Pengaruh emping garut (Maranta arundinacea Linn) sebagai makanan ringan penderita diabetes melitus tipe 2 (DMT2) terhadap pengendalian kadar angiotensin II plasma dan tekanan darah
NOVITASARI, Dwi, Dr. Sunarti, M.Kes
2010 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan BiomedisLatar Belakang: Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang jumlahnya terus meningkat. Angka kematian penderita DM karena komplikasi penyakit kardiovaskuler adalah sekitar 75%. Dalam upaya mengurangi komplikasi tekanan darah tinggi pada penderita DM maka perlu adanya usaha untuk menurunkan glukosa darah yang salah satunya melalui diet dengan makanan yang mengandung indeks glikemik rendah. Umbi garut (Maranta arundinacea Linn) mempunyai nilai indeks glikemik terendah dibandingkan umbi-umbian lainnya yaitu 14, sehingga dapat dikembangkan sebagai makanan fungsional untuk penderita DM. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pemberian makanan ringan emping garut (Maranta arundinacea Linn) terhadap kadar glukosa darah puasa (GDP), kadar angiotensin II dan tekanan darah serta mengkaji hubungan antara angiotensin II dan tekanan darah sebelum dan setelah pemberian emping garut pada penderita DMT2. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimental pre and post test one group design, subyek penelitian sebanyak 14 wanita penderita DMT2, usia 35-60 tahun, lama DM > 1 tahun dan menggunakan terapi insulin. Pemberian emping garut sangrai sebesar 20 gr/hari selama 4 minggu, dikonsumsi pagi dan sore hari. Kadar GDP dianalisis dengan metode kolorimetri, kadar angiotensin II ditentukan dengan metode ELISA sandwich dan tekanan darah diukur menggunakan spignomanometer sebelum dan sesudah perlakuan. Analisis data disajikan dalam bentuk persentase dan rerata serta menggunakan paired t test dan uji regresi. Hasil: Pemberian emping garut pada penelitian ini menunjukkan hasil tidak ada perbedaan rerata kadar GDP sebelum dan setelah perlakuan, dengan rerata GDP sebelum perlakuan 124,43±33,57 mg/dl dan setelah perlakuan 139,00±67,96 mg/dl, tidak ada perbedaan rerata kadar angiotensin II, dengan rerata sebelum perlakuan 0,211±0,012 pg/dl dan setelah perlakuan 0,207±0,01 pg/dl, tidak ada perbedaan rerata tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum dan setelah perlakuan, dengan rerata tekanan darah sistolik sebelum perlakuan 157,21±20,02 mmHg dan setelah perlakuan 154,79±18,04 mmHg dan rerata tekanan darah diastolik sebelum perlakuan 83,57±6,69 mmHg dan setelah perlakuan 81,29±8,51 mmHg. Selisih angiotensin II sebelum dan setelah perlakuan berkorelasi positif sedang dengan selisih tekanan darah sistolik sebelum dan setelah perlakuan (r=0,414; p=0,142). Selisih angiotensin II sebelum dan setelah perlakuan berkorelasi positif sangat lemah dengan selisih tekanan darah diastolik sebelum dan setelah perlakuan (r=0,152; p=0,603). Kesimpulan: Pemberian emping garut sangrai sebesar 20 gr/hari selama 1 bulan pada penderita DM belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan GDP, angiotensin II maupun tekanan darah sistolik dan diastolik.
Background: Diabetes mellitus is a kind of diseases which keeps increasing. The mortality number of diabetes mellitus sufferers caused by the complication of cardiovascular diseases is about 75%. An effort to reduce blood glucose by doing low glycemic index diet is necessary to do in order to reduce the complication of high blood pressure. Crispy arrowroot (Maranta arundinacea Linn) has glycemic index value of 14, which is the lowest than the other arrowroots, so that it can be developed as a functional food for diabetes mellitus sufferers. The purpose of this study is to know the influence of giving crispy arrowroot (Maranta arundinacea Linn) as a snack to the fasting plasma glucose rate, angiotensin II rate and blood pressure and also to study the relationship between angiotensin II and blood pressure before and after the giving of crispy arrowroot to the DMT2 sufferers. Method: This research used quasi-experimental design of pre and post test one group design, the subjects were 14 DMT2 female sufferers from 35 to 60 years old, the length of suffering from diabetes mellitus was more than one year, and they used insulin therapy. The giving of crispy arrowroot was 20 grams a day for four weeks consumed in the morning and afternoon. The analysis of fasting blood glucose rate was analyzed by colorimetry, the determination of angiotensin II rate by sandwich ELISA and the measurement of blood pressure were using spignomanometer before and after the treatment. The data presented in the percentage and the mean and using paired t test and regression test. Results: The giving of crispy arrowroot increases fasting blood glucose insignificantly (p=0.551) with the mean of fasting blood glucose 124.43±33.57 mg/dl before the treatment and 139.00±67.96 mg/dl after the treatment and also decreases angiotensin II rate insignificantly (p=0.550) with the mean 0.211±0.0122 pg/dl before the treatment and 0.207±0.0097 pg/dl after the treatment. Besides, it decreases systolic pressure insignificantly (p=0.518) with the mean 157.21±20.02 mmHg before the treatment and 154.79±18.04 mmHg after the treatment and also decreases diastolic pressure insignificantly (p=0.216) with the mean 83.57±6.69 mmHg before the treatment and 81.29±8.51 mmHg after the treatment. The difference of angiotensin II before and after the treatment has a medium positive correlation with the difference of systolic blood pressure before and after the treatment (r=0.414, p=0.142). The difference of angiotensin II before and after the treatment has a very weak positive correlation with the difference of diastolic blood pressure before and after the treatment (r=0.152, p=0.603). Conclusion : The giving of crispy arrowroot 20 grams a day for one month for DMT2 sufferers does not affect on the decreases fasting blood glucose, angiotesin II, systolic blood pressure and diastolic blood pressure significantly.
Kata Kunci : Emping garut,Angiotensin II,DM,Tekanan darah, crispy arrowroot, angiotensin II, Diabetes Mellitus, blood pressure