Lukisan Young Artist di Penestanan UBUD transformasi lukisan karya anak-anak ke seni wisata
CAHYADI, I Wayan Agus Eka, Prof. Dr. R.M. Soedarsono
2010 | Tesis |Kehadiran pariwisata telah mendorong dinamisasi seni lukis di Bali. Corak Young Artist menjadi pembaharu perkembangan seni lukis Bali setelah kemunculan Pita Maha. Kemunculannya tidak dapat dipisahkan dari peran pelukis kelahiran Belanda Arie Smit dan anak-anak petani desa Penestanan. Keinginan Smit bereksprimen terhadap dunia seni lukis anak-anak, mendapat respons yang kreatif oleh anak-anak petani dari Penestanan, menghasilkan corak lukisan yang berkarakter khas anak-anak seperti penggunaan warna-warna cerah, dan bentuk-bentuk sederhana yang cenderung ‘naif’. Lukisan yang awalnya dimulai oleh sejumlah anak-anak kemudian diikuti oleh orang dewasa. Kesemarakan pariwisata turut memeriahkan pertumbuhan lukisan ini hingga berkembang menjadi produk wisata. Kondisi ekonomi, sosial dan politik ikut berperan mendorong kemunculan dan perkembangan lukisan Young Artist di desa Penestanan. Ketidakstabilan politik dan kemerosotan ekonomi Bali pada tahun 60-an, ditambah dengan bencana letusan Gunung Agung telah mengakibatkan kekacauan di Bali. Keberadaan lukisan Young Artist menjadi solusi untuk keluar dari kesulitan itu. Young Artist menjadi pilihan identitas desa Penestanan. Kesemarakan lukisan Young Artist telah merubah sebuah desa agraris miskin menjadi desa seniman yang kaya. Studi ini menggunakan pendekatan multidisiplin. Untuk menjelaskan proses transformasi lukisan Young Artist dari seni lukis anak-anak ke seni wisata digunakan pendekatan estetika, di samping pendekatan historis dan perubahan budaya yang dibantu dengan konsep seni wisata.
Tourism existence has encouraged painting dynamics in Bali. Young Artist style has innovated the Balinese painting development following the presence of Pita Maha. Its presence is inseparable from the Netherland-born Arie Smit painter and Penestanan village peasants’ children. Smit obsession to conduct experiment on children painting world, gets creative responses from Panestanan peasants’ children, produces children-specific character painting type, such as the use of bright colors, and simple shapes with ‘naïve’ tendency. Painting that at first started by a number of children, then it is also followed by adult people. Tourism cheer also stimulates this painting growth and develops to become tourism product. Economic, social, and political conditions has also played role to promote the emergence and development of Young Artist paintings in Penestanan village. Political instability and economic decline Bali during 1960-s, coupled with Mount Agung eruption created crises in Bali. Young Artist is considered as alternative solution to escape from such troubles. Young Artist has been preferred to be identity of Penestanan village. Cheeriness of Young Artist changes it from a poor agrarian to be a rich artist village. This study adopted multi-discipline approaches. To describe the transformation of Young Artist paintings, from children paintings to tourism arts, esthetic approach was used, in addition to historical approach and cultural change assisted by tourism art concept.
Kata Kunci : seni lukis, pariwisata, Bali, painting, tourism, Bali