Bahasa menurut Goenawan Mohamad dan relevansinya bagi masalah HAM di Indonesia :: Suatu tinjauan ontologi
SENJAYA, Arip, Dr. Joko Siswanto
2010 | Tesis | S2 Ilmu FilsafatSalah satu pokok pembicaraan yang mendapat perhatian besar para ahli linguistik, sastra, dan filsafat abad ke-20 adalah tentang kenyataan terdasar bahasa. Namun, pengertian terdasar bahasa itu terabaikan. Linguistik Saussurean mengembangkan penyelidikan bahasa berdasarkan fakta bahasa dan dalam perkembangannya semakin terpilah-pilah pada berbagai bidang spesifik yang satu sama lain tidak saling bersentuhan. Teori sastra abad ke-20 dipengaruhi oleh penyelidikan strukturalisme yang menekankan bahasa sebagai satu-satunya masalah intrinsik-objektif dan menjamin penjelasan mengenai muatan sastra yang diamatinya. Sedangkan dalam lapangan kefilsafatan, filsafat bahasa berkembang demi untuk mengkritisi cara pandang filsafat sebelumnya, antara lain idealisme. Penyelidikan bahasa hingga pada taraf mendasar merupakan bagian dari penyelidikan ontologi, yakni cabang filsafat yang membicarakan ada sekadar pengada (being as being). Melalui penelitian ini penulis bermaksud melihat pandangan-pandangan Goenawan Mohamad mengenai dasar kenyataan bahasa dan bagaimana relevansinya dengan masalah HAM di Indonesia. Sumber-sumber yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah “Posisi Sastra Keagamaan Kita Dewasa ini†(1964), “Sastra, Pasemon†(1992) Asmaradana (1992), dan dalam Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai (2008). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah hermeneutika. Metode ini memiliki asumsi ontologis bahwa kenyataan adalah ‘teks’ atau dapat diperlakukan sebagia ‘teks’, dan bahwa yang dimaksud dengan teks bukan hanya tulisan, tetapi teks sebagai rajutan objek-objek. Ketika realitas dipandang sebagai teks maka realitas tersebut terbuka untuk diinterpretasi dan bahkan didekonstruksi. Melalui penyelidikan ini didapatlah beberapa kesimpulan. Pertama, bahasa adalah suatu ada yang didasari oleh ketiadaan. Kedua, bahasa adalah cara bagi penggunanya (manusia) untuk berhubungan dengan dunia dan bersifat tidak pernah selesai membahasakan dunia. Ketiga, makna bahasa hanya dibangun oleh adanya unsur-unsur beda yang menyusunnya, sehingga beda adalah dasar kenyataan bahasa. Keempat, beda adalah dasar kenyataan bagi HAM di Indonesia. Kelima, secara ontologis Goenawan Mohamad menganut pandangan pluralisme mutlak yang pesimistis pada segala ide penyatuan, baik dalam bahasa maupun dalam negara; HAM sepenuhnya adalah tentang perbedaan.
Language is one of issues in philosophy, linguistics and literature study. It has been investigated since in the early 20th century. But then, the result of studies proved that the explanations about language have not reached satisfied fundamental explanation. Saussurean linguistics developed language based on language facts and classified it into specific terms. Literature theories in 20th century influenced by structuralism which emphasized language as the main intrinsic-objective matter and assured the literature clarification they investigated, whereas, philosophy of language works out to criticize the former view of philosophy, interalia, idealism. Therefore, language investigation up to the most basic language is needed, and it is the main duty of ontology; the philosophy branch which discusses about being, being as being; ‘being’ always refers to an adhered characteristic on whatever, whatsoever. Through this ontology investigation, the writer had in mind to observe Goenawan Mohamad’s view about the nature of language facts and the relevance between the nature of language facts and Human Rights in Indonesia. The writer uses “Posisi Sastra Keagamaan Kita Dewasa Ini†(1964), Asmaradana (1992), “Sastra, Pasemon†(1992), and Tuhan dan Hal-hal yang Tak Selesai (2008) as the sources of the research. The writer thinks that those sources represented Goenawan Mohamad’s views about the nature of language facts, and concluded his views using hermeneutics method. The method has ontology assumptions that fact is a text or can be treated as text, and that text is not only written text but text as series of objects. When reality viewed as text, accordingly the reality will be opened to be interpreted and even deconstructed. The writer then drew conclusion, as follows: first, language is a being which is fundamentally based by nothingness. Second, language is the mean for human to connect with the world but it has never finished explaining the world. Third, language meaning is only built by its distinctive elements; therefore the different is the natural fact of language. Forth, the different is the natural fact of Human Rights in Indonesia. Fifth, ontologically Goenawan Mohamad is an absolute-pluralism; he is pessimistic on all unified idea, in language nor in a country; Human Rights is totally about difference.
Kata Kunci : Kenyataan dasar bahasa,Ontologi,Goenawan Mohamad,HAM di Indonesia, basic language fact, ontology, Goenawan Mohamad, Human Right in Indonesia