropologiZiarah di Candi Agung merupakan upaya untuk mencari berkah, bailang, melaksanakan nazar atau gabungan dari dua atau tiga hal tersebut. Ziarah dilaksanakan sebagai upaya untuk mendapatksan keselarasan dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu, penelitian ini berupaya menemukan makna dan manfaat Candi Agung bagi peziarah. Penelitian ini bertujuan untuk memberi pemahaman etnografi tentang komunitas peziarah Candi Agung. Dengan pemahaman tersebut dapat diketahui apa yang menjadi pandangan peziarah terhadap Candi Agung di tengah kehidupan orang Islam di Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang dilakukan di Kompleks situs Candi Agung di Amuntai, Kalimantan Selatan. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Sumber data dikumpulkan dari pelaku ziarah sebanyak 12 informan dan informan kunci sebanyak 20 orang yang meliputi para pemandu ritual, karyawan Unit Pelaksana Teknis Daerah Candi Agung, dan sebagian masyarakat sekitar candi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan cara mengurutkan, mengelompokkan, mengkode dan mengkategorikan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh Islam dalam praktik ziarah di Candi Agung. Sebenarnya terdapat prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang berlawanan antara Islam dan ziarah di Candi Agung, tetapi penyelarasan yang dilakukan menjadikan diterimanya praktik ziarah di Candi Agung oleh sebagian umat Islam di Kalimantan Selatan. Ziarah tersebut kemudian terendap dalam praktik kehidupan masyarakat Banjar (Kalimantan Selatan), misalnya sakit kepingitan dalam keyakinan mereka hanya bisa disembuhkan dengan bailang, menemui orang halus sebagai wujud adanya perhatian. Kajian ini juga menghasilkan pengetahuan bahwa praktik ziarah di Candi Agung oleh orang Islam sebenarnya telah dilakukan sejak dulu. Alasannya disebabkan oleh adanya orang halus berhati bersih yang dapat dijadikan perantara dalam berdoa kepada Allah agar permohonannya cepat dikabulkan. Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu, pelaksanaanya terdapat perubahan-perubahan. Misalnya jenis sesaji tidak lagi menggunakan darah ayam, cara menyampaikan sesaji kepada orang halus dilakukan dengan cara memanjatkan doa, setelah itu sesaji dimakan bersama (sesama peziarah atau peziarah dan pemandu ritual), penggunaan doa-doa yang diambil dari ayat-ayat suci Al Qur’an dan penggunaan Al Qur’an sebagai dasar untuk meyakini keberadaan orang halus di Candi Agung. Semua itu merupakan bentuk sinkretisme yang telah terjadi. Jika penyelarasan memperteguh penerimaan, maka didapatkannya berkah oleh sebagian peziarah akan menambah motivasi dilakukannya ziarah di candi. Model of sebagai pandangan hidup digunakan untuk memotivasi mereka dalam tindakan, sebagai model for. Dengan memahami alasannya diharapkan beberapa pihak dapat menghargai pandangan para peziarah.
Pilgrimage to Agung Temple is an effort of looking for blessing, visiting (bailang), doing individual vow or doing mix of the reasons. Pilgrimage is conducted to get harmony in living. Therefore this research tried to find meaning and benefit of Agung Temple for pilgrim. The research was aimed at providing ethnographic understanding about Agung Temple pilgrim community. With the understanding, it may be identified pilgrim view on Agung Temple amidst Islamic Life in South Kalimantan This research used qualitative method done in Agung Temple site complex in Amuntai, South Kalimantan. Data was collected through participative observation, in-depth interview and documentation. Data sources were gathered from pilgrim as many 12 informants and key informants as many 20 persons including ritual guides, employees of Agung Temple Local Executing Unit, and people around the temple. Data obtained were processed by sorting, grouping, coding and categorizing. The results indicated that there is Islamic influence in pilgrimage practice in Agung Temple. Actually, there are principles and practices of Agung Temple pilgrimage that are contrary to Islam. However, adjustment done make the pilgrimage practice was accepted by Moslem in South Kalimantan. The pilgrimage was present in Banjar society life; for example ill of kepingitan may only be healed with bailang, that is, meeting spirit as form of concern. This study also produced knowledge on pilgrimage practice in Agung Temple by Moslem that has been done since long ago. The reason is that there is good spirit as intermediary in praying to God to make their pray accepted. However, over time there were changes in its implementation. For example, offering did not use chicken blood, offering for spirit was done by prying, and the offering was ate together (by pilgrims or pilgrim and ritual guide), pray used holy verses of Quran and Quran is used as base for believing existence of spirit in Agung Temple. These are form of syncretism. Harmonization that strength acceptance resulted in bless in most pilgrims, which in turn add motivation to do pilgrimage in the temple. Model of as a way of life is used to motivate them into action, as a model for. By understanding the reasons, we are expected to appreciate the pilgrim’s view.
Kata Kunci : ziarah, Candi Agung, orang Islam, dan sinkretisme