Laporkan Masalah

Penilaian pelaksanaan program pengembangan agribisnis peternakan sapi potong di Kabupaten Sekadu Kalimantan Barat

WIBOWO, Mikael Heri Setiyo, Budi Guntoro, S.Pt.,M.Sc.,Ph.D

2010 | Tesis | S2 Ilmu Peternakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik sosial demografipeternak penerima bantuan program dan untuk menilai proses pelaksanaan program pengembangan agribisnis peternakan sapi potong di Kabupaten Sekadau. Penelitian dilaksanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober 2009. Responden yang digunakan sebanyak 108 peternak penerima bantuan sapi potong di lima desa lokasi penyebaran ternak bantuan yang diperoleh dengan metode Proportionate Random Sampling. Data peningkatan populasi, jumlah penggaduh, karakteristik sosial demografi responden dan kontribusi penerimaan dari beternak sapi potong dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Data proses pelaksanaan program, input, implementasi program dianalisis secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan populasi sapi potong sebanyak 152 ekor dan jumlah penggaduh sebanyak 58 orang. Karakteristik peternak rata-rata umur 42,30±5,87 tahun, tingkat pendidikan paling banyak SD sebesar 43,52%, rata-rata pengalaman beternak 1,61±1,20 tahun, rata-rata kepemilikan ternak 1,88±1,05 UT, jumlah tanggungan keluarga 3,36±1,15 orang, dan rata-rata alokasi waktu beternak sebesar 0,078±0,082 HOK/UT/hari. Kontribusi penerimaan dari beternak sapi potong rata-rata sebesar 8,21-24,09% pertahun dari penerimaan keluarga. Kegiatan sosialisasi program di Kabupaten Sekadau belum efektif karena ditemukan banyak peternak yang belum mengerti sepenuhnya tentang tujuan dan pelaksanaan program, penyeleksian calon penerima bantuan terjadi beberapa penyimpangan, pembentukan kelompok tani tidak berdasarkan aturan yang ditetapkan, penyusunan rencana usaha kelompok dan penentuan bangsa serta spesifikasi ternak tidak melibatkan anggota kelompok, spesifikasi ternak yang diterima penggaduh tidak sesuai dengan ketentuan. Pada tahap implementasi, terjadi penyalahgunaan pemanfaatan dana, spesifikasi ternak dan pembebanan biaya kepada anggota kelompok, terjadi perbedaan mekanisme perguliran ternak bantuan di masing-masing desa. Peningkatan populasi sapi potong yang diharapkan program belum mencapai target yang ditentukan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan program pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Sekadau belum optimal.

Objectives of this research were to analyze the characteristic of social demography of farmer’s, participated in program and to assessment the implementation of Agribusiness Development Program of beef cattle farming in Sekadau Regency. This research was held from August until October 2009. 108 farmers participated in the program as respondents, selected by proportionate random sampling method, from five villages, locations of the program of livestock assistant. Data of increasing population, number of investor, social demography characteristic of respondent and income contribution from beef cattle farming were analyzed by quantitative descriptive. Data of Program implementation process, input and program implementation were analyzed qualitative descriptive. Result showed that the beef cattle population increased about 152 tails and the investor increased about 58 investors, respondent characteristic age averages 42.30±5.87 years old, majority of education level was on elementary school 43.52%, average of farming experience 1.61±1,20 years, averages of cattle owning 1.88±1.05 UT, the number of family support 3.36±1.15 head, and averages of time allocation of farming 0.078±0.082 HOK/UT/day, average income contribution from beef cattle farming was 8.21-24.09%. Program’s socialization in Sekadau Regency was not effective because many of the farmers had not fully understood about the objective and the implementation of the program, there was a distortion on the selection of receiver assistant candidate, farmer groups were not formed based on the rule. The arrangement of group business plan, breed determination and cattle specification were not involving members. Cattle’s specifications were not suitable with the condition. On the implementation step, there were a distortion of the fund, cattle specification and cost burden to the member, difference on mechanism of cattle assistant revolving in each village. Program expectation of the increasing beef cattle population had not achieved to the determined target. It can be concluded that the implementation of agribusiness development program in Sekadau Regency has not been optimal.

Kata Kunci : Karakteristik sosial demografi peternak,Pelaksanaan program,Sapi potong


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.