Dayak Islam: The reemerging identity of East Kalimantan Dayak community Indonesia
WAHYUNI, Yuyun Sri, Dr. Zainal Abidin Bagir
2010 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaTesis ini membahas bagaimana identitas keagamaan orang-orang Dayak Islam di Kalimantan Timur berubah. Dalam beberapa komunitas etnis di Indonesia, seperti halnya pada etnis di Kalimantan Timur, identitas etnis dipisahkan dari identitas keagamaan. Beberapa etnis dianggap tidak sesuai dengan beberapa agama tertentu begitu pula sebaliknya; dalam konteks Kalimantan Timur seorang Dayak adalah Kristen dan seorang Kristen adalah Dayak dan seorang Kutai adalah Muslim dan seorang Muslim adalah Kutai. Sehingga ketika seorang Dayak berkonversi ke dalam agama Islam ia tidak hanya mengganti identitas keagamaannya saja melainkan juga identitas etnisnya menjadi Kutai (Melayu). Pada struktur masyarakat hutan di masa lalu seseorang tidak dapat sekaligus menjadi seorang Dayak dan seorang Muslim. Isu identitas sebagaimana yang digambarkan diatas telah banyak disinggung dalam penelitian-penelitian antropologi terhadap Dayak, Dayak tidak kompatible dengan Islam. Namun, tesis ini menunjukkan bahwa keadaan tersebut tidak lagi relevan dalam komunitas Dayak Kalimantan Timur. Baik Dayak Muslim maupun Kristen saat ini dapat dengan bangga mengatakan bahwa mereka adalah satu keturunan dan satu komunitas. Seorang Dayak Muslim tidak lagi menjadi Kutai dan dieksklusi serta mengeksklusi diri mereka dari kedayakan ketika masuk Islam. Perubahan ini terjadi melalui pembentukan-pembentukan identitas dalam diri individual-individual Dayak. Isu-isu pembentukan identitas yang terjadi dalam komunitas Dayak Islam di tesis ini dibahas berdasarkan data-data life history. Pengumpulan data dilakukan di Jahab Tenggarong dan Samarinda selama tiga bulan (September-Desember 2009). Kumpulankumpulan data terdiri dari narasi-narasi kehidupan seorang Dayak belian Muslim, pendiri Ikatan Dayak Islam Kalimtantan Timur, dan seorang perempuan puteri belian sekaligus aktifis KAMMI. Metode narasi merupakan cara yang efektif untuk menjelaskan identitas sekaligus perubahan-perubahan sosial dalam sejarah. Dan dengan menarasikan cerita-cerita individu melalui life history sejarah perubahan sosial dapat terekam. Dalam memperkuat narasi-narasi tersebut penelitian ini merujuk kepada konsep identitas Joseph Lawler, Amartya Sen, dan Margrit Pernau. Mereka membuktikan melaui data-data mereka identitas tidaklah muncul tanpa kehadiran orang lain, sehingga dikatakan bahwa identitas adalah hasil dari kehadiran orang lain. Mereka juga memformulasikan bahwa identitas adalah hasil dari latar belakang sejarah hidup seseorang dan hubungan kekerabatan. Thesis ini menunjukkan bahwa identitas Dayak Islam di Kalimantan Timur dibentuk kembali melalui hubungan-hubungan relasi interpersonal dengan anggota etnis dan agama lain, latar belakang sejarah yang dilestarikan dan dinegosiasikan dengan kehidupan modern diluar hutan kampung mereka, serta hubungan kekerabatan.
This thesis discusses how religious identity changed within Dayak Islam of East Kalimantan. In some local communities of Indonesia, like those in East Kalimantan, ethnic identity used to be inseparable from religious identity. Some ethnicities did not adjust to be affiliated to some religions and the way it reverses; A Dayak (an ethnic category) was always a Christian and A Kutai was always a Muslim. A Dayak who converted to Islam become a Kutai. Any Dayak who converted to Islam will not only convert his religion but also transform his whole ethnic identity into Kutai (Malay). One could not say and act both as Dayak and as Muslim for the social tructure at ancient forest times. This kind of identity issue is largely spoken in anthropological works on Dayak. This thesis, however, shows that the condition is no longer relevant in Dayak of East Kalimantan. Both Dayak Muslims and Dayak Christians are proudly saying that they are bounded in a tribe community. Dayak Muslims are not excluded from the dayak community and do not exclude themselves as well from being Dayak. This condition is built through the identity formulation and reformulation of individuals among communities. This thesis will elaborate the issue based on life history data collection. Data collection was conducted in Jahab Tenggarong and Samarinda for three months (Sept. to December 2009). Data collection consists of narrations of a Muslim belian (traditional healer specialist), the founder of Muslim Dayak Association, and a female Muslim Dayak activist.Narrative method is an effective way to explain an identity as well as social change in history and through narrating one’s life the history of the social changes can be well recorded. To account these narrations, this thesis draws on Joseph Lawler’s, Amartya Sen’s, and Margrit Pernau insights on identity. They argue that identity never comes up without other presence so that it could be said that identity is an interpersonal relations results. They also theorize that it is the result of historical background and familial affinities. The thesis shows that through forms of interpersonal relations with other Muslims from other ethnic out of their forest, historical background that is preserved and negotiated with their present life and their family affinities Dayak Islam identity in East Kalimantan is reconstructed.
Kata Kunci : Dayak,Islam,Identity,Religious identity,East Kalimantan,Indonesia