Laporkan Masalah

Dinamika budaya lingkungan hidup komunitas kota di Yogyakarta

TASDIYANTO, Promotor Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA

2010 | Disertasi | S3 Ilmu Lingkungan

Kualitas lingkungan hidup di Indonesia terns menurun. Hal ini ditunjukkan dengan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup yang semakin meningkat serta menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan perkotaan. Bencana lingkungan seringkali terjadi, mulai dari banjir, badai, longsor dan kekeringan. Hal ini diperparah dengan fenomena pemanasan global dan perubahan iklim, yang mengancam kehidupan kita. Fenomena diatas terutama disebabkan oleh perilaku manusia. Penelitian dilaksanakan di Yogyakarta, karena memiliki sistem perkotaan dengan dinamika budaya yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui gambaran urn urn Y ogyakarta dalam konteks dinamika budaya lingkungan hid up; (2) mengetahui fenomena dinamika budaya lingkungan hidup komunitas kota di Yogyakarta; (3) mengetahui faktor penyebab dinamika budaya lingkungan hidup komunitas kota di Yogyakarta; dan (4) mengkonstruksi teori budaya lingkungan hidup komunitas kota dan implikasinya terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan hidup perkotaan di Indonesia. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma fenomenologi. Obyek penelitian meliputi komunitas Kraton Yogyakarta Hadiningrat, komunitas berpendidikan di Bulaksumur, komunitas bisnis di Jalan Malioboro dan komunitas kampung Gondolayu Lor. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan lapangan dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Yogyakarta terjadi dinamika budaya lingkungan hidup dalam komunitas kota, khususnya komunitas kraton, berpendidikan, bisnis dan kampung. Dinamika tampak dalam pertumbuhan komunitas, interaksi dengan lingkungan hidup dan perilaku komunitas. Dalam dinamika tersebut terpetakan pola perilaku komunitas, yaitu; ( l) memperbaiki; (2) memelihara, (3) mengabaikan; dan (4) merusak lingkungan hidupnya. Keempat pola perilaku tersebut kemudian dikategorikan dalam budaya ramah dan tidak ramah terhadap lingkungan hidup. Dinamika budaya lingkungan hidup tersebut terjadi karena faktor sosial, politik, ekonomi dan budaya Fakta dan faktor yang telah ada diformulasikan dalam konsep budaya tradisional dan rasional. Budaya tradisional dan rasional ramah lingkungan hidup membangun kearifan lingkungan hidup. Penelitian ini mengkonstruksikan Teori Budaya Lingkungan Hidup Perkotaan (Urban Ecoculture Theory), yang menjelaskan bahwa budaya tradisional dan rasional melahirkan pola perilaku memperbaiki, memelihara, mengabaikan dan merusak lingkungan hidupnya. Teori ini memberikan implikasi terhadap strategi kebijakan lingkungan hidup perkotaan. Empat strategi yang ditawarkan dari penelitian ini, mencakup: (1) strategi sosial; (2) strategi politik; (3) strategi ekonorni; dan (4) strategi budaya. Kata kunci: Budaya Lingkungan Hidup, dinamika, komunitas, dan Yogyakarta.

The quality of environment in Indonesia is continuously declining. This is indicated by the increasing of pollution and environmental degradations and the declining of urban environmental carrying capacity and supporting capacity. Environmental disasters continuously occur, ranging from floods, thunderstorms, landslides and droughts. This is exacerbated by the phenomenon of global warming and climate change, which threatening our life. Such environmental degradations are primarily caused by human behavior. The research was conducted in Yogyakarta, because it has a high cultural dynamics. The research aims to: (I) identify a general description of Yogyakarta in the context of the ecoculture dynamics, (2) identify the phenomenon of eco-culture dynamics of communities in Yogyakarta city, (3) identify the driving factors causing the eco-culture dynamics of communities in Yogyakarta city and ( 4) construct eco-culture theory of communities and its implications for urban environmental management in Indonesia Research method employed in this study was qualitative method, using phenomenology paradigm. The objects of the research include the Kraton Yogyakarta community, academic community in Bulaksumur, business community in Jalan Malioboro, and the kampung community in Gondolayu Lor. Data collection techniques consisted of field observations and in-depth interviews. The research showed that the eco-culture dynamics of Yogyakarta occur in the city communities, especially in kraton, academic, business and karnpung communities. The dynamics appear in community growth, interaction with the environment, illustrated in the family and communities behavior. In the dynamics shown at behavior patterns of communities, namely; improve, maintenance, neglect and damage the environment. These patterns of behaviors is then categorized in to (1) environmentally friendly; and (2) environmentally unfriendly. The research found that such eco-culture dynamics are determined by social, political, economic and cultural factors. Facts and factors are then formulated in the concept into traditional and rational culture. Traditional and rational culturally friendly to the environment creating environmental wisdom (ecosophy). This research constructs an "Urban Ecoculture Theory" explaining that both traditional and rational culture create a pattern of behavior consist of four possible attitudes improving, maintaining, neglecting and to damaging the environment. The theory derivated from this study provides implications for urban environmental policies strategies. Four strategies are proposed from this research, includes: (1) social strategy; (2) political strategy; (3) economic strategy; and; (4) cultural strategy. Keywords: Eco-culture, dynamics, community and Yogyakarta.

Kata Kunci : Budaya lingkungan hidup,Dinamika,Komunitas,Yogyakarta

  1. S3-PAS-2010-Tasdiyanto-Abstract.pdf  
  2. S3-PAS-2010-Tasdiyanto-Bibliography.pdf  
  3. S3-PAS-2010-Tasdiyanto-Tableofcontent.pdf  
  4. S3-PAS-2010-Tasdiyanto-Title.pdf