Pola modal sosial masyarakat perkotaan dan perdesaandi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
RAHMAWATI, dra, Susi Daryanti, M.Sc
2010 | Tesis | S2 SosiologiModal sosial adalah modal dasar bagi pembangunan manusia, pembangunan ekonomi, sosial, politik dan stabilitas demokrasi. Modal Sosial yang lemah akan meredupkan semangat gotong royong, memperparah kemiskinan, meningkatkan pengangguran, kriminalitas dan menghalangi setiap upaya untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk. Melihat proses terbentuknya modal sosial, dapat dikatakan bahwa modal sosial lahir dari proses bottom-up, sehingga institusi terkecil dan terdekat yang sangat mungkin menjadi titik awal masuknya spektrum modal sosial dalam komponen pembangunan adalah melalui rumah tangga. Berangkat dari rumah tanggalah dimulainya pembentukan modal sosial. Kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi memiliki intensitas kehadiran yang cukup rendah dalam pertemuan organisasi lokal. Demikian pula bagi mereka yang bekerja di sektor formal juga memiliki intensitas kehadiran yang rendah dengan alasan keterbatasan waktu dan kesibukan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada masyarakat perdesaan, relatif lebih banyak warga yang mau mengikuti organisasi lokal dibanding masyarakat perkotaan. Apalagi di perkotaan memiliki perangkat teknologi informasi yang lebih mengasyikkan dari pada mengikuti organisasi lokal. Keberadaan peralatan teknologi iformasi seperti telepon, HP dan komputer menjadi kebutuhan masyarakat perkotaan. Dengan peralatan tersebut mereka dapat melakukan internet yang ternyata telah banyak mengubah peradaban manusia, telah melahirkan komunitas tersendiri dengan jejaringnya seperti facebooker, friendster, twitter, blogger, dll. Menurut berbagai penelitian di negara luar, keberadaan komunitas maya ini ternyata mampu memperkokoh modal sosial anggotanya. Bagaimana dengan Indonesia? Penelitian ini menggunakan data sekunder SUSENAS 2006 dari BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang menjadi variabel tergantung adalah indeks modal sosial. Variabel bebasnya adalah kondisi sosial ekonomi (yang dalam hal ini diwakili oleh pendidikan, pekerjaan dan pendapatan), penggunaan internet dan klasifikasi daerah tempat tinggal (perkotaan atau perdesaan). Kesimpulan dari penelitian ini: pendidikan, jamkerja dan pendapatan memberi pengaruh negatif pada nilai modal sosial. Modal sosial yang dimaksud adalah nilai kebersamaan, kedekatan dan kekerabatan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggal, Hal ini semata-mata karena kurangnya alokasi waktu untuk memupuk modal sosial di tempat tinggalnya akibat peningkatan sosial ekonomi dan penggunaan internet. Rekomendasi yang dikeluarkan: a. Aparat atau pengurus RT, RW ataupun Desa/Kelurahan perlu lebih menggiatkan pertemuan dan interaksi semua warga secara fisik dalam suatu wadah atau moment seperti ronda, pengajian, kerja bakti dll. b. Perlu dibuat iklan layanan masyarakat yang komprehensif tentang makna kebersamaan dan gotong royong dalam modal sosial. Perlu penetapan “Hari Modal Sosial Nasionalâ€, c. Sejak pendidikan dini, anak-anak perlu didekatkan dengan nilai-nilai kebersamaan, keperdulian dan kedekatan dengan lingkungan tempat tinggalnya. d. Kebijakan publik agar disusun dengan menghindari celah-celah pengikisan nilai modal sosial masyarakat Indonesia. e. Pembedayaan anggota komunitas untuk bertanggung jawab pada anggota komunitas lainnya dalam rangka pengentasan kemiskinan.
Social capital is based capital for human development, development of economics,social, political and democracy stability. Weak social capital will darken spirit of mutual assistance, poorness, increases unemployment, criminality and hinders every effort to increase resident prosperity. Sees process the forming of social capital, can be told that social capital borned from bottom-up process, so that smallest and closest institution possibly becomes starting points the entry of social capital spectrum in development component through household. Start from home the forming of social capital. Head of household which higher education has low presence intensity in local organization meeting. And so do for they working in formal sector has low presence intensity with limitation of time and busy reason which cannot be leaved. At countryside public, more members which follow local organization compared to urban public. Urban have information technology peripheral which more preoccupying than following local organization. Equipments existence of information technology like telephone, HP and computer becomes requirement of urban public. With the equipments they can do internet which actually has many changing human civilization, has borne separate community with its network like facebooker, friendster, twitter, blogger, etc. According to various researches in foreign country, existence of this illusory community can tighten social capital of its member. How about Indonesia? This research applies secondary data of SUSENAS 2006 of BPS Province of Daerah Istimewa Yogyakarta. Becoming dependent variable is social capital index. The independent variable is condition of economics social (in this matter represented by education, job and earnings), usage of internet and classification of residence area (urban or countryside). Conclusion from this research: education, work time and earnings give negative influence at social capital value. Social capital is togetherness value, contiguity and affinity with public around residence. This problem because lack of allocation of time to fertilize social capital in residence as result of improvement of economic social and internet usage. Recommendation released: a. Government officer or official member of RT, RW or village needs more meeting and interaction of all members physically in a moment like patrol, spiritual activity, mutual assistance etc. b. Need to be made comprehensive public service advertising about togetherness meaning and mutual assistance in social capital. Needs stipulating " National Social Capital Day", c. Early, children need to be drawn near with togetherness values, cares and closer with residence area. d. Policy of public to be compiled by avoiding eroding gaps of social capital value of Indonesian public. e. Enableness member of community to hold responsible to member of other community for agenda of decreasing poorness.
Kata Kunci : Modal sosial,Sosial ekonomi,Pendidikan,Pekerjaan,Pendapatan,Internet,Perkotaan perdesaan