Laporkan Masalah

Pembangunan perdamaian pasca konflik :: Studi kasus di Negeri/Desa Rumahtiga Kota Ambon

RIEUWPASSA, Sarmalina, Drs. Lambang Trijono, M.A

2010 | Tesis | S2 Sosiologi

Konflik di Desa Rumahtiga menyisakan persoalan pelik di tengah masyarakat, seperti masalah pengungsian, pengangguran, terjadinya pengelompokan masyarakat berdasarkan etnis dan agama. Kearifan lokal yang ada di masyarakat Maluku yang disebut Pela Gandong (hubungan kekerabatan sekandung) pertalian sedarah dalam hubungan keluarga seolah-olah hilang oleh tatanan sosial budaya masyarakat. Konflik Maluku (Desa Rumahtiga) merupakan bukti otentik terjadinya perang saudara. Kondisi kerentanan sosial yang berbasis tatanan adat lenyap seketika atas nama konflik SARA. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pembangunan perdamaian di Desa Rumahtiga pasca-konflik.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data meliputi observasi terlibat, wawancara mendalam, kepustakaan atau dokumen/arsip. Sedangkan informan dari penelitian ini adalah terdiri dari tokoh-tokoh adat, agama, pendidikan, pemerintahan dan masyarakat yang terlibat pada waktu konflik terjadi. Teknik analisa digunakan yaitu model analisis interaktif, yaitu analisis yang bergerak dalam tiga komponen besar terdiri dari reduksi data (data reduction),sajian data (data display), dan penarikan kesimpulan serta dianalisis secara deskriptif kualitatif.Sedangkan teori yang dipakai adalah teori konflik, perdamaian dan teori pembangunan perdamaian.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan perdamaian pasca konflik di Desa Rumahtiga didasarkan pada nilai-nilai universal, perasaan moral yang dianut bersama dan dengan menjunjung tinggi nilai–nilai kemanusiaan, kerukunan, kedamaian, dan toleransi beragama menuju proses perdamaian yang abadi yang diwujudkan dengan aktivitas kemasyarakatan maupun keagamaan. Dalam mewujudkan perdamaian antar komunitas ini dituntut adanya peran Institusi lokal yang terfokus pada masalah yang berpotensi menimbulkan konflik dengan melibatkan elemen-elemen masyarakat baik pada tingkat pemerintah desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat, serta diikut sertakan pula Institusi sosial, keagamaan dan lembaga sosial masyarakat yang memberikan andil yang besar guna memberikan keharmonisan di dalam lingkungan masyarakat sehingga dapat menjadi wadah untuk memproteksi setiap gejolak yang dapat ditimbulkan di tengah-tengah masyarakat. Dalam mengimplementasikan prinsip perdamaian di Desa Rumahtiga di optimalkan kembali sumberdaya yang ada di Desa Rumahtiga,baik sumber daya alam, maupun sumber daya manusia, kebutuhan finansial, seperti rekonstruksi dan rehabilitasi ekonomi masyarakat pasca konflik.Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa dalam menjaga dan membangun perdamaian di Desa Rumahtiga, masyarakat Rumahtiga harus menghidupkan kembali nilai-nilai budaya lokal dan peran lembaga-lembaga yang ada di Desa Rumahtiga, serta mempunyai komitmen bersama dalam mematuhi kesepakatan dan nilai-nilai pembangunan perdamaian yang telah disepakati bersama.

Conflict in the quaint village of Rumahtiga leaving issue in society, such as refugee problems, unemployment, the grouping of people based on ethnicity and religion. Local knowledge in the Maluku people called Pela gandong (kinship by one venter) in the blood ties of family relationships as if lost by the existing social culture. Maluku conflict (Village Rumahtiga) is authentic evidence of civil war. Condition-based social vulnerability traditional order vanished instantly on behalf of racial conflict. This study aims to assess the peace-building in post-conflict Rumahtiga Village. The method used in this study was descriptive-analytical method with a case study approach. Data collection techniques include participant observation, depth interviews, literature or documents / archives. While the informants of this study was composed of traditional leaders,religious, educational, government and communities involved in the conflict occurred. Analysis technique used is an interactive model, which is engaged in the analysis of three major components consist of the reduction of data (data reduction), data presentation (data display),and conclusion, and analyzed by descriptive qualitative. While the theory used is the theory of conflict, peace and peace-building theory.The results showed that post-conflict peace-building in the village of Rumahtiga based on universal values, shared moral feelings and by upholding human values, harmony, peace and religious tolerance towards a lasting peace process which is realized with social activities and religious. In realizing peace between these communities required the role of local institutions that focus on the problem of possible conflicts involving elements of society both at the level of village government, religious leaders and community leaders, and included all social institutions,religious and social institutions of society which provide a great share in order to provide harmony in the community environment so that it can be a container for protecting each of turbulence that can be generated in the midst of society. In implementing the principle of peace in the village of Rumahtiga in optimizing existing resources back in the village of Rumahtiga,good natural resources, and human resources, financial needs, such as reconstruction and economic rehabilitation of post-conflict society. The conclusion of this study is that in maintaining and building peace in the village of Rumahtiga, society Rumahtiga should revive local cultural values and role of existing institutions in the village of Rumahtiga, as well as having a mutual commitment to comply with the agreement and the values of peace-building been agreed.

Kata Kunci : Pembangunan perdamaian,Prinsip perdamaian dan institusi, Peace Building, Peace Principles and Institutions.


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.