Laporkan Masalah

Karakter putri pada dramatari klasik di wilayah budaya Jawa, Bali dan Sunda

NUGRAHENI, Trianti, Promotor Prof. Dr. R.M. Soedarsono

2010 | Disertasi | S3 Ilmu Budaya

Penelitian ini berupaya untuk membandingkan karakter tari putri pada dramatari klasik di Jawa, Bali, dan Sunda. Pengamatan mulai difokuskan dari teksnya baik dari gerak tarinya, kostum, dan rias, maupun cara bertuturnya. Adapun untuk mengupas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan persamaan dan perbedaannya diperlukan pendekatan etnokoreologi yang dipadukan dengan teori, konsep, dan ilmu sejarah, sosiologi, antropologi, dan psikologi. Untuk itu penelitian ini dapat juga disebut menggunakan pendekatan multidisiplin. Untuk memfokuskan penelitian, maka ditetapkan tiga dramatari yang dianggap dapat mewakili karakteristik ketiga wilayah budaya, yakni: (1) wayang wong gaya Yogyakarta, mewakili wilayah budaya priyayi Jawa; (2) gambuh Bali, mewakili wilayah budaya triwangsa Bali, dan (3) wayang wong Priangan, mewakili budaya ménak Sunda. Pengamatan mengenai perbandingan ketiganya diawali dengan melihat persamaan yang terdapat dalam ketiga dramatari. Persamaan ini terjadi karena adanya kontak budaya di antara ketiga dramatari ini. Wilayah budaya Jawa, Bali, dan Sunda mempunyai persamaan akar sejarah yang berasal dari Majapahit, oleh karena itu karakterisasi dalam ketiga dramatari ini mempunyai kemiripan. Perbedaan karakter putri dalam dramatari wayang wong Yogyakarta, gambuh, dan wayang wong Priangan terbangun dari nilai-nilai budaya yang menyangganya. Ketiga dramatari ini hidup dan berkembang di kalangan bangsawan. Oleh karena itu etika, estetika, dan tata nilai bangsawan tercermin jelas dalam struktur pertunjukan. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa: (1) karakter putri dalam dramatari wayang wong Yogyakarta, gambuh, dan wayang wong Priangan ditampilkan sebagai sosok putri yang feminin; (2) karakter putri Jawa lebih mengutamakan kehalusan, keteraturan, dan pengendalian dalam mewujudkan femininnya; (3) karakter putri Bali mengutamakan kontras dan kemandirian dalam mewujudkan femininnya; (4) karakter putri Sunda mencerminkan pribadi yang enerjik, adaptif, dan inovatif dalam membangun femininnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai-nilai feminitas dalam ketiga wilayah budaya yang mempunyai persamaan akar sejarah ini telah berkembang dan diwarnai oleh nafas budaya masing-masing.

This study seeks to compare the character of princess dance in the classical dramatari in Java, Bali and Sunda. Observation is started to be focused onto the text either from the dance movements, the use of costume and make up, as well as the way of speaking. As for working through the factors that lead to its similarities and difference, there will be needed an etnochoreology approach combined with the theory, concepts, and science history, sociology, anthropology, and psychology. Therefore this study can also be called using a multidisciplinary approach. To focus the research, we then set three dramatari that can be considered to represent the characteristics of the three cultural regions of : (1) wayang wong Yogyakarta style, the aristocracy of cultural regions of Java, (2) gambuh, gambuh, representing the region of triwangsa Balinese culture, and (3) wayang wong Priangan, representing the feudal culture of Sunda. Observations on the comparison of the three begins with the view that there are similarities in all the three of dramatari. This equation is due to cultural contacts between the three dramatari. Cultural regions of Java, Bali and Sunda have similar historical roots derived from Majapahit, therefore in all three dramatari this characterization has some similarities. Characteristic differences in the princess dance of dramatari wayang wong Yogyakarta, gambuh, and wayang wong Priangan formed from the cultural values that support it. Therefore, ethics, aesthetics, and the noble values clearly reflected in the structure of the show. Based on the results of research there can be concluded that: (1) Princess characters in the dramatari of wayang wong Yogyakarta, gambuh, and wayang wong Priangan shown as daughter of the feminine figure; (2) The caracter of Javanese princess gives priority to softness, regularity, and control in realizing the femininity; (3) Balinese princess character emphasizes contrast and individuality in achieving the femininity; (4) Sundanese princess characters personally reflect an energetic, adaptive, and innovative in developing the femininity. Thus it can be said that the values of femininity in all three cultural areas that have historical roots of this equation has been developed and characterized by their respective cultural breath

Kata Kunci : Dramatari klasik,Jawa,Bali,Sunda,Etnokoreologi,Karakter putri

  1. S3-FIB-2010-TRIANTI_NUGRAHENI_-_ABSTRACT.pdf  
  2. S3-FIB-2010-TRIANTI_NUGRAHENI_-_BIBLIOGRAPHY.pdf  
  3. S3-FIB-2010-TRIANTI_NUGRAHENI_-_TABLEOFOCNTENT.pdf  
  4. S3-FIB-2010-TRIANTI_NUGRAHENI_-_TITLE.pdf