Studi pemikiran H.M. Misbach mengenai Islam dan komunisme
ROZI, Fahrul, Dr. Aris Arif Mundayat
2010 | Tesis | S2 Kajian Budaya dan MediaBerkembangnya politik aliran memisahkan ideologi satu sama lain bahkan menjadi suatu yang berlawanan, salah satunya adalah ideology Islam dan Komunis. Namun hal itu semua bisa disenergikan oleh salah satu tokoh fenomenal di masa penjajahan kolonial Belanda yaitu H.M. Misbach. Beliau mensintesakan ajaran-ajaran Islam dengan doktrin Marxisme dan Leninisme (komunisme), sebagai senjata melawan penjajah Belanda. Dalam pandangannya, Islam dan komunisme tidak saling bertentangan satu sama lain, bahkan keduanya bisa disinergikan sebagai pisau analisis untuk membongkar kejahatan-kejahatan kapitalisme yang ia anggap sebagai biang keladi terjadinya penindasan, ketidakadilan dan exploitasi manusia atas manusia yang lainnya. Dengan kedua ideologi ini, Misbach memiliki keinginan dan tekad untuk membebaskan rakyat jelata dari belenggu penindasan dan beban kemiskinan yang diakibatkan sistem kapitalisme. Sebagai sebuah bentuk nasionalismenya saat itu, Misbach memulai perjuangan membela kaum tertindas, melalui dua tahapan, pertama, secara politik kebudayaan bagaimana peran Misbah dalam organisasi yang bersifat Islamis (SI, SATV, TNKM), organisasi Nasionalis (Insulinde, Indische Parti (IP), Sarekat Hindia (SH) dan terakhir ia berlabuh di organisasi komunis (SI Merah, PKI), Misbach berhasil meruntuhkan dikotomi atau kategorisasi Islamisme, Komunisme dan Nasionalisme yang sudah mengakar dalam wacana politik Indonesia dari zaman kolonial sampai saat ini. Misbach adalah seorang Muslim yang memiliki rasa nasionalis yang tinggi dan sekaligus sebagai seorang komunis. Kedua, peran misbach melaului ide-ide yang ia tuangkan dalam media surat kabar, ia menerbitkan surat kabar ―Medan Moeslimin‖ dan ―Islam Bergerak‖, sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah Kolonial Belanda. Namun beberapa catatan penting dari apa yang diperjuangkan Misbach, ia juga mengkritisi teman-teman seperjuangan seperti SI Putih Tjokroaminoto dan Muhammadiyah yang dinilai tidak berani melawan penjajahan. Karenanya Islam sebagai sebuah ide yang melahirkan nilai-nilai kesamarataan dituangkan dalam nilai-nilai komunisme sebagai sebuah pengikat pergerakan dalam melawan kapitalisme penjajahan atas kaum tertindas. Namun Pemahaman Misbach tentang Marxisme dan Leninisme lebih diartikan sebagai wujud dan media dalam merealisasikan ide-idenya, ia bukanlah komunis sejati yang umumnya anti terhadap pemahaman agama, dan disaat yang sama keislamannya juga sangat kuat. Namun terlepas dari itu semua, Misbach menjadi adalah fenomena seorang yang berjiwa nasionalis yang telah memadukan dua politik aliran yang bermusuhan setelah kepergiaannya baik secara ide dan nilai-nilai praktis
The growth of school politics separate ideologies each other into contrary ones, one of them Islam and Communist ideology. However, a phenomenal figure, H.M. Misbach, was able to, in the Netherlands colonialism, conform both. He synthesized Islamic teachings with Marxism and Leninism doctrines, as a weapon to fight against Netherlands. For him, Islam and communism did not fight against each other, even both could be synergized as an analysis knife to uncover capitalism crimes, as he commonly found as the main source of oppression, injustice, and exploitation over human. With these both ideologies, Misbach had desire and will to make people free from oppression and poverty caused by capitalism. As his form of nationalism in that time, Misbach started a struggle to defend the oppressed people; through two steps. First, in cultural political way. How Misbach’s roles in Islamic organizations (SI, SATV, TNKM), nationalist organizations (Insulinde, Indische Parti (IP), Sarekat Hindia (SH) and last in communist organizations (SI Merah, PKI), Misbach succeeded to break dichotomy or categorization between Islamism, Communism, and Nationalism that had been for long enough time, the mindset of Indonesian political discourse from colonial till present days. Misbach is a Moslem having high nationalism sense and a communist. Second, Misbach’s roles through ideas he wrote on the newspapers, he published “Medan Moeslimin†and “Islam Bergerak†newspapers, as a kind of struggle fight against the Netherlands. He also criticized his friends like SI Putih Tjokroaminoto and Muhammadiyah, that he assessed as afraid to fight against the Netherlands. Hence, Islam as an idea making distribution values born, were poured into communism values as a movement bind in fighting against capitalism over the oppressed people. Unfortunately, what Misbach understood about Marxism and Leninism were more meant as a form and media in realizing his ideas. He was not a pure communist who hated religious teaching, because he had strong Islamic awareness. However, apart from all of this, Misbach became a phenomenon. He was a nationalist who integrated two contrary political schools, after he left in ideas and practical ways.
Kata Kunci : Misbach,Islamisme,Komunisme, Misbach, Islamism and Communism