Pertunjukan wayang kulit purwa gaya Yogyakarta lakon wahyu makutharama sajian Ki Timbul Hadi Prayitno
SUPARTO, P, Prof. Dr. Soetarno, D.E.A
2010 | Tesis |Pertunjukan wayang kulit purwa di Jawa, dari dulu sampai sekarang masih banyak digemari oleh masyarakat. Pertunjukan wayang kulit purwa, oleh masyarakat dianggap memiliki nilai-nilai yang selalu relevan dengan kehidupan manusia. Nilai-nilai dan ajaran kehidupan tersebut dapat tersampaikan kepada para penonton, terutama bila disajikan oleh dhalang sepuh. Salah satu dhalang sepuh di Yogyakarta yang terkenal adalah Ki Timbul Hadi Prayitno, yang menganut pakeliran gaya Yogyakarta. Sebagai dhalang sepuh, ia sangat menonjol dalam membawakan jenis-jenis lakon lebet. Tesis ini adalah hasil penelitian tentang penyajian wayang kulit Ki Timbul Hadi Prayitno dalam membawakan Lakon Wahyu Makutharama. Lakon ini menceritakan mengenai ajaran-ajaran kepemimpinan yang terungkap dalam ajaran ‘hastha brata’. Lakon Wahyu Makutharama sajian Ki Timbul Hadi Prayitno, secara umum mengacu lakon wayang gaya Surakarta versi Siswoharsojo. Namun demikian Ki Timbul Hadi Prayitno mengadaptasikan ke dalam pakeliran gaya Yogyakarta, serta melakukan pengolahan, sanggit sesuai dengan interpretasinya. Pengolahan atau sanggit Lakon Wahyu Makutharama sajian Ki Timbul Hadi Prayitno terdapat pada sejumlah adegan dengan sanggit yang berbeda, dan dikemas ke dalam bingkai garap pakeliran gaya Yogyakarta. Sanggit-sanggit tersebut terdapat dalam unsur-unsur pakeliran, meliputi unsur seni karawitan, seni teater, seni tari, seni rupa, seni vokal yang dianggap berbobot dan memiliki spesifikasi tersendiri. Aspek-aspek yang terkandung di dalam Lakon Wahyu Makutharama sajian Ki Timbul Hadi Prayitno, selanjutnya meliputi aspek estetika, aspek moral dan spiritual, aspek dramatik, aspek pendidikan dan aspek hiburan. Aspek-aspek estetika pertunjukan wayang kulit yang dapat diamati, seperti misalnya penggunaan peralatan pendukung pergelaran wayang, dan aspek moral spiritual berkaitan dengan etika sopan santun, yang di dalam pertunjukan wayang kulit terdapat pada unsur seni suara (vokal) dan seni tari. Secara keseluruhan esensi lakon Wahyu Makutharama sajian Ki Timbul Hadi Prayitno dapat ditangkap maknanya, bahwa seseorang yang akan memegang kekuasaan atau menjadi pemimpin hendaknya membekali diri dengan moral spiritual yang kuat, budi pekerti yang luhur, dan loyalitas yang tinggi sesuai dengan sifat-sifat dari kedelapan benda alam dalam hastha brata tersebut.
Purwa leather puppet shows are still liked by societies. Purwa leather puppet show is considered having some essences which are relevant in human life. Many philosophical essences of life that can be picked from Purwa leather puppet shows. Those essences and lessons of life can be sent to the audiences, especially when it is performed by dhalang sepuh (old puppeteer). One of the famous old puppeteers in Yogyakarta is Ki Timbul Hadi Prayitno, who uses Yogyakarta pakeliran style. As an old puppeteer (dhalang sepuh), he is so prominent in performing lakon lebet. This thesis is a result of a research on the way Ki Timbul Hadi Prayitno performed a leather puppet show called Lakon Wahyu Makutharama. The show narrated about the leadership lessons which can be revealed in ‘hastha brata’ lesson. Lakon Wahyu Makutharama performed by Ki Timbul Hadi Prayitno generally refers to Surakarta puppet style Siswoharsojo version. However, Ki Timbul Hadi Prayitno adapted it in Yogyakata Pakeliran style, and also make a sanggit which appropriate with his interpretation. The packaging of Lakon Wahyu Makutharama which performed by Ki Timbul Hadi Prayitno is divided into several scenes with different sanggit and packed into a Yogyakarta Pakeliran style frame. Those sanggit may consist of pakeliran aspects, such as karawitan aspect, theater, dance, painting, and vocal, which considered valuable and has their own specifications. The aspects showed in Lakon Wahyu Makutharama performed by Ki Timbul Hadi Prayitno are aesthetic aspect, moral and spiritual, dramatic, education and entertainment. The aesthetic aspects can be seen in the usage of puppet show support tools whereas the moral and spiritual aspects related to well mannered and ethics in puppet shows which can be found in vocal and dance. Overall, the essences of Lakon Wahyu Makutharama performed by Ki Timbul Hadi Prayitno can be summarized that a person who will have an authority or who will become a leader should provision himself with a good moral, a good nature, and high loyalty as those eight characteristics of things from hastha brata.
Kata Kunci : Wahyu,Sanggit,Estetika pedalangan,Moral spiritual