Kajian fisiologis dan biokemis tingkat kemasakan buah dan biji dalam rangka pembenihan aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.)

WIDYAWATI, Nugraheni, Promotor Prof. Dr. Ir. Tohari, M.Sc

2009 | Disertasi |

Sejauh ini belum diketahui saat dan tanda visual kemasakan buah aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) yang menghasilkan benih dengan daya berkecambah maksimum atau telah mencapai kemasakan fisiologis. Jika saat itu terjadi ketika buah belum berubah menjadi kuning, maka saat panen tidak perlu menunggu terlalu lama. Serangkaian percobaan telah dilakukan untuk mengkaji pertumbuhan dan perkembangan biji aren secara morfologis, biokemis dan fisiologis, seiring dengan kemasakan buah dan menentukan saat masak fisiologis biji serta tanda visual periode waktu panen buah aren yang menghasilkan benih dengan daya berkecambah minimum 80 %. Percobaan dilakukan di desa Kemiri-Sidorejo Lor, Kotamadya Salatiga, Provinsi Jawa Tengah mulai bulan Agustus 2005 hingga Februari 2007. Lokasi percobaan terletak pada elevasi 510 m di atas permukaan laut. Materi percobaan diperoleh dari desa Tegaron dan Kemambang, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, terletak pada elevasi 760-800 m dpl. Penelitian terdiri atas lima kelompok percobaan, disusun dalam Rancangan Acak Lengkap atau Rancangan Acak Kelompok. Data dianalisis menggunakan Anova, Standard Deviasi, Korelasi-Regressi, Khi Kuadrat dan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antar perlakuan, digunakan Duncan’s Multiple Range Test 5 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur buah aren berhubungan nyata dengan ukuran buah maupun biji (berat, volume dan diameter), membentuk kurva sigmoid; kadar klorofil kulit buah menurun dan nisbah karoten/klorofil meningkat ketika warna buah semakin kuning; umur buah berhubungan nyata dengan kadar gula, pati, protein, lemak, tanin, lignin dan berat kering biji, membentuk kurva sigmoid, tetapi kadar air biji semakin menurun dengan bertambah umur buah, membentuk kurva kuadratik; umur buah berkorelasi negatif dengan permeabilitas biji, untuk mempercepat imbibisi diperlukan skarifikasi dengan cara pengampelasan bagian operkulum; masak fisiologis biji ditentukan oleh berat kering dan daya berkecambah maksimal, terjadi pada umur 26 bsa; umur buah berhubungan nyata dengan daya berkecambah biji, membentuk kurva sigmoid. Benih aren disebut telah berkecambah jika panjang haustoria minimal 3 cm, radikula dan plumula belum terlihat. Daya berkecambah biji lebih dari 80 % terjadi pada buah berwarna hijau kekuningan (7,5 GY.5,5/4-5,5/6 MCC), kuning kehijauan (2,5 GY.6,5/6-6,5/8 MCC) dan kuning (2,5 Y.7/6-7/8 MCC), berkecambah lebih serempak, dan pertumbuhan bibit juga lebih baik dibandingkan dari biji buah berwarna hijau (7,5 GY.4/4-4/6 MCC) dan hijau cerah (7,5 GY. 4,5/4-4,5/6 MCC ). Panen dapat dilakukan dengan memotong tandan buah ketika 50 % buah dalam tandan telah berwarna hijau kekuningan hingga kuning.

Until recently, the time and visual signs of the sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) fruits ripeness when they start producing highest seed germination or physiological seed maturity have not been discovered yet. If the physiological seed maturity occur when the fruits still green, it means that the time of harvesting must not waiting in a longer time until the fruits turn to yellow. A series of experiments have been done to analyze: 1. the morphological, biochemical and physiological characteristics growth and development of sugar palm seeds along with the ripeness of the fruits; 2. to determine the time of physiological seed maturity and the visual signs of fruits when they produce seeds with the highest seed germination = 80 %. The experiments were conducted in Kemiri-Sidorejo Lor, Salatiga Regency in the Province of Jawa Tengah from August 2005 to February 2007, in the elevation of 510 m above the sea level. The materials used in the experiments were taken from Tegaron and Kemambang village, Banyubiru Sub-district of Semarang Regency, located at 760-800 m above the sea level. The research consists of five experiments groups, arranged in Completely Randomized Design or Randomized Complete Block Design. The data were analyzed using Analysis of variance, Standard Deviation, Correlation-Regression, Chi-squared and to find out the influence between treatments, Duncan’s Multiple Range Test, of 5 % was used. The results of this research were: the size of fruits and seeds have a significant correlation with fruits age, to form a sigmoid curve; the chlorophyll content of the fruits decreased following the fruit maturity but the ratio of carotene/chlorophyll increasing when the fruits turn to yellow; the dry weight of the seeds have a significant correlation with fruits age to form a sigmoid curve but the water content of seeds decreased with the fruits age to form a quadratic curve; total sugar, starch, protein, fat, lignin, tannin and seed germination have a significant correlation with fruits age to form a sigmoid curve; the age of the fruits has a negative correlation with the seed permeability and to speed up imbibitions it needs scarification by sandpapering the operculum, seed maturity has been determined by maximum dry weight and germination, occur at the fruits age of 26 after anthesis, the seeds have been germinate when the length of houstorial at least 3 cm, radicule and plumule have not been appear yet, the minimum seed germination 80 % occur when the fruits colour turn to yellowish green (7,5 GY.5,5/4-5,5/6 MCC) until yellow (2,5 Y.7/6-7/8 MCC); more spontaneously and better seedling growth than the seeds from green color (7,5 GY. 4/4-4/6 MCC) to clear green color (7,5 GY. 4/5-4,5/6 MCC). Harvest can be done by cutting the stalk of the fruits when 50 % of the fruits in the bunch have turn into yellowish green to yellow.

Kata Kunci : Kemasakan buah aren,Kemasakan fisiologis,Kurva sigmoid,Daya berkecambah biji