Evaluasi kualitas calf starter komplit dari kombinasi bahan pakan sumber protein, serat dan level molases berbeda
MUKODININGSIH, Sri, Promotor Ir. Subur Priyono Sasmito Budhi, Ph.D
2010 | Disertasi | S3 Ilmu Peternakan
Calf starter (CS) dan sumber serat yang diberikan secara bersamaan dalam bentuk calf starter komplit (CSK) pada pedet segera setelah lahir dapat mempercepat perkembangan rumino-retikulum. Penelitian ini bertujuan menghasilkan formula CSK yang memberikan basil terbaik pada perkembangan rumen, terdiri dari dua tahap penelitian. Penelitian Tahap I adalah mencari formUla CSK dari kombinasi sumber protein dan serat dengan cara melakukan uji biologis pada pedet FH umur 7-14 hari dengan bobot badan awal rata-rata 45 ± 5,5 kg hingga umur 7 minggu. Penelitian Tahap II adalah pembuatan CSK dalam bentuk pelet dari CSK hasil penelitian Tahap I dengan penambahan molases. Materi yang digunakan adalah jagung giling, dedak halus, tepung ikan, bungkil kedelai, jerami padi dan jerami jagung giling, vitamin, mineral dan molases. Penelitian Tahap I menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 2x2 dan 3 ulangan. Faktor I: CS dengan sumber protein bungkil kedelai dan tepung ikan; Faktor II: sumber serat jerami padi dan jerami jagung. Penelitian Tahap II menggunakan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan, yaitu pelet CSK Tahap I tanpa ditambah molases (MO), ditambah molases 5% (M5) dan 10% (Ml 0).
Parameter yang diamati pada penelitian Tahap I adalah konsumsi, pertambahan bobot badan, mikrobia rumen, VFA dan NH3. Adapun pada Tahap n adalah kualitas pelet CSK meliputi kualitas kimia (protein dan serat kasar), kualitas fisik (kekerasan dan durabilitas) dan kualitaas biologis pada pedet FH umur 7-14 hari dengan badan awal 42,5 ± 2,09 kg ( konsumsi, pbbh, VF A dan glukosa darah, jumlah dan panjang papila). Data yang diperoleh diolah dengan analisis variansi dilanjutkan uji ganda Duncan. Hasil penelitian Tahap I menunjukkan formula CSK kombinasi sumber protein (tepung ikan, bungkil kedelai) dan sumber serat Gerami padi, jerami jagung) tidak meningkatkan konsumsi dan PBBH pedet hingga umur 7 minggu. Namun perlakuan tersebut dapat meningkatkan (P<0,05) total populasi bakteri, kosentrasi VF A dan NH3 rumen. Total populasi bakteri rumen terbanyak ~ada pedet yang diberi CSK k.ombiP~i b\lPgkil kedel&i dan jerami jagung (1 ,08 x 10 1 CFU/ml), dibai!dinf perlakuan lain (P< 0,05) yaitu CSK kombinasi tepung ikan dan jerami padi 1,1 x 101, CSK kombinasi tepung ikan dan jerami jagung 4,1x109 dan CSK kombinasi bungkil kedelai dan jerami padi 8,8x 109 CFU/ml). CSK kombinasi tepung ikan dan jerami padi menghasilkan konsentrasi VF A dan NH3 sama dengan CSK kombinasi bungkil kedelai dan jerami jagung yaitu masing-masing 34,39 dml32,45 mmoVml untuk vF A dan 3,38 mmoVml dan 3,11 mmoVml untuk NH3. Dengan demikian CSK perlakuan kombinasi bungkil kedelai dan jerami jagung menghasilkan formula yang paling baik ditinjau dari indikator perkembangan rumen yang dihasilkan. Hasil penelitian Tahap II menunjukkan bahwa penambahan molases 5% (M5) dan 10% (M10) pada CSK kombinasi bungkil kedelai dan jerami jagung menurunkan kadar protein kasar (P<0,05) dan serat kasar pelet yang dihasilkan. Perlakuan MO menghasilkan kadar protein paling ~gi ( 13,48%), sedangkan M5 sebesar 12,66% dan paling rendah adalab M 10 yau 11,11%. Adapun kadar serat kasar pada MO adalab sebesar 17,72%, sedanglln M5 dan MlO masing-masing sebesar 14,86% dan 10,36%.
Penambaban mokes menghasilkan peningkatan (P<0,05) terhadap kekerasan dan durability pelet. 'ingkat kekerasan pelet yaitu 3,37 kg/cm2 untuk MO, 4,00 kg/cm2 untuk M5 dan 4!9 kg/cm2 untuk M 10. Perlakuan M5 menghasilkan durability 94,77% dan lebih·endab (P<0.05) dibanding dengan durability pelet MlO {97,37%).
Hasil uji biologis:lari pelet CSK menunjukkan babwa penambahan molases dalam pel/eting CSK tick menyebahkan peningkatan pada konsumsi maupun pertambahan bobot badan harim(PBBH) pedet. Konsumsi pada M5= 83,96 g/ekorlhari dan MlO= 90,19 g/ekor/hari. Adapun PBBH adalah M5= 552 g dan MIO= 535 g. lnteraksi antara umur pedt dengan perla.kuan penambahan molases dalam CSK tidak berpengaruh terhaap peningkatan konsentrasi VF A darah. Namun masing-masing faktor yaitu umur edet dan penambahan molases dalam CSK berpengaruh (P<0,05) terhadap peningkam konsentrasi VFA darab (BVFA). Konsentrasi BVFA perlakuan MlO sebesar 48,8: mmoVml berbeda sangat nyata (P Mixed calf starter and c~de fiber source as complete calf starter (CCS) can
enhance the development of reticulo-rumen. This research consist two experiment.
Experiment I: the aimed of this research was finding CCS formulation which gave the
most effective enhancement to reticulo-rumen development The materials used were
ground com, rice bran, soybean meal, fish meal, vitamin, mineral, rice and com
straws, between 7-14 days old FH calves with 45 ± 5.5kg body weight Completely
randomized design with factorial pattern 2 x 2 was used in this research. The first
factor was protein sources, i.e. soybean meal and fish meal, and the second factors
was fiber sources, i.e. rice and com straws (com fodder). This research took about 7
weeks. The result indicated that there was a significant effect of the combination of
protein source and fiber source on total bacteria and NH3, but there was no significant
effect of those on feed intake, dry matter digestibility, average daily gain and VF A
content Total rumen bacteria population of the calves fed with a combination of
soybean meal and com straw was the highest (1.08xl011 CFU/ml) compared to those
fed with other combinations (P<0.05), i.e. fish meal and rice straw l.lxl010
, fish meal
and com straw 4.lxlo9 and soybean meal and rice straw 8.8xl09 CFU/ml). NH3
concentration was highest resulted from feeding with a combination of fish meal and
rice straw (3.38 mmollml), but there was no different with a combination of soybean
meal and com straw (3.38 mmol/ml). A combination of soybean meal and com
fodder in CCS gave the best rumen development indicator. Experiment ll: Effect of
molasses addition to CCS combination 65% concentrate calf starter and 35% local
com fodder from experiment I to pellet quality. On the CCS, molasses was added
either 0% (MO), 5% (M5) or 1 O% (Ml 0), then the mixture was pelleted. Chemist
(protein and crude fiber), physics (hardness and durability) and biologist quality were
parameters that were observed. Biologist quality was evaluated from the pellet that
bas good chemist and physic quality to FH calves (7 - 14 d old with 42,5 ± 2,09 kg
BW) and fed to the calves for 7 weeks. Molasses addition, regardless of addition
level, decreased (P<0.05) protein and crude fiber of the pellet But, molasses addition
improved (P<0.05) the both durability and hardness of the pellet Upon feeding to
calves, both feed intake and daily gain were not affected with molasses addition.
Mean of feed intake MS = 83,96 glday and MIO= 90,19 glday. Mean of daily gain M5 =
552 glday and MIO = 535 glday. Blood VFA level was remarkably higher (P < 0.01) in
calves fed Ml 0 than calves fed M5. Blood VF A level was also increased (P<0.05)
with increasing age from wk2 to wk6. There was no difference in blood gluCQse level between M5 and MIO and between wk2 and wk6 of the experiment. Length and number of papillae were not different by the addition level of molasses. Both 5% and 10% molasses addition were appropriate for improving not only pellet quality but also calves performance. However, there was no additional advantage of 10% molasses addition compared to 5% in the view of calf rumen development. From the results of
this study that formula CCS from calf starter (soybeen meal as protein source), com fodder and 5% molasses addition could be recommended as CCS that can be used
feed starter for FH calves.
Key words : protein source, fiber source, molasses, quality of complete calf starter,
reticulo-rumen development
Kata Kunci : Sumber protein,Sumber serat,Molases,Kualitas calf starter komplit,Perekmbangan rumino-retikulum