FLUKTUASI HARGA MINYAK DUNIA DAN POTENSI RISIKO FISKAL DI INDONESIA
Sri Suharsih, SE.,MSi., Prof. Dr. Iswardono Sardjono Permono, MA.
2011 | Disertasi | S3 Ilmu Ekonomi dan Studi PembangunanPenelitian ini menganalisis risiko fiskal sebagai dampak adanya fluktuasi harga minyak dunia. Secara empiris fluktuasi harga minyak dunia secara langsung berdampak pada pos penerimaan dan pengeluaran APBN, terutama pos penerimaan migas dan pajak migas disisi penerimaan, sedangkan disisi pengeluaran berdampak pada pemberian subsidi BBM, subsidi lisrik, dan pemberian Dana Bagi Hasil ke Daerah penghasil minyak. Berfluktuasinya harga minyak dunia saat ini serta status Indonesia sebagai negara pengimpor minyak netto dikhawatirkan akan meyebabkan terjadinya risiko fiskal yang pada akhirnya dapat menganggu pencapaian kesinambungan fiskal. Oleh karena itu sangat penting melakukan analisis risiko fiskal yang dihadapi pemerintah Indonesia dan melihat respon fluktuasi harga minyak dunia tersebut terhadap risiko fiskal dalam kaitannya dengan tercapainya kesinambungan fiskal di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk (i) mengukur besarnya risiko fiskal sekaligus kewajiban kontingensi yang disebabkan oleh fluktuasi harga minyak dunia dalam kerangka kesinambungan fiskal (ii) menganalisis respon fluktuasi harga minyak dunia terhadap risiko fiskal dan kewajiban kontingensi di Indonesia, sekaligus menemukan persamaan jangka panjang risiko fiskal di Indonesia, (iii) mengestimasi apakah pengaruh harga minyak dunia terhadap harga minyak dunia terhadap risiko fiskal dan kewajiban kontingensi terjadi secara langsung atau melalui inflasi, dan (iv) menganalisis pengaruh jangka pendek harga minyak dunia terhadap risiko fiskal dan kewajiban kontingensi. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Balance Sheet Approach (BSA) dan analisis rerata varian untuk menghitung besarnya risiko fiskal. Selanjutnya dalam kaitannya dengan kesinambungan fiskal akan diestimasi apakah terjadi perubahan struktural atau tidak sepanjang tahun 1977-2008 pada variabel risiko fiskal dengan menggunakan aplikasi uji stasioneritas dengan memasukkan unsur jeda struktural yang dikembangkan oleh Zivot Andrews (ZA test). Berbeda dengan penelitian sebelumnya, untuk melihat respon harga minyak terhadap risiko fiskal digunakan Vector Autoregressive (VAR) dengan metode Vector Error Correction Model (VECM). Penggunaan metode VECM ini sekaligus untuk mendapatkan persamaan jangka panjang dari risiko fiskal dengan memasukkan beberapa variabel lain sebagai variabel restriksi. Selanjutnya digunakan persamaan simultan dengan metode Two Stage Least Square (TSLS) untuk mengestimasi apakah dampak kenaikan harga minyak terhadap risiko fiskal terjadi secara langsung atau melalui inflasi. Selanjutnya untuk mengestimasi pengaruh harga minyak dalam jangka pendek terhadap risiko fiskal digunakan metode two step Error Correction Model- Engle Granger (ECM-EG). Hasil analisis menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak telah menyebabkan terjadinya risiko fiskal dan kewajiban kontingensi di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan networth dengan menggunakan BSA maupun analisis rerata varian menunjukkan nilai negatif pada tahun-tahun tertentu terutama ketika Indonesia berubah status menjadi negara pengimpor minyak netto serta terjadinya kenaikan harga minyak yang sangat tinggi mendekati US $100/ barrel. Hasil uji ZA menunjukkan telah terjadi perubahan struktural pada variabel risiko, kondisi tersebut terjadi ketika harga minyak dunia mengalami kenaikan sampai mendekati angka 100 US$ / barrel pada awal tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga minyak dapat mengganggu pencapaian kesinambungan fiskal. Selanjutnya hasil analisis VAR menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak dunia direspon positif oleh risiko fiskal pada subsidi BBM, subsidi listrik, dan pemberian DBH. Berdasarkan hasil estimasi model VECM dengan menggunakan restriksi harga minyak, kurs, konsumsi dan produksi minyak menunjukkan bahwa dalam jangka panjang risiko fiskal di Indonesia disebabkan oleh harga minyak dunia dan konsumsi BBM. Sementara itu hasil analisis persamaan simultan dengan metode TSLS menunjukkan bahwa fluktuasi harga minyak dunia memberikan dampak secara langsung (direct effect) terhadap risiko fiskal, dan tidak melalui inflasi (indirect effect).Dari hasil estimasi ECM-EG ditunjukkan bahwa dalam jangka pendek risiko fiskal dipengaruhi oleh harga minyak dunia dan konsumsi BBM. Berdasarkan beberapa temuan tersebut memberikan implikasi yang mendasar bagi pelaksanaan kebijakan fiskal di Indonesia. Fluktuasi harga minyak dapat menimbulkan terjadinya risiko fiskal dan kewajiban kontingensi, bahkan ketika terjadi kenaikan harga minyak dunia yang tinggi, kondisi tersebut dapat membahayakan pencapaian kesinambungan fiskal, maka harus diupayakan pengendalian dari sisi pengeluaran terutama berkaitan dengan besaran pemberian subsidi, baik subsidi BBM, subsidi listrik, maupun pemberian DBH. Salah satu cara melakukan pengurangan risiko sebagai akibat kenaikan harga minyak adalah dengan melakukan hedging. Selain itu Pemerintah diharapkan bisa membuat formula yang tepat bagi pelaksanaan kebijakan subsidi tersebut. Selain itu dalam jangka panjang konsumsi BBM memberikan pengaruh positif terhadap terjadinya risiko fiskal, sudah seharusnya pemerintah untuk membuat kebijakan yang bertujuan untuk mengendalikan konsumsi BBM serta merealisasikan pelaksanaan penggunaan energi alternatif.
This research analyzed fiscal risks as an impact of the increase in world oil prices. This research was done because to date the fiscal risk analysis is not much enthused by economic analysts and government, while fiscal risks including contingent liabilities have an important role in achieving fiscal sustainability of a country. The increase in oil prices gave a tremendous impact for the implementation of fiscal policies in Indonesia. Volatility of oil prices will adversely or risk to the state budget, particularly after Indonesia became a net oil importing country since 2004. Empirically, the increase of oil price would directly affect revenue and expenditure headings of State Budget (APBN), mainly headings of oil and gas revenues and oil and gas tax in revenue side, while in the expenditure side will affect the provision of fuel subsidies, electricity subsidies, and the provision of Sharing Fund to the oil producing regions (DBH Migas). The high oil price and status of Indonesia as a net oil importing country are feared to encourage fiscal risks and contingent liabilities in the implementation of the State Budget. Therefore it is important to conduct an analysis of fiscal risks faced by the government of Indonesia and see the response of world oil price increase on its fiscal risk in relation to the achievement of fiscal sustainability in Indonesia. This research aims to (i) measure the fiscal risks and contingent liabilities caused by increasing world oil prices in terms of fiscal sustainability, (ii) analyze the effect of oil price shock on the fiscal risks and contingent liabilities in Indonesia, and (iii) analyze the effect of oil price and other macroeconomic variables to fiscal risks and contingent liabilities associated with the increase in world oil prices. Analysis was performed by using the Balance Sheet Approach (BSA) and the mean variance analysis to calculate the fiscal risk. Furthermore, in relation to fiscal sustainability it was examined whether the fiscal risks that occur was through structural changes or not during the years 1977-2008 with the fluctuating oil price conditions. It was analyzed by using stationary test application by inserting a structural break elements, developed by Zivot Andrews (ZA test). Unlike previous research, to see the response of oil prices against fiscal risks it was used vector autoregressive (VAR) with the method of the Vector Error Correction Model (VECM). The use of methods VECM can see the response of oil prices on fiscal risks, also be able to see how big the impact of rising oil prices on fiscal risks by incorporating several other variables as a variable restriction. Furthermore, it was used simultaneous equations using Two Stage Least Square (TSLS) to analyze and estimate how much influence the oil price fiscal risks as well to see whether the impact of high oil prices on fiscal risks occur directly or indirectly and via inflation. Finally to estimates the effect of oil prices and some other macroeconomic variables to fiscal risk used Error Correction Model-Engle Granger (ECM-EG). The results show that increases in oil prices caused the fiscal risk in Indonesia, this can be seen from the calculation of networth with BSA and the mean variance analysis showed negative results, especially when Indonesia became a net oil importing country and increase oil price was very high approaching U.S. $ 100 / barrel. ZA test results showed that there had been structural changes in risk variables, such conditions occur when the world oil price has increased to nearly 100 U.S. dollars / barrel. This shows that the increase in oil prices could disrupt the achievement of fiscal sustainability. Furthermore, the results of VAR analysis shows that the increase in world oil prices responded positively to the fiscal risk on fuel subsidies, electricity subsidies, and the provision of DBH. Based on estimates of VECM with restriction on oil prices, exchange rates, consumption and production of oil shows that in the long-term fiscal risks in Indonesia, mainly due to an increase in world oil prices and increasing fuel consumption. Meanwhile, simultaneous equations analysis using TSLS shows that oil prices directly impact (direct effect) of fiscal risk, and not through the mechanism of inflation (indirect effect). Finally, the results of ECM-EG shows that world oil prices and fuel consumption influences positif significant in the short run to fiscal risk in Indonesia. Based on these findings provides some fundamental implications for the implementation of fiscal policies in Indonesia. The increase in oil prices could lead to fiscal risks and contingent liabilities, even when very high oil prices, rising oil prices will also jeopardize the achievement of fiscal sustainability, it must be sought control of the expenditure side mainly related to the amount of subsidy, either fuel subsidies, electricity subsidies, or DBH, example with hedging mechanism. The government is expected to make a proper formula for the implementation of subsidy policy. In addition, in the long term fuel consumption have a positive influence on the occurrence of fiscal risk, the government ought to create policies that aim to control fuel consumption by realizing the implementation of alternative energy usage.
Kata Kunci : Risiko Fiskal, Zivot Andrews (ZA) test, Balancee Sheet Approach (BSA), Vector Autoregressive, Vector Error Correction Model, Two Stage Least Square (TSLS), ECM-EG.