Buddhisme theravada dan gempa bumi: respon umat Buddha terhadap gempa bumi 27 Mei 2006 :: Studi kasus di Dusun Gatak, Ds. Kotesan, Kec. Prambanan, Klaten
SURANTO, Dr. Zainal Abidin Bagir
2010 | Tesis | S2 Agama dan Lintas BudayaGempa bumi merupakan bencana yang fenomenal di Indonesia dalam dekade ini. Dari peristiwa ini menimbulkan berbagai respon dalam memaknai gempa bumi tersebut. Agama menjadi bagian dalam memberikan respon dan pemaknaan terhadap gempa bumi. Buddhisme Theravada yang menjadi bagian dari agama memiliki perspektif tersendiri dalam merespon gempa bumi. Maka dari itu, Penelitian ini mengkaji mengenai pandangan teks Buddhisme Theravada dan respon umat Buddha terhadap gempa bumi. Penelitian kualitatif ini terfokus pada teks Buddhisme Theravada dan respon umat Buddha terhadap gempa bumi. Peneliti mengkaji teks Buddhisme Theravada untuk mengetahui respon formatif Buddhisme terhadap gempa bumi. Penelitian lapangan dilakukan di Dusun Gatak, Kotesan. Desa ini merupakan daerah umat Buddha yang menjadi korban gempa 27 Mei 2006. Pengumpulan data untuk mengetahui respon umat Buddha dalam memaknai gempa, peneliti melakukan partisipasi observasi dan indepth interview. Socio culture merupakan pendekatan untuk melihat respon umat Buddha terhadap gempa bumi. Teori Margareth McGuire tentang meaning system construction menjadi acuan dalam menganalisis data untuk mengetahui respon kognitif umat Buddha terhadap gempa bumi. Pada kesimpulan penelitian ini, agama Buddha yang tidak memiliki konsep “personal God†mempunyai perspektif tersendiri dalam melihat gempa bumi. Teks Buddhisme menunjukan bahwa gempa bumi merupakan bagian kinerja hukum alam sebagai bukti bahwa alam ini akan selalu berubah (anicca) dan saling bergantungan (paticcasmuppada). Dalam paradigma teks Buddhisme, gempa bumi merupakan faktor geografi. Terdapat nilai filosofi dalam gempa bumi, bahwa gempa bumi sebagai realitas, gempa bumi sebagai pengetahuan, dan gempa mempunyai nilai keseimbangan. Meskipun demikian, umat Buddha Gatak, Kotesan memiliki respon dan pemaknaan baru terhadap gempa bumi. Umat Buddha merespon dan memaknai gempa bumi sebagai kemauan dari “Gusti Pangeranâ€, kinerja hukum alam: anicca, kamma kelompok, dan adanya campurtangan dewa. Dari pemaknaan tersebut, umat Buddha memiliki kekuatan untuk bangkit dari masalah, kesadaran dalam menerima perubahan, mendorong untuk bertindak lebih baik, dan toleransi dalam menerima budaya setempat. Pemaknaan dan respon tersebut tidak terlepas dari interaksi budaya umat Buddha setempat dengan pemahaman terhadap ajaran Buddha.
Earthquakes have had phenomenal and disastrous impacts in Indonesia this decade. A variety of responses have arisen concerning the meaning of earthquake. Religion has been an important part in providing responses to and explanations of earthquake. Theravada Buddhism has its own perspective in responding to earthquake. Therefore, this research study on the text point of view of Theravada Buddhism and Buddhists response to earthquake. This qualitative research is focused on the texts of Theravada Buddhism and Buddhist responses to earthquake. I explore the texts of Theravada Buddhism to know responses formative Buddhism to earthquake. Field research was conducted in Gatak, Kotesan village. This village contains a population of Buddhists who were victims of the earthquake that occurred May 27th, 2006. I have conducted participant observation and in-depth interviews to collect data of the Buddhists responses to earthquake. Socio cultural is an approach to understand Buddhist response to earthquake. Margaret McGuire's theory about the meaning construction system serves as the reference in analyzing the data to determine the Buddhists cognitive response to earthquake. The conclusion of this research is that Buddhism has no concept of "personal God" which has its own implications in view of the earthquake. Buddhist texts indicate that the earthquake is part of the performance of natural law as evidence of this nature will always change (anicca) and interconnectedness (paticcasmuppada). In the paradigm of Buddhist texts, earthquake is caused by geographical factors. There is a philosophy of value in an earthquake, that the earthquake as a reality, earthquake as knowledge, and earthquake has the balancing value. Nevertheless, Buddhists in Gatak, Kotesan have a unique meaning and response to the earthquake. Buddhists respond to and interpret the earthquake as the willingness of "Gusti Pangeran", the performance of natural law: anicca, kamma group, and the intervention of the deity. Based on the meaning, Buddhists have power to diminish their sadness, and cultivate consciousness to face the changing (anicca) of the world, encourage doing good kamma, and tolerance with local culture. Meaning and the response is not released from the interaction of the local Buddhist culture with an understanding of Buddhism.
Kata Kunci : Theravada uddhism,Earthquake,Buddhists responses,Anicca,Paticcasamuppada,Gempa bumi