Throwing jumroh to the enemy area rivalry and masculinity of Muslim Schoolboys Gang :: Case study of "Oestad". A Gang in SMU Muhammadiyah 1 Yogyakarta
KADIR, Hatib Abdul, Dr. Aris Arif Mundayat
2010 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaTesis ini membahas perkelahian Oestad, sebuah gang sekolah yang berasal dari SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta. Kota ini memiliki gang sekolah sejumlah 23 termasuk gang sekuler, Katolik, Kristen, dan geng sekolah Islam yang telah diidentifikasi sejak tahun 2007/2008. Setelah jatuhnya rejim Orde Baru pada tahun 1998, geng tidak hanya tumbuh dan berkembang di permukiman kota atau kampung, mereka juga dikembangkan di sekolah menengah perkotaan. Gang Oestad secara aktif terlibat dalam kepentingan partai politik. Pertumbuhan geng ini disebabkan oleh beberapa kondisi. Ini termasuk: melemahnya otoritas negara,tidak adanya pengawasan negara, dan, penurunan kontrol sosial dari keluarga dan sekolah. Tesis ini membahas tiga pertanyaan. Pertama, bagaimana dan mengapa Oestad muncul di ogyakarta? Kedua, apa pola permusuhan dan apa yang mendorong anak muda untuk menghadapi satu sama lain melalui kekerasan? Ketiga, bagaimana para pemimpin geng mengungkapkan identitas mereka dan karismanya di depan musuh mereka dan di depan Anak buah mereka (pengikut)? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, saya memberikan penjelasan dengan tiga sub topik pembahasan. Pertama memberikan gambaran tentang munculnya gang-gang pemuda Indonesia. Kedua melihat kontestasi dan permusuhan termasuk tawuran (perkelahian massa) dan strategi serangan diam-diam nglitih (serangan tiba-tiba oleh sekawanan kelompok). Ketiga melihat sifat konstruksi kepemimpinan karismatik melalui penggambaran gentho (pemimpin kuat). Saya juga menjelaskan bagaimana seorang siswa membangun kehebatannya sebagai seorang pemimpin selama persiapan tawuran dan ketika melakukan serangan terhadap sekolah musuh.
This thesis discusses the fighting of Oestad, a school gang from SMA Muhammadiyah 1, Yogyakarta. This city has 23 school gangs including secular,Catholic, Protestant, and Islamic school gangs that were identified in 2007/2008. After the fall of the New Order regime in 1998, gangs are not only proliferated in city settlements or kampong but they also developed in urban secondary schools.Oestad gang is actively involved in the interests of political parties. The growth of this gang is due to a number of conditions. These include: the weakening of the authority of the state, the absence of state surveillance, and, the reduction in social control from families and schools. This thesis addresses three questions, first, how and why did Oestad emerge in Yogyakarta?; second, what is the pattern of hostility and what drive the young men to confront each other through violence?;third, how do the leaders of the gangs express their identities and charisma both in front of their enemies and in front of their anak buah (followers)? To answer these questions I give explanation under three sub topics. The first gives an overview on the emergence of Indonesian youth gangs. The second considers contestation and hostility including tawuran (mass fighting), stealth and attack strategies such as nglitih (a sudden attack by a few). The third addresses the nature of charismatic leadership through depictions of gentho (the powerful leader). I also describe how a student builds up his prowess as a leader during the preparation of tawuran and when carrying out attacks on the enemy school.
Kata Kunci : Yogyakarta,Youth,Student gangs,Mass fighting,Leader's charisma