Laporkan Masalah

Kandungan karbon organik dan kemampuan kesuburan tanah entisol dan inceptisol pada land use berbeda di KP4 UGM Yogyakarta

IDRIS, Moh. Fajar, Prof. Dr. Ir. Bambang H Sunarminto, SU

2010 | Tesis | S2 Ilmu Tanah

Tanah merupakan penyimpan karbon terbesar dalam ekosistem daratan dan memegang peranan penting dalam siklus karbon global. Kandungan karbon yang besar dalam tanah menyebabkan tanah berpengaruh besar dalam fenomena efek rumah kaca. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa dampak terhadap peningkatan seluruh sektor kebutuhan hidup termasuk didalamnya kebutuhan akan pangan dan kayu. Aktifitas ini tentunya akan sangat mempengaruhi dan memberikan dampak perubahan terhadap kandungan karbon dalam tanah. Keberadaan karbon tanah sangat ditentukan oleh bahan organik tanah yang ada, bila kadar bahan organik dalam tanah tinggi maka kandungan C-organik juga akan tinggi. Perubahan sistem penggunaan lahan menyebabkan penurunan cadangan karbon pada suatu ekosistem, karena adanya kehilangan yang cepat dari biomassa di atas permukaan tanah dan penurunan secara gradual pada bahan organik tanah. Peniliaian terhadap kesuburan tanah menuju kepada pertanian yang berproduksi tinggi,ramah terhadap lingkungan dan berkelanjutan. peneliti telah melakukan kajian kandungan karbon organik tanah, beberapa sifat kimia dan fisika tanah serta penggunaan metode klasifikasi kemampuan kesuburan tanah yang dilakukan di Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian Universitas Yogyakarta (KP4 UGM) Yogyakarta pada blok IA dan blok IIIb yang ditanami tebu (saccharum officinarium L) dan areal yang tidak diolah pada kebun matoa, dan lahan yang ditumbuhi rumput pada dua jenis tanah yaitu tanah Entisol dan Inceptisol. Dilakukan selama 4 bulan dari Desember 2009 – Maret 2010. Dari hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kandungan karbon tertinggi terdapat pada lahan yang ditanami tebu (Et = 0,68 g/cm2 , It = 0,8 g/cm2) sedang yang tidak di olah (Ea= 0,59 g/cm2, Ia = 0,51 g/cm2), hal ini juga menunjukkan bahwa kandungan karbon pada Inceptisol lebih tinggi dibandingkan dengan Entisol pada tanaman tebu. Pada hasil klasifikasi kemampuan kesuburan tanah FCC diblok IIIB menunjukkan laju infiltrasi yang tinggi dan menahan air rendah (Se (4-8%) ), kebun matoa memiliki laju infiltrasi tinggi dan memiliki faktor pembatas KPK rendah (Sek (0-3%), untuk lahan blok IA dan lahan yang ditumbuhi semak memiliki laju infiltrasi tinggi (S (0-3%).

Land is the largest carbon storage in terrestrial ecosystems and play an important role in the global carbon cycle. A large carbon content in the soil causes the soil has a big influence in the phenomenon of the greenhouse effect. The Increasing of population impacts on all sectors of life including the need for food and wood. This activity will certainly influence and impact the changes to the content of carbon in the soil. The presence of soil carbon is largely determined by existing soil organic matter, when levels of soil organic matter is high then the C-organic content will also be high. Changes in land use systems caused a decrease in carbon stocks in an ecosystem, due to a rapid loss of biomass above ground level and a gradual decline in soil organic matter. The assessment to the fertility of agricultural land leading to high production, environmentally friendly and sustainable. The researcher has studied soil organic carbon content, some chemical and physical properties of soil and the use of soil fertility capability classification method that was conducted at Education, Research, and Development of Agriculture, University of Yogyakarta (KP4 UGM) in Yogyakarta on the block IA and IIIB blocks planted with sugar cane ( saccharum officinarium L) and areas that are not processed on matoa areas, and land is overgrown with grass on two types of soil, Entisol and Inceptisol. The research was conducted for 4 months from December 2009 - March 2010. The results of soil analysis showed that the highest carbon content found on land planted with sugarcane (Et = 0.68 g/cm2, It = 0.8 g/cm2) while on uncutltivated land (Ea = 0.59 g/cm2, he g/cm2 = 0.51), it is also showed that the carbon content in Inceptisol is higher than Entisol planted with sugarcane. The classification of the FCC of III B block showed a high infiltration and low water holding capacity (Se (4-8%)), matoa areas have high infiltration rate and low CEC as a limiting factor (Sek (0-3%), block IA and land under showed have a high infiltration rate (S(0-3%).

Kata Kunci : Kandungan karbon organik tanah,Klasifikasi kemampuan kesuburan lahan (FCC),Penggunaan lahan, Organic Carbon Content of Soil, Land Fertility Capability Classification (FCC), Land Use


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.