Evaluasi promosi kesehatan dalam program eliminasi filariasis di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan
PARDEDE, Hodmar Parulian, Prof. Dr. dr. Soeyoko, DTM
2010 | Tesis |Latar Belakang :Filariasis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di daerah tropis di dunia termasuk Indonesia. Pada tahun 2002 dicanangkan program eliminasi filariasis di Indonesia. Kabupaten Banyuasin merupakan salah satu daerah percontohan dari 5 kabupaten/kota di Indonesia untuk program eliminasi filariasis. Meskipun demikian, di beberapa desa di Kabupaten Banyuasin dijumpai daerah dengan microfilaria rate yang tinggi setelah program eliminasi filariasis dijalankan. Tujuan Penelitian : Melakukan evaluasi promosi kesehatan dalam program eliminasi kaki gajah di Kecamatan Betung Kabupaten Banyuasin tahun 2002-2006. Metode Penelitian : Penelitian dilakukan dengan disain penelitian kualitatif. Responden dipilih dengan cara purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel, sumber data dengan pertimbangan tertentu. Desa Sedang merupakan daerah sentinel site adalah daerah yang menjadi acuan untuk melihat keberhasilan pengobatan dan menjadi indikator endemisitas filariasis di Kecamatan Betung.Pengumpulan data dilakukan dengan Diskusi Kelompok Terarah, wawancara mendalam dan observasi. Informan adalah penderita filariasis, penduduk Desa Sedang,dan petugas kesehatan (pengelola program filariasis Dinas Kesehatan Banyuasin dan Puskesmas Betung). Analisis data yang digunakan pada penelitian ini content analysis. (analisis isi) Hasil : Pengetahuan masyarakat tentang filariasis masih belum mencukupi terutama pada aspek gejala, cara penularan dan cara pencegahannya. Kurangnya promosi kesehatan dan media penyuluhan yang yang digunakan kurang memadai sehingga perilaku masyarakat kurang mendukung dalam eliminasi filariasis karena masyarakat tidak minum obat sesuai aturan karena ketakutan efek samping obat filariasis. Lingkungan tempat tinggal masyarakat memungkinkan tempat berkembang biaknya nyamuk terutama nyamuk yang menularkan filariasis. Partisipasi masyarakat dalam eliminasi filariasis belum optimal, terutama pada aspek pemberdayaan masyarakat. Kesimpulan : Pelaksanaan Program eliminasi filariasis yang dilakukan belum dilakukan secara optimal dan menyeluruh di Kabupaten Banyuasin. Akibatnya, perilaku masyarakat kurang mendukung program eliminasi filariasis. Beberapa faktor penting yang perlu diperhatikan adalah kurangnya peran serta masyarakat, media penyuluhan dan intensitas promosi kesehatan.
Background: Filariasis is a public health problem in tropical areas of the world including Indonesia. The program of filariasis elimination has been implemented in Indonesia since 2002. District of Banyuasin is one of 5 model districts/municipalities in Indonesia for the program of filariasis elimination. However, there are some villages at District of Banyuasin with high microfilaria rate. Objective: To evaluate health promotion in the program of filariasis elimination at Subdistrict of Betung District of Banyuasin 2002-2006. Method: The study was qualitative. Respondents were purposively selected. The village of Sedang was a sentinel site that was used as a reference to assess the success of medication and as an indicator of filariasis endemicity of Subdistrict of Betung. Data were obtained through focus group discussion, indepth interview and observation. Informant were filariasis patients, Sedang villagers and health staff (managers of filaria program from Banyuasin Health Office and Betung Health Center). Data analysis used content analysis method. Result : Knowledge of the community about filariasis was still relatively limited, especially in aspect of symptom, method of transmission and prevention. Lack of promotion and socialization media resulted in limited support of the community in filariasis elimination. They did not take drug as recommended because they were afraid of drug side effects. The living environment of the community was conductive for the reproduction of mosquitoes that caused filariasis. Participation of the community, particularly in aspect of empowerment was not yet optimum. Conclusion: The implementation of filariasis elimination program was not yet optimum and had not reached all over the District of Banyuasin. Consequently, behavior of the community was less supportive for filariasis elimination. Some important factors that needed particular attention were participation of the community, media of socialization and intensity of health promotion.
Kata Kunci : Evaluasi,Eliminasi filariasis,Pengetahuan,Perilaku,Pemberdayaan masyarakat