Pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta :: Kajian tentang pembelajaran bahasa Mandarin pada peserta didik keturunan Tionghoa dan Non-Tionghoa di UGM dan UAJY
ANQI, Hu, Dr. G.R. Lono Lastoro Simatupang, M.A
2010 | Tesis | S2 AntropologiPendidikan bahasa Mandarin di Indonesia berkembang secara berliku-liku diakibatkan sejarah dan keadaan politik Indonesia yang kompleks. Bahasa Mandarin yang telah dilarang selama tiga dekade di Indonesia diperbolehkan muncul kembali secara resmi pada Era Reformasi. Pada zaman yang baru ini, pendidikan bahasa Mandarin mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda dengan zaman sebelum Orde Baru. Pendidikan bahasa Mandarin pada dewasa ini dilakukan dengan penuh kesadaran dalam bingkai ke-Indonesia-an untuk melayani kebutuhan negara. Penelitian ini mendeskripsikan dan meneliti sejarah dan keadaan perkembangan pendidikan bahasa Mandarin di Indonesia, khususnya di Yogyakarta pada dewasa ini, terutama pada tingkat perguruan tinggi. Lokasi penelitian diadakan di Prodi D-3 Bahasa Mandarin, Universitas Gadjah Mada, dan Program Pelatihan Bahasa Mandarin di Kantor Pelatihan Bahasa dan Budaya Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi dan wawancara mendalam, dan metode penelitian kuantitaf, yaitu menggunakan kuesioner, untuk secara holistik mengetahui praktik pengajaran bahasa Mandarin yang dilakukan di kedua lembaga tersebut, perbedaan motivasi para peserta didik keturunan Tionghoa dan yang non-Tionghoa dalam pembelajaran bahasa Mandarin, dan persepsi, faktor-faktor penghambat, serta pendorong dalam pendidikan bahasa Mandarin. Hasil penelitian menunjukkan peserta didik pada umumnya bermotivasi instrumental lebih tinggi dalam pembelajaran bahasa Mandarin. Juga ditemukan bahwa bagi peserta didik keturunan Tionghoa selain bertujuan untuk kebutuhan ekonomi, belajar bahasa Mandarin juga merupakan suatu proses mempertahankan identitas ke-Tionghoa-an. Sementara bagi peserta didik yang non-Tionghoa, bahasa Mandarin dianggap penting untuk kebutuhan ekonomi. Pendidikan bahasa Mandarin di Yogyakarta sekarang pada tahap permulaan yang penuh dengan hambatan dan kekurangan. Selain kekurangan sumber daya manusia dan sumber pengajaran, kerjasama antara pihak peserta didik, pengajar, pengurus, dan pendukung dari masyarakat Tionghoa masih kurang positif
Mandarin education in Indonesia has demonstrated a rise, fall, and resurgence course over a hundred year resulting from the complex Indonesian history and politics circumstances. Chinese language which has been banned for three decades in Indonesia was officially allowed to reappear in the Reformation Era. Nowadays, unlike the days before New Order, Mandarin education has a different role and function in Indonesia. Mandarin education now is built in the Indonesian fram and with the aim to serve the needs of nation. Describing the history and development of Mandarin education in Indonesia, especially in Yogyakarta today, this study particularly focuses on Mandarin education and teaching at college level. This study was held at the Chinese Language Diploma Program at Gadjah Mada University, and Chinese Language Training Program at the Language and Culture Training Office, University of Atma Jaya Yogyakarta. This study uses qualitative research methods and quantitative research methods to holistically learn about how the Mandarin language teaching is conducted in both institutions above, to search different motivations in learning Mandarin between Indonesian Chinese and non-Chinese learners, and also to discover obstacles and supporting factors which influence the Mandarin eduaction. This study shows that the majority of learners have instrumental motivation in learning Mandarin. The result also shows that besides aiming for economic needs, learning Mandarin is also a process of maintaining the Chinese identity to the Indonesian Chinese learners. Meanwhile, for the non-Chinese learners, Mandarin is considered essential to economic needs. Mandarin education in Yogyakarta is now at the beginning stage with many obstacles and shortages. Besides lacking of human resources and teaching resources, a positive cooperation among the learners, teachers, administrators, and supporters of the Indonesian Chinese communities is still superficial and lacking.
Kata Kunci : Pendidikan bahasa Mandarin,Motivasi belajar,Hambatan, Mandarin education, learning motivations, obstacles