Konflik Palestina-Israel kajian strukturalisme genetik terhadap Novel Altneuland dan Scar of David, Scar of Palestina

SUSRAMA, I Made Partha, Dr. Fadlil M. Manshur, M.S

2010 | Tesis | S2 Sastra

Penelitian ini bertujuan memahami konflik Palestina-Israel secara komprehensif dengan mendialogkan dua karya sastra yang mewakili narasi kolektif kedua masyarakat geopolitik yang bertikai, sehingga dari sana dapat ditemukan peluang-peluang perdamaian yang masih tersisa. Objek material penelitian ini merupakan dua suprakarya dari masing-masing masyarakat, yaitu novel Altneuland (1902) karya Theodor Herzl (Bapak Zionis Yahudi) dan novel Scar of David, Scar of Palestine (2006) karya Susan Abulhawa. Kajian dilakukan dengan menggunakan teori Strukturalisme Genetik Lucien Goldmann dengan dibantu teori konflik sosial Pruitt dan Rubin. Dengan menggunakan kedua pisau analisis tersebut dapat dideskripsikan tentang genesis kelahiran kedua karya; pandangan dunia pengarang dan koherensinya dengan struktur mental kedua masyarakat; akar konflik Palestina-Israel; dan rumusan resolusi konflik yang bersumber dari pandangan dunia kedua pengarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa novel Altneuland dan Scar of David Scar of Palestine adalah karya sastra yang dibuat oleh kedua pengarang atas dasar suatu keyakinan bahwasanya karya sastra memiliki kekuatan untuk membawa masyarakat ke arah konstruksi sosial baru yang lebih baik. Keduanya, selain merefleksikan konflik dalam kehidupan masyarakat Palestina dan Israel, juga menunjukkan keberpihakannya pada nilai-nilai kemanusiaan. Novel utopis Herzl mempropagandakan Zionisme sebagai solusi akhir bagi penderitaan bangsa Yahudi di wilayah diaspora, dengan memproyeksikan berdirinya sebuah New Society di Palestina yang dilandaskan pada pengakuan HAM dan diakuinya hak-hak sosial, ekonomi, politik, dan teritorial yang setara antara penduduk asli dengan para pendatang Yahudi. New Society sebagai resolusi konflik mengisyaratkan pentingnya aspek viabilitas (kemakmuran dan kelayakan hidup) untuk menghindarkan kedua masyarakat geopolitik dari pertikaian. Sebaliknya, novel historis Abulhawa memotret realita di lapangan, ketika Zionisme, sejak kedatangannya, justru merampas dengan paksa hak-hak rakyat Palestina dan membawa rakyatnya pada kehancuran dan kemiskinan. Terdapat gap antara idealita Zionisme dengan realita sesungguhnya. Perbedaan kepentingan menjadi akar dari pecahnya konflik kedua bangsa; satu pihak ingin merampas, sedangkan pihak yang lain ingin mempertahankan. Perbedaan kepentingan kedua bangsa mesti dijembatani dengan menghentikan kontak senjata dan praktek kekerasan, diganti dengan langkah diplomasi dengan mengutamakan azas persaudaraan, kesetaraan, dan berfokus pada aspek viabilitas, sebagaimana yang impikan oleh kedua pengarang dalam novelnya; rakyat Palestina dan Israel dapat hidup berdampingan dalam damai

The nature of this research is to make a comprehensive understanding in the case of Palestinian-Israeli conflict. Two literature from two separate geopolitical society conflicting each other are dialoged and representatively make both narratives a balance and clear conception, so that the chance of reconcilement can be found and brought forward in the political discussion. The objects are two canon novels from Theodor Herzl and Susan Abulhawa: Altneuland (1902) and Scar of David, Scar of Palestine (2006). Genetic structuralism by Lucien Goldmann is used in this research and combined with Pruitt and Rubin conflict theory. With this two inclusive interrelated theory can be described the genesis; author’s world views and their coherence mental structures with the societies; the prominent cause of conflict; and the formulation of conflict resolution that implicitly can be found in the description of author’s world views. The results showed that these two novels, Altneuland and Scar of David Scar of Palestine, are created by authors with a clear assumption that arts (in these case literature) has potential capacity to make a change, and bring the society to the new better social constructions. Both literatures, in addition to represent the conflict reality between the two sides, also showed a great expression standing up for humanism. Herzl’s utopian novel propagates Zionism as the final solution to Jewish problems all over the world. He projected the stand of New Society in Palestine, where Jewish could find peace, independency, and prosperity. Herzl dreamed that two different people, the Arabs and the Aliyah, could live alongside in peace, built a New Society that based on equality, respected of unalienable rights, and admitted the equal share of social, economical, political, and territorial rights. New Society as a conflict resolution showed that viability is essential element that could avoid these two people from controversy. In other hand, Abulhawa’s historical novel depicted the irony nowadays. Zionism, since it came, has seized Palestinian rights of land, property, and historical rights. It has driven Palestinian to deep poverty and ruination. There is a serious gap between ideality and reality. The variable of different interest is the root of conflict; one side wanted to occupies and one side wanted to defend. These opposite interest must be bridged with whole new political approaches that bring violence and military action left behind. There is a strong need of new diplomacy persuasions that give priority to equality, humanism, and viability, in the same manner as both authors projected in their work; Palestinian and Israeli live side by side in peace.

Kata Kunci : Konflik Palestina,Israel,Pandangan dunia,Kepentingan,Resolusi konflik,Viabilitas